-->

Iklan Billboard 970x250

Makalah Bahasa Dan Interpretasi doc

Makalah Bahasa Dan Interpretasi doc

    Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk Sosial atau Zoon Politicon, dimana Manusia tidak dapat
    Bahasa merupakan instrument yang berperan dalam mengkorporealisasi pahaman kita ke dalam bentuk materi kemudian dari situ individu berusaha untuk menginterpretasi makna yang ada pada bahasa agar makna tersebut dapat masuk ke dalam pahaman individu lain melalui proses epistemology. Hampir sama dengan Epistemologi, Bahasa pun adalah jembatan, namun bahasa menjembatani antara 1 pahaman dengan pahaman lain.

Dalam proses penyampaian pahaman melalui bahasa, Subjek yang berbahasa hanya membahasakan pahamannya atau ia hanya mengubah pahaman yang pada realitas internalnya dimana pada awalnya ia berbentuk konsep yang bersifat non-material kemudian dengan proses mengubah realitas pahaman menjadi realitas bahasa akhirnya Pahaman tersebut menjadi wujud materi yang dapat dijangkau oleh epistemology indra. Sedangkan subjek yang lain dalam hal ini berusaha untuk melakukan apriorisasi kepada bahasa yang ia terima untuk mencari makna yang ditunjukkan oleh bahasa tersebut, karena makna tersebut merupakan pahaman dari subjek yang ingin diketahui.
    Pada umumnya, setiap individu  tidak mampu memahami pahaman apabila pahaman tersebut tidak dibahasakan. 2 Manusia tidak mungkin hanya dengan diam tak bersuara kemudian mereka berdua dapat langsung memahami pahaman masing-masing. Apabila Pahaman yang bersifat non-material dan Subjektif maka sudah semestiny ia dimaujudkan dan diobjektifkan dengan cara menciptakan wujud buatan dimana apabila kita mengetahui wujud tersebut maka kita mengetahui sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain dalam hal ini adalah Pahaman dimana Pahaman itu ditangkap dari Ekstensi melalui proses Sensasi, Imajinasi, atau Abstraksi. Namun berbeda lagi dengan Intuisi pada Manusia-manusia pilihan yang telah melakukan proses Irfan yang memiliki kemampuan memahami tanpa perantara bahasa.
    Pahaman mesti memiliki instrument bahasa dan ia mesti berbentuk Ekstensi, sebab Kejamakan wujud setiap manusia dipisahkan pada setiap ekstensinya masing-masing. Misalnya Manusia a dan Manusia b dalam tataran metafisik memiliki Esensi yang sama atau Wujud yang satu namun dari segi Ekstensinya Manusia A dan Manusia B berbeda dari segi identitas karena Hukum ekstensi yang meniscayakan setiap Wujud  memiliki Identitas dan bersifat partikulir, Entah itu Partikulir Hubungan ataupun Partikulir Hakiki .
    Bahasa haruslah bersifat Objektif , karena subjektifitas pahaman meniscayakan pahaman hanya dapat diketahui oleh yang empunya pahaman itu sendiri, sedangkan tujuan bahasa adalah agar subjek lain dapat mengetahui pahaman kita. Namun  kebalikannya bagi subjek lain sebagai yang berusaha untuk menginterpretasi bahasa, bukan yang mengeluarkan bahasa dari pahamannya. Pahaman  subjek yang berbahasa bagi Subjek lain bersifat Objektif sedangkan  bahasa bagi subjek lain bersifat subjektif . Oleh karena itu Pahaman mesti diobjektifkan dalam wujud Bahasa sehingga manusia lain yang ingin mengetahui pahaman kita dapat mengetahuinya melalui perantara bahasa.
   
