-->

Iklan Billboard 970x250

Makalah Dasar Dasar Memahami Bahasa Indonesia DOC

Makalah Dasar Dasar Memahami Bahasa Indonesia DOC

DASAR DASAR MEMAHAMI BAHASA INDONESIA

DAFTAR ISI
Sambutan Ketua STAIN Palopo - iii
Kata Pengantar - iv
Daftar Isi – v
BAB I Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia - 1
BAB II Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah – 14
BAB III Penggunaan dan Tata Tulis Ejaan (Pelafalan, Penulisan
Huruf, dan kata) – 19
BAB IV Penggunaan dan Tata Tulis Ejaan (Penulisan unsur
serapan, singkatan, akronim, dan tanda baca) – 30
BAB V Satuan satuan Bahasa – 43
BAB VI Diksi – 49
BAB VII Pembentukan dan Perluasan Kalimat – 63
BAB VIII Satuan satuan Bahasa – 75
BAB IX Pembentukan Paragraf – 85
BAB X Teknik Pengembangan Paragraf – 95
BAB XI Perencanaan Karya Tulis Ilmiah (Perumusan Topik dan
Judul) – 110
BAB XII Out Line (Kerangka karangan) – 119
BAB XIII Teknik Penulisan Surat – 126
DAFTAR PUSTAKA - 146
vi
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 1
BAB I
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN
FUNGSI BAHASA INDONESIA
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan sejarah bahasa Indonesia sebelum dan sesudah
kemerdekaan;
2. Memahami kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan bahasa Negara;
3. Menjelaskan pembagian ragam bahasa Indonesia;
4. Menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
A. Pendahuluan
Mahasiswa perlu ditingkatkan kesadarannya bahwa bahasa
Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan
seluruh bangsa Indonesia. Hal ini mengingat bahasa Indonesia
merupakan alat mengungkapan diri baik secara lisan maupun tertulis,
dari segi rasa, karsa, dan cipta, serta pikir, baik secara etis, estetis,
maupun secara logis. Warga negara Indonesia yang mahir berbahasa
Indonesialah yang akan dapat menjadi warga negara yang mampu
memenuhi kewajibannya di mana pun mereka berada di wilayah tanah
air dan dengan siapa pun mereka bergaul di wilayah NKRI. Oleh sebab
itu, kemahiran berbahasa Indonesia menjadi bagian dari kepribadian
Indonesia. Kemahiran berbahasa Indonesia bagi mahasiswa Indonesia
tercermin dalam tata pikir, tata ucap, tata tulis, dan tata laku berbahasa
Indonesia dalam konteks ilmiah dan akademis. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia masuk ke dalam kelompok mata kuliah pengembangan
2 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
kepribadian mahasiswa, yang kelak sebagai insan terpelajar akan terjun
ke dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai
pemimpin dalam lingkungannya masing-masing. Oleh karena itu,
mahasiwa diharapkan kelak dapat menyebarkan pemikiran dan
ilmunya, mereka diberi kesempatan melahirkan karya tulis ilmiah
dalam berbagai bentuk dan menyajikannya dalam forum ilmiah.
Kesempatan berlatih diri dalam menulis akan mengambil proporsi
sebesar 70 persen dibandingkan dengan penyajian lisan. Jadi, praktik
menggunakan bahasa Indonesia dalam dunia akademik/ilmiah
mendapatkan perhatian sangat tinggi dalam perkuliahan ini. Kerja sama
dalam meningkatkan kualitas karya tulis hendaknya dipadukan dalam
strategi belajar bersama dalam bentuk saling menyunting karya
ilmiahnya.
Mahasiswa peserta kuliah perlu disadarkan tentang kenyataan ini
dan ditimbulkan kebanggaanya terhadap bangsa nasional kita.
Kemudian, mahasiswa hendaknya juga ditingkatkan kesadarannya akan
kedudukan BI sebagai bahasa negara dan bahasa nasional, dan fungsi
BI sebagai bahasa lingua franca yang berpotensi untuk mempersatukan
seluruh bangsa. Untuk selanjutnya, mereka hendaknya diminta untuk
mengidentifikasi implikasi dari semua butir tentang bahasa Indonesia
tersebut bagi mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
Penyadaran dicapai lewat kegiatan ceramah dan tanya jawab/diskusi,
sedangkan identifikasi implikasi melalui diskusi kelompok.
