-->

Iklan Billboard 970x250

Pembahasan Tujuan Makalah Lansia dan Delirium

Pembahasan Tujuan Makalah Lansia dan Delirium

  Permasalahan
1.Apa pengertian dari lansia dan delirium?
2.Apa saja penyebab terjadinya delirium pada lansia?
3.Apa saja gejala-gejala yang muncul akibat masalah delirium?
4.Apa perbedaaan delirium dan demensia ?
5.Bagaimana penatalaksanaan medis pada penderita gangguan delirium?
6.Bagaimana penanganan delirium pada lansia?

  Tujuan
1.Untuk memahami konsep lansia dan delirium.
2.Untuk mendeskripsikan penyebab terjadinya delirium pada lansia.
3.Untuk mengetahui apa saja gejala-gejala yang muncul akibat masalah delirium.
4.Untuk dapat memahami perbedaan antara delirium dan demensia
5.Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada penderita gangguan delirium.
6.Untuk mengetahui bagaimana penanganan delirium pada lansia.

1.    Pengertian Lansia dan Delirium


Istilah lansia (lanjut usia) umumnya digunakan untuk pria dan wanita yang telah berusia lanjut. Berdasarkan pengertian secara umum, seseorang disebut lansia apabila usianya 65 tahun ke atas. Terdapat batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur orang yang masuk dalam kategori lansia, diantaranya adalah 60 tahun menurut UU No. 13 Tahun 1998 dan 60-74 tahun menurut WHO. Lansia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh gagalnya seorang dalam mempertahankan kesetimbangan terhadap kesehatan dan kondisi stresfisiologis. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu: Usia lanjut merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

Lalu ada pengertian dari delirium. Istilah delirium berasal dari bahasa Latin de, yang berarti “dari” atau “di luar” dan lira, yang berarti “celah” atau “jalur”. Istilah tersebut merujuk pada kondisi keluar jalur atau menyimpang dari kondisi normal (Wells & Duncan). Delirium umumnya digambarkan sebagai kondisi kaburnya kesadaran. Pasien kadang secara cukup mendadak, mengalami kesulitan besar untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian serta tidak mampu memertahankan alur pemikiran yang runtun dan terarah.

Pada tahap awal delirium, orang yang bersangkutan sering gelisah, terutama di malam. Siklus tidur dan terjaga mengalami gangguan sehingga orang tersebut mengantuk di siang hari dan terjaga, gelisah dan cemas di malam hari ketika ia tidak dapat tidur dan di dalam gelap. Mimpi yang tampak nyata dan mimpi buruk umum terjadi.
Terdapat beberapa kriteria delirium dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-IV-TR, yaitu:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan dan sulit memusatkan perhatian).
2. Suatu perubahan dalam kognisi, seperti gangguan bicara atau gangguan perceptual yang tidak dapat dijelaskan dengan demensia.
3.    Berkembang dengan cepat, seperti dalam beberapa jam atau hari dan terjadi fluktuasi (ketidaktetapan atau guncangan) dalam satu hari.
4.    Bukti adanya kondisi medis yang menyebabkannya, seperti malnutrisi.
Delirium merupakan suatu keadaan mental yang abnormal, bukan suatu penyakit; dengan sejumlah gejala yang menunjukkan penurunan fungsi mental. Berbagai keadaan atau penyakit (mulai dari dehidrasi ringan sampai keracunan obat atau infeksi yang bisa berakibat fatal), bisa menyebabkan delirium. Keadaan ini paling sering terjadi pada usia lanjut dan penderita yang otaknya telah mengalami gangguan, termasuk orang yang sakit berat, orang yang mengkonsumsi obat yang menyebabkan perubahan fikiran atau perilaku dan orang yang mengalami demensia.

2.    Penyebab Terjadinya Delirium Pada Lansia


Delirium terjadi ketika pengiriman dan penerimaan sinyal normal di otak menjadi terganggu. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi faktor yang membuat otak rentan dan memicu kerusakan dalam aktivitas otak.
Delirium juga dapat terjadi setelah menjalani operasi besar, yang paling sering adalah operasi tulang pinggul (Zarit & Zarit, 1998) selama masa putus zat-zat psikoaktif; dan setelah terjadi trauma kepala atau kejang-kejang. Penyakit fisik umum yang menyebabkan delirium dalam kelompok umur ini mencakup gagal jantung karena penyumbatan, pneumonia, infeksi saluran urin, kanker, gagal ginjal atau hati, malnutrisi, dan kecelakaan serebrovaskular atau stroke. Delirium biasanya memiliki lebih dari satu penyebab.
Setiap kondisi yang menyebabkan seseorang harus tinggal di rumah sakit, terutama di ruang perawatan intensif, meningkatkan resiko delirium. Penyebab umum termasuk dehidrasi dan infeksi, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, dan infeksi kulit dan perut. Contoh kondisi lain yang meningkatkan risiko delirium meliputi:

1.    Demensia
2.    Usia yang lebih tua
3.    Demam dan infeksi akut, terutama pada anak-anak
4.    Episode delirium sebelumnya
5.    Gangguan visual atau pendengaran
6.    Kurang gizi atau dehidrasi
7.    Penyakit parah, kronis atau terminal
8.    Beberapa masalah atau prosedur medis
9.    Pengobatan dengan beberapa obat
10.    Penyalahgunaan obat atau alkohol atau penarikan
Sejumlah obat atau kombinasi obat dapat memicu delirium, termasuk:
1.    Obat nyeri
2.    Obat tidur
3.    Obat alergi (antihistamin)
4.    Obat untuk gangguan mood, seperti kecemasan dan depresi
5.    Obat penyakit Parkinson
6.    Obat untuk mengobati kejang atau kejang-kejang

3.    Gejala-gejala Delirium


Delirium dapat diawali dengan berbagai gejala, dan kasus yang ringan mungkin sulit untuk dikenali. Tingkah laku seseorang yang mengalami delirium bervariasi, tetapi kira-kira sama seperti orang yang sedang mengalami mabuk berat. Ciri utama dari delirium adalah tidak mampu memusatkan perhatian. Penderita tidak dapat berkonsentrasi, sehingga mereka memiliki kesulitan dalam mengolah informasi yang baru dan tidak dapat mengingat peristiwa yang baru saja terjadi.
Hampir semua penderita mengalami disorientasi waktu dan bingung dengan tempat dimana mereka berada. Fikiran mereka kacau, mengigau dan terjadi inkoherensia. Pada kasus yang berat, penderita tidak mengetahui diri mereka sendiri. Beberapa penderita mengalami paranoia dan delusi (percaya bahwa sedang terjadi hal-hal yang aneh).
Respon penderita terhadap kesulitan yang dihadapinya berbeda-beda; ada yang sangat tenang dan  menarik diri, sedangkan yang lainnya menjadi hiperaktif dan mencoba melawan halusinasi maupun delusi yang dialaminya. Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka sering terjadi perubahan perilaku. Keracunan obat tidur menyebabkan penderita sangat pendiam dan menarik diri, sedangkan keracunan amfetamin menyebabkan penderita menjadi agresif dan hiperaktif.

Delirium bisa berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari atau bahkan lebih lama lagi, tergantung kepada beratnya gejala dan lingkungan medis penderita. Delirium sering bertambah parah pada malam hari (suatu fenomena yang dikenal sebagai matahari terbenam). Pada akhirnya, penderita akan tidur gelisah dan bisa berkembang menjadi koma (tergantung kepada penyebabnya).

4.    Perbedaan Delirium dan Demensia


Kondisi medis lainnya dapat menyebabkan gejala yang berkaitan dengan delirium. Demensia dan delirium mungkin sangat sulit dibedakan, dan seseorang mungkin memiliki keduanya. Bahkan, seringnya delirium terjadi pada orang dengan demensia.
Demensia adalah penurunan progresif memori dan kemampuan berpikir lainnya karena disfungsi bertahap dan hilangnya sel-sel otak. Penyebab paling umum dari demensia adalah penyakit Alzheimer.
Beberapa perbedaan antara gejala delirium dan demensia meliputi:
1.    Serangan. Terjadinya delirium terjadi dalam waktu singkat, sementara demensia biasanya diawali dengan gejala yang relatif kecil yang secara bertahap memburuk dari waktu ke waktu.
2.    Perhatian. Ketidakmampuan untuk tetap fokus atau mempertahankan perhatian secara signifikan terganggu pada penderita delirium. Seseorang pada tahap awal demensia umumnya tetap waspada.

3.    Fluktuasi. Munculnya gejala delirium dapat berfluktuasi secara signifikan dan sering sepanjang hari. Orang-orang dengan demensia mungkin memiliki hari yang baik atau buruk, namun memori dan kemampuan berpikirnya tetap pada tingkat yang cukup konstan di hari itu.

5.    Penatalaksanaan Medis


Ada beberapa cara untuk meringankan gangguan delirium pada lansia, salah satunya dengan cara terapi. Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan faktor yang memberatkan seperti:
1.    Menghentikan penggunaan obat
2.    Obati infeksi
3.    Suport pada pasien dan keluarga
4.    Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien
5.    Cukupi cairan dan nutrisi
6.    Vitamin yang dibutuhkan
6.    Penanganan Delirium

Kesembuhan total dari delirium merupakan hal yang mungkin jika sindrom tersebut diidentifikasi dengan benar dan penyebabnya ditangani dengan cepat dan efektif. Umumnya diperlukan waktu satu hingga empat minggu untuk kesembuhan sepenuhnya;diperlukan waktu lebih lama bagi pasien lanjut usia dibanding pada pasien yang lebih muda. Meskipun demikian, jika kondisi yang menyebabkannya tidak ditangani, otak dapat mengalami kerusakan permanen dan pasien akhirnya meninggal.

Adapun cara penanganan yang dapat dilakukan, yaitu:
1.   Pemberian intervensi. Intervensi tersebut mencakup berbagai protokol yang distandardisasi untuk menangani berbagai factor resko delirium seperti kurang tidur, imobilitas, dehidrasi, kelemahan penglihatan dan pendengaran, dan kelemahan kognitif (Inouye dkk., 1999).
2.   Memberikan pendidikan kepada keluarga pasien demensia untuk  simtom-simtom delirium dan mengetahui bahwa ganguan tersebut dapat dipulihkan. Hal ini penting karena mereka kemungkinan menginterpretasi terjadinya delirium sebagai suatu tahap demensia progresif.
Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Posting Komentar

Iklan Tengah Post