    Bahasa memiliki kebergantungan yang sangat besar terhadap pahaman, Sebab Bahasa diciptakan untuk menunjukkan pahaman, Ibarat Benda dan Bayangan, bahwa Bahasa dalam hal ini hanyalah bayangan dari Pahaman itu sendiri, sehingga mustahil ada Bahasa diluar dari pahaman.
    Menurut Penulis tidak ada pahaman yang tunamakna (Tidak Bermakna)  sebab semua bahasa pasti berasal dari pahaman. Walaupun subjek yang berbahasa itu tidak sadar dan  tidak tahu apa makna dari bahasa yang ia keluarkan atau bahasakan.
    Berbeda dengan kaum Empirisme yang menganggap bahwa bahasa menjadi tunamakna apabila makna tersebut tidak dapat dibuktikan wujudnya secara empiris. Misalnya pada kata tuhan, malaikat, dimana maknanya tidak dibuktikan secara empiris sehingga Tuhan dan malaikat hanya merupakan  realitas kata dan kata tersebut tidak memiliki makna. 
Dalam Interaksi Antar Individu, Bahasa saja tidak cukup dalam menciptakan sebuah interaksi, karena Bahasa yang tidak dipahami tidak akan menghasilkan  sebuah interaksi oleh karena itu bahasa tidak lengkap apabila tidak ada interpretasi dari subjek yang menerima bahasa. Jadi, Menurut penulis Interaksi antar individu apabila ada bahasa dan Interpretasi dalam Interaksi tersebut.
Bahasa adalah segala sesuatu yang dibuat yang digunakan untuk menunjukan makna . Makna adalah Segala sesuatu  yang hanya dapat diketahui melalui bahasa melalui Interpretasi. Interpretasi adalah Upaya untuk mengetahui makna yang ditunjukkan oleh bahasa melalui proses Apriorisasi Akal. Apriorisasi Akal telah dibahas pada pembahasan Epistemologi dan Aksioma, Dimana Apriorisasi mampu menghadirkan konsep  karena menangkap  konsep yang lain. Dimana hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain adalah hubungan antara Pendalil dan Didalili.
Hubungan antara  Bahasa dan Makna disini adalah  Hubungan dalil atau Hubungan tanda .Dalil/Tanda adalah sesuatu yang apabila diketahui maka kita akan mengetahui sesuatu yang lain misalnya pada Asap dan Api,  jika kita melihat ada Asap maka tanpa harus melihat Api kita telah mengetahui bahwa ada api, Asap dalam fenomena tersebut merupakan Pendalil/penanda sedangkan Api merupakan sesuatu yang didalilkan/ditandakan. Jadi, Menurut Penulis Asap dalam hal ini merupakan bahasa Api yang darinya  menunjukkan makna Api itu sendiri.    
    Namun perlu kita pahami bahwa  menurut penulis adalah sebuah kekeliruan jika menganggap Hubungan dalil ini  dapat berlaku apabila antara pendalil dan didalikan telah diketahui sebelumnya, Makna yang ditunjukkan tidak perlu diketahu sebelumnya. Oleh karena itulah mengapa dalam berbahasa dibutuhkan sebuah Interpretasi Makna. Apabila Hasil Interpretasi  makna pada bahasa tersebut sesuai dengan makna yang ingin disampaikan oleh Subjek yang berbahasa maka dapat dikatakan bahwa Interpretasi tersebut berhasil. Namun Apabila sebaliknya Interpretasi tersebut dikatakan Gagal. Argumentasi berbeda lagi apabila dikaitkan dalam Kajian Ilmu Huduri , Bahasa dan Interpretasi tidak dibutuhkan sebab antara pahaman individu dan Pahaman individu yang lain melalui Proses Intuitif telah menghuduri antara satu sama lain.   
Menurut Penulis, Bahasa tidak hanya terbatas hanya pada Kata-kata saja yang biasa kita lihat pada Kamus. Namun lebih dari itu Bahasa adalah segala sesuatu yang dibuat untuk menunjukkan makna, apapun itu, bahkan ketika kita memakai baju yang mahal, bagus, dan bermerk untuk menunjukkan makna bahwa kita adalah orang kaya dan Elit, maka itupun adalah sebuah bahasa.
Berdasar dari situ, penulis berpendapat bahwa Bahasa memiliki 3 tingkatan. Bahasa Hakiki, Bahasa Alam, Bahasa Simbol dan Bahasa Konsensus.