B. Sejarah Bahasa Indonesia
1. Bahasa Indonesia sebelum Kemerdekaan
Bahasa Melayu adalah bahasa kebanggaan Brunei, Indonesia,
Malaysia, dan Singapura. Bahasa Indonesia yang berkedudukan
sebagai bahasa berkebangsaan dan bahasa resmi negara Republik
Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu, yang pokoknya
dari bahasa Melayu Riau (bahasa Melayu di Provinsi Riau, Sumatra,
Indonesia). Nama Melayu pertama digunakan sebagai nama kerajaan
tua di daerah Jambi di tepi Sungai Batanghari, yang pada pertengahan
abad ke-7 ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad
kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatra Selatan bagian timur dan
dibawa pemerintahan raja-raja Syailendra bukan saja menjadi pusat
politik di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu
pengetahuan.
Berdasarkan beberapa prasasti yang ditemukan, yaitu Kedukan
Bukit (683), Talang Tuwo (684), Telaga Batu (tidak berangka tahun),
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 3
Kota Kapur, Bangka (686), dan Karang Brahi (686) membuktikan
bahwa kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa Melayu, yaitu yang
biasa disebut Melayu Kuno, sebagai bahasa resmi dalam
pemerintahannya. Dengan kata lain, prasasti-prasasti itu menunjukan
bahwa pada abad ke-7 bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa
resmi di daerah kekuasaan Sriwijaya yang bukan hanya di Sumatra,
melainkan juga di Jawa dengan ditemukannya prasasti Gandasuli di
Jawa Tengah (832) dan didekat Bogor (942). Di Samping, sebagai
bahasa resmi pemerintahan, bahasa Melayu juga sudah digunakan
sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa pengantar dalam mempelajari
ilmu agama dan bahasa perdagangan.
Sekitar awal abad ke-15 kerajaan Malaka di Semenanjung
berkembang dengan sangat cepat menjadi pusat perdagangan dan pusat
pertemuan para pedagang dari Indonesia, Tiongkok, dan dari Gujarat.
Para pedagang dari Jawa pada waktu itu dikuasai oleh Majapahit
membawa rempah-rempah, cengkih, dan pala dari Indonesia Timur ke
Malaka. Hasil Bumi di Sumatra yang berupa Kapur barus, lada kayu
cendana, dan yang lainnya dibawa ke Malaka oleh para pedagang dari
Sumatra. Di Malaka mereka membeli barang-barang dagangan yang
dibawa oleh para pedagang dari Tiongkok dan Gujarat berupa sutera
dari India, kain pelikat dari Koromandel, minyak wangi dari Persia,
kain dari Arab, kain sutera dari Cina, kain bersulam emas dari
Tiongkok, kain satin, kipas dari Tiongkok, dan barang-barang
perhiasan yang lain.
Letak kota pelabuhan Malaka sangat menguntungkan bagi lalu
lintas dagang melalui laut dalam abad ke-14 dan 15. Semua kapal dari
Tiongkok dan Indonesia yang akan berlayar ke barat melaui Selat
Malaka. Dimikian pula semua kapal dari negara-negara yang terletak di
sebelah barat Malaka apabila berlayar ke Tiongkok atau ke Indonesia
juga melalui Selat Malaka, sebab pada saat itu, Malaka adalah satusatunya
kota pelabuhan di selat Malaka. oleh karena itu, Malaka
menguasai perdagangan antara negara-negara yang terletak di daerah
utara, barat, dan timurnya.
Perkembangan Malaka yang sangat cepat berdampak positif
terhadap bahasa Melayu. Sejalan dengan lalu lintas perdagangan,
bahasa Melayu yang digunakan sebagai bahasa perdagangan dan juga
penyiaran agama Islam dengan cepat tersebar ke seluruh Indonesia, dari
Sumatra sampai ke kawasan timur Indonesia.
Perkembangan Malaka sangat cepat, tetapi hanya sebentar
karena pada tahun 1511 Malaka ditaklukkan oleh angkatan laut
4 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Portugis dan pada tahun 1641 ditaklukkan pula oleh Belanda. Dengan
kata lain, Belanda telah menguasai hampir seluruh Nusantara.
Belanda, seperti halnya negara asing yang lain sangat tertarik
dengan rempah-rempah Indonesia. Mereka tidak puas kalau hanya
menerima rempah-rempah dari pedagan Gujarat. Oleh karena itu,
mereka datang sendiri ke daerah-daerah rempah itu. Pada tahun 1596
datanglah pedagang Belanda ke daerah Banten di bawah nama VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie). Tujuan utama mereka adalah
untuk berdagang, tetapi sejak tahun 1799 diambil alih oleh pemerinta
Belanda. Dengan demikian, tujuannya bukan hanya untuk berdagang,
melainkan juga untuk tujuan sosial dan pendidikan.
Masalah yang segera dihadapi oleh Belanda adalah masalah
bahasa pengantar. Tidak ada pilihan lain kecuali bahasa Melayu yang
dapat digunakan sebagai bahasa pengantar karena pada saat itu bahasa
Melayu secara luas sudah digunakan sebagai lingua franca di seluruh
Nusantara. Pada tahun 1521 Pigafetta yang mengikuti pelayaran
Magelhaens mengelilingi dunia, ketika kapalnya berlabuh di Todore
menuliskan kata-kata Melayu. Hal ini membuktikan bahwa bahasa
Melayu yang berasal dari Indonesia sebelah barat itu telah tersebar luas
sampai ke daerah Indonesia sebelah Timur.
Dari hari ke hari kedudukan bahasa Melayu sebagai ligua franca
semakin kuat, terutama dengan tumbuhnya rasa persatuan dan
kebangsaan di kalangan pemuda pada awal abad ke-20 sekalipun
mendapat rintangan dari pemerintah dan segolongan orang Belanda
yang berusaha keras menghalangi perkembangan bahasa Melayu dan
berusaha menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa nasional di
Indonesia. Para pemuda yang bergabung dalam berbagai organisasi,
para cerdik pandai bangsa Indonesia berusaha keras mempersatukan
rakyat. Mereka sadar bahwa hanya dengan persatuan seluruh rakyat
bangsa Indonesia dapat menghalau kekuasaan kaum penjajah dari bumi
Indonesia dan mereka sadar juga hanya dengan bahasa Melayu mereka
dapat berkomunikasi dengan rakyat. Usaha mereka mempersatukan
rakyat, terutama para pemudanya memuncak pada Kongres Pemuda di
Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928. Dalam kongres itu para pemuda
dari berbagai organisasi pemuda mengucapkan ikrar mengaku
berbangsa satu, bangsa Indonesia; mengaku bertanah air satu, tanah air
Indonesia; dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Demikianlah, tanggal 28 Oktober merupakan hari yang amat
penting, merupakan hari pengangkatan atau penobatan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan atau sebagai bahasa nasional.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 5
Pengakuan dan pernyataan yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober
1928 itu tidak akan ada artinya tanpa diikuti usaha untuk
mengembangkan bahasa Indonesia, meningkatkan kemampuan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai realisasi usaha itu, pada
tahun 1939 para cendekiawan dan budayawan Indonesia
menyelenggarakan suatu kongres, yaitu Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo, Jawa Tengah. Dalam Kongres itu Ki Hajar Dewantara
menegaskan bahwa “jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe
bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe
Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi
menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe
laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; ….”. Oleh
karena itu, kongres pertama ini memutuskan bahwa buku-buku tata
bahasa yang sudah ada tidak memuaskan lagi, tidak sesuai dengan
perkembangan bahasa Indonesia sehingga perlu disusun tata bahasa
baru yang sesuai dengan perkembangan bahasa.
Hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia pada tahun
1942 tidak satu keputusan pun yang telah dilaksanakan karena
pemerintahan Belanda tidak merasa perlu melaksanakan keputusan itu.
Setelah masa pendudukan Jepang Bahasa Indonesia memperoleh
kesempatan berkembang karena pemerintah Jepang, seperti halnya
pemerintah penjajah yang lain sesungguhnya bercita-cita menjadikan
bahasa Jepang menjadi bahasa resmi di Indonesia terpaksa
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pemrintahan dan
sebagi bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Perkembangan berjalan
dengan sangat cepat sehingga pada waktu kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia telah
siap menerima kedudukan sebagai bahasa negara, seperti yang
tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36.