1. Bahasa Tuhan adalah Wujud yang diciptakan Tuhan yang apabila diketahui maka pahaman akan  mengetahui Sifat dan perbuatan Tuhan. Semua ciptaan tuhan merupakan wujud yang dibuat oleh tuhan.
    Salah satu cara membuktikan keberadaan tuhan adalah melalui ciptaanya, karena ciptaan adalah penanda/pendalil yang apabila diketahui maka kita akan mengetahui atau menandai/mendalilkan adanya pencipta. Namun dalam mengetahui yang didalilkan tersebut itu bergantung kemampuan interpretasi kita masing-masing, karena masih banyak dari kita yang masih berpandangan bahwa ciptaan yang ada ini lahir dari sebuah ledakan besar atau Bigbang.
    Hal ini juga ditunjukkan oleh beberapa dalil Al-Quran bahwa ciptaan tuhan merupakan tanda-tanda yang apabila diketahui maka kita dapat mengenal diri-Nya.Salah satu dalil Al-Quran yang menjelaskan hal tersebut.
    “ Dan dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai diatasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan.Dia menutupkan malam kepada siang.Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Ar-Ra’d ayat 3)

2. Bahasa Cosmos adalah Wujud yang diciptakan Tuhan yang apabila diketahui maka pahaman akan mengetahui Hakikat Penciptaan dari ciptaan-Nya.
    Dalam kajian tentang Cosmologi, kita dapat mengurainya menjadi 2 objek kajian yaitu Macrocosmos (Alam Semesta) dan Microcosmos (Manusia).Bahasa Alam terdiri atas 2 yaitu Bahasa Macrocosmos dan Bahasa Microcosmos.
    Bahasa Macrocosmos adalah segala Fenomena Alam semesta yang apabila diketahui maka kita akan mengetahui Hakikat Penciptaan Fenomena tersebut. Misalnya Antara benda jatuh dan Gaya Gravitasi, Benda jatuh merupakan sebuah fenomena alam sehingga dari situ kita dapat menginterpretasikan sebuah hakikat bumi bahwa bumi memiliki hukum gaya gravitasi.
    Bahasa Macrocosmos adalah Segala Fenomena yang terjadi pada Manusia yang apabila diketahui maka kita akan mengetahui Hakikat Penciptaan manusia, terutama Fitrah Manusia. Misalnya Fenomena lapar pada manusia merupakan sebuah tanda yang menunjukkan makna bahwa manusia membutuhkan makanan.
    Bahasa cosmos merupakan wujud ciptaan tuhan namun kekurangannya wujud ciptaan tuhan bagi beberapa individu hanya menganggap semua fenomena alam semesta dan manusia hanyalah sebuah hukum alam yang tidak memiliki pengatur, pencipta dan penguasa, Fenomena ini hanya dianggap sebagai tanda yang menunjukkan Hukum Alam, Anggapan ini terjadi pada Golongan Sainstis barat yang berusaha mengkaji dan mengobservasi fenomena alam hanya untuk mencari makna yang tidak sampai pada mengetahui tentang peran Tuhan dalam semua fenomena alam tersebut. oleh karena itu sudah sangat wajar bahwa mayoritas Sainstis barat dibutakan oleh Alam Semesta yang Material untuk mengenal Tuhan.