2. Bahasa Indonesia Sesudah Kemerdekaan
Setelah Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 bahasa
Indonesia semakin mantap kedudukannya. perkembangannya juga
cukup pesat. Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18
Agustus ditetapkan Undang-undang Dasar 1945 yang di dalamnya
terdapat pasal, yaitu pasal 36, yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara
ialah Bahsa Indonesia.” Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai
bahasa negara juga, bahasa Indonesia dipakai dalam semua urusan yang
berkaitan dengan pemerintahan dan negara.
6 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang pesat. setiap tahun jumlah pemakai bahasa
Indonesia bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara juga semakin kuat. Perhatian terhadap
bahasa Indonesia baik di pemerintah maupun masyarakat sangat besar.
Pemerintah Orde Lama dan Orde Baru menaruh perhatian yang besar
terhadap perkembangan bahasa Indonesia di antaranya melalui
pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang
sekarang menjadi Pusat Bahasa dan Penyelenggaraan Kongres Bahasa
Indonesia. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan va Ophuijsen
ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang Disempurnakan selalu mendapat
tanggapan dari masyarakat.
Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat
saingan berat dari bahasa Inggris karena semakin banyak orang
Indonesia yang belajar dan menguasai bahasa Inggris. Hal ini, tentu
saja merupakan hal yang positif dalam rangka mengembangkan ilmu
dan teknologi. Akan tetapi, ada gejala semakin mengecilnya perhatian
orang terhadap bahasa Indonesia. Tampaknya orang lebih bangga
memakai bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
yang dipakai juga banyak dicampur dengan bahasa Inggris.
kekurangpedulian terhadap bahasa Indonesia akan menjadi tantangan
yang berat dalam pengembangan bahasa Indonesia.
Pada awal tahun 2004, Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia)
dan Majelis Bahasa Brunai Darussalam – Indonesia – Malaysia
(MABBIM) mencanangkan Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa
resmi ASEAN dengan memandang lebih separuh jumlah penduduk
ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu. Walaupun demikian,
gagasan ini masih dalam perbincangan.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang bahasa Indonesia telah
mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah
penggunanya, maupun dari segi sistem tata bahasa dan kosakata serta
maknanya. Sekarang bahasa Indonesia telah menjadi bahasa besar yang
digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di
banyak negara bahkan kebersian Indonesia dalam mengajarkan bahasa
Indonesa kepada genarasi muda telah dicatat sebagai prestasi dari segi
peningkatan komunikasi antarwarga negara Indosesia.
C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2)
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 7
lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai suku bangsa,
dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Keempat fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di atas dimiliki oleh bahasa
Indonesia sejak tahun 1928 sampai sekarang.
a. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional
Tidak semua bangsa di dunia mempunyai sebuah bahasa nasional
yang dipakai secara luas dan dijunjung tinggi. Adanya sebuah bahasa
yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan
suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. ini menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebanggaan. Seluruh suku bangasa di Indonesia harus memiliki rasa
kebanggan berbahasa nasional. Atas dasar kebanggaan inilah bahasa
Indonesia harus dipelihara dan dikembangkan. Bangsa Indonesia
sebagai pemilik bahasa Indonesia harus merasa bangga menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar.
b. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional
Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan
bahasanya berbeda. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat,
sebuah bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa dapat
diwujudkan di antaranya melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah
bahasa yang mengatasi berbagai bahasa yang berbeda, suku-suku
bangsa yang berbeda dapat mengidentifikasikan diri sebagai satu
bangsa melalui bahasa tersebut.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia harus
dijunjung tinggi di samping bendera dan lagu kebangsaan. Di dalam
pelaksanaan fungsi ini, bahasa Indonesia harus memiliki identitasnya
tersendiri yang membedakannya dengan bahasa lain.
c. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku
Bangsa
Sebuah bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang
budaya dan bahasanya berbeda dan mengalami masalah besar dalam
melangsungkan kehidupannya. Perbedaan dapat memecah belah bangsa
tersebut. Dengan adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa
nasional oleh semua suku bangsa yang ada, perpecahan ini dapat
dihindari karena suku-suku bangsa tersebut merasa satu. Kalau tidak
ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesi, yang dapat menyatukan
suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah
perpecahan bangsa.
8 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
d. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan Antardaerah
dan Antarbudaya
Masalah yang dihadapi bangsa yang terdiri atas berbagai suku
bangsa dengan budaya dan bahasa yang berbeda adalah komunikasi.
Diperlukan sebuah bahasa yang dapat dipakai oleh suku-suku bangsa
yang berbeda bahasanya sehingga mereka dapat berhubungan. Bahasa
Indonesia sudah lama memenuhi kebutuhan ini. Sudah berabad-abad
bahasa ini menjadi lingua franca di wilayah Indonesia.
Bahasa Indonesia perlu dibina dan dikembangkan untuk
menunjukkan kepada bangsa lain tentang kekayaan nasional berupa
pemilikan bahasa nasional Indonesia. Bahasa inilah yang telah berhasil
menyatukan cita dan semangat masyarakat Indonesia yang majemuk.
Nilai-nilai budaya yang berkadar nasional dikomunikasikan melalui
bahasa Indonesia.
2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan di tingkat
nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan, dan (4)
alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Fungi bahasa Indosesia sebagai bahasa negara di atas harus betulbetul
dilasanakan di dalam kehidupan bangsa Indonesia. Setiap petugas
negara harus memperhatikan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara tersebut.
a. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan
Dalam Kaitan dengan fungsi ini, sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia dipakai pada semua upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenagaraan, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Pidatopidato
resmi, dokumen-dokumen, keputusan-keputusan,dan surat-surat
resmi harus ditulis dalam bahasa Indosesia. Upacara-upacara kengaraan
juga dilangsugkan dengan bahasa Indosesia. Pemakaian bahasa
Indosesia dalam acara-acara kenegaraan sesuai dengan UUD 1945
mutlak diharuskan. Tidak dipakainya bahasa Indoneseia dalam hal ini
dapat mengurangi kewibawaan negara karena hal tersebut merupakan
pelanggaran terhadap UUD 1945.
Pelaksanaan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan, pemakai bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan
administrasi negara (pemerintah) perlu dibina dan dikembangkan.
Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor penentu
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 9
di dalam pengembangan tugas pemerintah, seperti pada penerimaan
pegawai baru dan kenaikan pangkat, baik sipil maupun militer, serta
pemberian tugas khusus di dalam dan di luar negeri. Di samping itu,
mutu kebahasaan yang dipakai pada siaran radio, televisi, dan surat
kabar perlu ditingkatkan dan dikembangkan lebih baik lagi.
b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia
Pendidikan
Dunia pendidikan di sebuah negara memerlukan sebuah
bahasa yang seragam sehingga kelangsungan pendidikan tidak
terganggu. Pemakaian lebih dari satu bahasa dalam dunia pendidikan
akan mengganggu keefektifan pendidikan. Biaya pendidikan menjadi
lebih hemat. Peserta didik dari tempat yang berbeda dapat saling
berhubungan. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang
dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam
pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia telah berkembang pesat dan
pemakaiannya sudah tersebar luas. Pemakaian bahasa Indonesia dalam
dunia pendidikan tidak hanya terbatas pada bahasa pengantar, bahanbahan
ajar, tetapi juga pemakaian bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di dalam dunia
pendidikan harus dilaksanakan mulai dari tingkat taman kanak-kanak
sampai ke perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
c. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat
Nasional untuk Kepentingan Pembangunan dan
Pemerintahan
Kepentingan pembangunan dan pemerintahan di tingkat nasional
memerlukan sebuah bahasa sebagai alat perhubungan sehingga
komunikasi tidak terhambat. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang
dipakai sebagai alat perhubungan, keefektifan pembangunan, dan
pemerintahan akan terganggu karena akan diperlukan waktu yang lebih
lama dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia dapat mengatasi
hambatan tersebut.