3. Bahasa Simbol adalah Wujud buatan manusia yang ditemukan oleh manusia dari wujud ciptaan tuhan yang apabila diketahui maka pahaman akan mengetahui Pahaman dan Ekstensi yang lain.
    Wujud Simbol dalam hal ini bukan berarti diciptakan oleh manusia sebab manusia tidak memiliki kemampuan untuk mencipta namun manusia hanya memanipulasi, mengubah bentuk, atau memodifikasi apa yang telah ada (Wujud ciptaan Tuhan) oleh karena itu penulis membedakan kata Membuat dan Mencipta.
    Bahas symbol merupakan bahasa yang dibuat manusia karena Daya kreatifitas dan daya imajinasinya setelah mengsensasi Fenomena-Fenomena Alam semesta yang diciptakan tuhan. Itulah, mengapa bahasa symbol itu sangat mirip dengan Realitasnya namun antara symbol dan Realitasnya sudah pasti berbeda.
    Bahasa Simbol terdiri atas 3 yaitu Bahasa Visual, Bahasa Audio, Bahasa Audiovisual.
    Bahasa Visual adalah Simbol yang hanya dipersepsi secara Sensasi Penglihatan yang menunjukkan makna Pahaman pembuatnya dan/atau menunjukkan Misdaq dari Simbol itu sendiri.Misalnya bahasa visual itu bisa dilekatkan pada Gambar dan Lukisan Pemandangan Matahari terbenam di Pantai, Setiap Lukisan pasti memiliki makna dari segi pahaman yaitu makna yang ingin disampaikan oleh pelukis dan dari segi misdaq yaitu Fenomenan matahari terbenam di pantai pada realitasnya.Namun sekali lagi bahwa antara Walaupun antara Lukisan dan Realitasnya sangat mirip namun sudah pasti secara Prinsip Identitas keduanya berbeda.
    Bahasa  Audio adalah Simbol yang hanya dipersepsi secara Sensasi Pendengaran yang menunjukkan makna pahaman pembuatnya dan Misdaq pada realitasnya itu sendiri. Misalnya pada Bunyi Musik  lembut dan Pelan pada biola yang menunjukkan pahaman pembuatnya yang sedang sedih dan Misdaqnya itu sendiri yaitu Biola.
    Bahasa Audiovisual adalah Simbol yang hanya dipersepsi secara Sensasi Penglihatan dan Pendengaran  yang menunjukkan makna pahaman pembuatnya dan Misdaq pada realitasnya itu sendiri. Misalnya pada Film Titanic, Film ini merupakan bahasa symbol yang terdiri atas visual dan audio yang menunjukkan makna pahaman pembuatnya yaitu bahwa Kapal Titanic yang dibangga-banggakan karena dianggap tidak mungkin  tenggelam, akhirnya karena kelengahan dan kesombongan, kapal itu tenggelam karena menabrak gunung Es dan Makna Misdaqnya itu sendiri yaitu Peristiwa tenggelamnya Kapal Titanic pada realitasnya itu sendiri. 
    Bahasa Simbol merupakan bahasa saat ini digunakan oleh beberapa pihak dalam melakukan propaganda dan hegemoni kepada yang menerima bahasa tersebut secara tidak sadar ataupun sadar.Propaganda Perang dunia 1 dan 2 bisa kita lihat menggunakan ketiga bahasa symbol dalam mempengaruhi masyarakat dunia melalui Gambar, Musik dan Video/Film. Bahasa symbol ini penulis kira bahan kaji perlu dipahami ditengah Zaman Globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya Teknologi, Informasi dan Komunikasi, sehingga Interaksi bahasa symbol dari satu Negara ke Negara lain atau dari satu individu dan individu lain akan terus meningkat.

4. Bahasa Konsensus adalah Wujud buatan yang disepakati oleh lebih dari 1 manusia yang apabila diketahui maka pahaman akan mengetahui Pahaman atau Ekstensi.

    Bahasa Konsensus terdiri atas 2 yaitu Bahasa Kata dan Bahasa Tulisan.Bahasa Konsensus merupakan pada dasarnya merupakan bahasa symbol yang disepakati oleh manusia, oleh karena itu bentuk bahasa dan Makna yang ditunjukkan telah disepakati oleh lebih dari 1 individu atau dapat kita sebut masyakat.Bahasa kesepakatan terbilang banyak karena di dunia dalam rentetan waktu dan dalam setiap wilayah masyarakat itu berbeda.Bahasa consensus pada masyarakat Inggris dan Masyarakat Arab itu berbeda.
    Bahasa Kata adalah Wujud buatan yang disepakati oleh manusia untuk menunjukkan makna pahaman dan/atau misdaq dimana antara yang berbahasa dan yang menerima bahasa melakukan interaksi secara langsung. Misalnya Tulisan Book pada bahasa Inggris disepakati untuk dibahasakan secara Kata (Lisan)  dengan  “Buk”. Bukan dibaca “Bok”.
    Bahasa Tulisan  adalah Wujud buatan yang disepakati oleh manusia untuk menunjukkan makna pahaman dan/atau misdaq dimana antara yang berbahasa dan yang menerima bahasa melakukan interaksi secara tidak langsung karena ada perantara wujud lain sebagai media. Misalnya pada Kata Buku dalam bahasa Inggris dibaca “Buk” namun dalam Bahasa Tulisan disepakati bahwa Kata buku dalam bahasa Inggris ditulis “Book”, bukan ditulis “Buk”.
hidup sendiri sebab setiap manusia mesti membutuhkan manusia yang lain guna untuk membantu memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu mesti ada interaksi antara individu. Namun pahaman setiap individu akan apa yang ia butuhkan itu tidak mungkin dapat dipahami langsung oleh individu lain apabila tidak ada instrument dalam menghantarkan dari satu pahaman kepada pahaman manusia lain. Oleh karena itu.Sudah fitrah manusialah bahwa mereka mesti berbahasa.
Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Posting Komentar

Iklan Tengah Post