Perkembangan bahasa Indonesia pada mulanya memang ada yang
meragukan kemampuannya sebagai sarana komunikasi dan interakasi
manusia Indonesia, tetapi ternyata bahasa ini mampu mengungkapkan
pikiran-pikiran yang cukup rumit melalui kreativitas pengguna bahasa
yang bersangkutan terutama dalam kepentingan pembangunan dan
pemerintahan.
10 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
d. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan,
Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi.
Pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi
memerlukan bahasa. Hal ini dimaksudkan agar keperluan dalam
pengembangan tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Tanpa
bahasa seperti ini, pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi akan mengalami hambatan karena proses pengembangannya
akan memerlukan waktu yang lama dan hasilnya pun tidak akan
tersebar secara luas.
Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa di Indonesia
yang memenuhi syarat sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi karena bahasa Indonesia telah
dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini dimengerti oleh
sebagian masyarakat Indonesia. Dalam kaitan dengan fungsi ini, bahasa
Indonesia adalah alat yang memungkinkan untuk membina dan
mengembangkan kebudayaan Indonesia yang memiliki ciri-ciri dan
identitasnya sendiri yang membedakannya dengan kedudayaan daerah
dan kebudayaan asing. Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat atau
sarana untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya kita. karya-karya
besar yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia hendaknya diabadikan
dalam bahasa Indonesia.
3. Perkembangan Fungsi Bahasa Melayu / Bahasa Indonesia
a. Abad ke-7 sampai abad ke 15, berfungsi sebagai :
1) bahasa perhubungan lokal
2) bahasa perdagangan
3) bahasa pemerintahan
4) bahasa Agama
b. Abad ke-15 sampai awal abad ke XX (1920), berfungsi sebagai:
1) bahasa perhubungan / pergaulan lokal
2) bahasa perdagangan
3) bahasa sastra
4) bahasa pemerintahan
5) bahasa Agama
c. Awal abad ke-XX (1920-1945), berfungsi sebagai:
1) lingua franca
2) bahasa pergaulan
3) bahasa perdagangan
4) bahasa sastra
5) bahasa pemerintahan
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 11
6) bahasa pergerakan
7) bahasa Agama
8) bahasa surat kabar dan media komunikasi
9) bahasa kebudayaan
d. Tahun 1945- sekarang, berfungsi sebagai :
1) lingua franca
2) bahasa pergaulan
3) bahasa surat-menyurat (resmi, tak resmi)
4) bahasa perdagangan
5) bahasa Agama
6) bahasa sastra
7) bahasa kebudayaan
8) bahasa pemerintahan
9) bahasa politik
10) bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi
11) bahasa pendidikan
12) bahasa negara
13) bahasa persatuan
14) bahasa surat kabar dan media komunikasi
15) bahasa pembangunan
16) bahasa dokumentasi
17) bahasa pertemuan ilmiah
4. Kedudukan dan Fungsi Lain Bahasa Indonesia
Fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan
sebagai tugas pemakain bahasa itu di dalam kedudukan yang diberikan
kepadanya (Halim, 1976: 19). Rumusan ini kemudian menjadi rumusan
seminar politik Bahasa Nasional yang berlangsung di Jakarta 25-28
Februari 1975, dengan menetapkan kedudkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Prof.Dr. Slametmulyana dalam pidato pengukuhannya sebagai
guru besar pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1959
mengemukakan tiga fungsi pokok bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional, yaitu :
a. sebagai alat menjalankan administrasi negara
b. sebagai alat merapatkan berbagai suku menjadi satu bangsa
c. sebagai alat untuk menampung kebudayaan baru nasional.
Umar Junus merumuskan fungsi bahasa Indonesia dalam
bukunya “Sejarah dan Perkembangan ke Arah Bahasa Indonesia dan
Bahasa Indonesia” (halaman 46-47), sebagai berikut :
12 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
a. Menyatukan seluruh suku bangsa yang ada di wilayah
Republik Indonesia dalam suatu kesatuan kebangsaan yang
kokoh
b. Sebagai bahasa administrasi negara
c. Sebagai bahasa pengantar dalam lapangan pendidikan
mulai dari tingkat terendah sampai ke tingkat yang tertinggi
dan juga merupakan bahasa yang dapat digunakan sebagai
alat untuk menuliskan hasil-hasil penelitian dan
selanjutnya merupakan bahasa ilmu pengetahuan.
d. Sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan
e. Sebagai bahasa pergaulan.
5. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah
Bahasa daerah (BD) merupakan salah satu bahasa yang
digunakan di samping bahasa nasional yang dipakai sebagai bahasa
pergaulan intradaerah di wilayah RI. Bahasa daerah merupkan bagian
dari kebudayaan Indonesia yang hidup sesuai dengan penjelasan UUD
1945 Bab XV Pasal 36 yang berbunyi: “di daerah–daerah yang
mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan
baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Bali. Madura, Bugis,
Makassar, dan sebagainya), bahasa-bahasa itu akan dihormati dan
dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan sebagian
kebudayaan Indonesia yang hidup”. Dengan demikian, bahasa daerah
adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh
negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah maka bahasa
daerah berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang
identitas daerah, dan (3) alat penghubung antarwarga masyarakat
daerah.
Adapun dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia,
bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2)
bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat
permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata
pelajaran lain, dan (3) alat pengembangan dan pendukung kebudayaan
daerah.
6. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing
Bahasa asing yang dimaksud adalah semua bahasa, kecuali
bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa Melayu. Dalam
hubungannya dengan bahasa Indonesia, bahasa seperti Inggris, Jerman,
Prancis, Belanda, Jepang, Cina, Arab dan lain-lain, berkedudukan
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 13
sebagai bahasa asing. Kedudukan ini didasarkan atas kenyataan bahwa
bahasa asing tertentu diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan pada
tingkat tertentu. Dalam kedudukan demikian, bahasa-bahasa asing tidak
bersaing dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Oleh karena itu,
kehadiran bahasa asing berfungsi sebagai (1) alat penghubung
antarbangsa, (2) alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia
menjadi bahasa modern, alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern untuk pembangunan nasional
D. Kesimpulan
1. Sejarah perkembangan bahasa Indonesia dibagi menjadi dua fase
yakni sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan.
2. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dalam kesatuan negara RI
sesuai dengan UUD 1945 pasal 36.
3. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia,
seperti yang tekandung dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
4. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional
dan sebagai bahasa negara dengan fungsinya masing-masing.
5. Selain kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia juga dikenal fungsi
dan kedudukan bahasa daerah dan bahasa asing.
E. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Kemukakanlah perbedaan antara bahasa nasioanal, bahasa daerah,
dan bahasa asing!
2. Tuliskanlah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sesuai yang
telah dirumuskan dalam seminar Politik Bahasa Nasional tanggal
25-28 Februari 1975!
3. Uraikan sejelas-jelasnya kedudukan dan fungsi bahasa daerah dan
bahasa asing dalam kaitannya dengan bahasa Indonesia!
4. Bagaimana pendapat Anda tentang seseorang yang merasa lebih
berbangga menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa asing?
5. Seandainya Anda dapat berbahasa Inggris dengan fasih dan lancar
kemudian Anda bertemu dengan seorang bangsa asing yang juga
kesehariannya menggunakan bahasa Inggris dengan baik, tetapi
dalam percakapan orang asing tersebut menggunakan bahasa
Indonesia yang kurang baik dan benar. Apakah Anda akan
berbahasa Indonesia ataukah Anda mengajaknya untuk berbahasa
Inggris saja? Jelaskan!
14 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
BAB II
BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Memahami karakteristik bahasa Indonesia ragam ilmiah
2. Menjelaskan berbagai ragam bahasa
3. Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis
dan presentasi Ilmiah
A. Pendahuluan
Bahasa Indonesia sebagaimana bahasa pada umumnya,
digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks ini akan menentukan
ragam BI yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan BI
dalam orasi politik, misalnya akan menggunakan ragam yang berbeda
dari orang lain, seperti pada saat menyampaikan khutbah Jumat atau
bahan kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia
akademik/ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah
ragam ilmiah, yang memiliki ciri khas: cendekia, lugas dan jelas,
menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan
objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Mahasiswa dilibatkan dalam
kegiatan pembelajaran yang mendukung tumbuhnya pemahaman
mereka terhadap pengertian BI ragam Ilmiah.
B. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa
Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Sebagai bahasa
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 15
yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau
gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi
media yang efektif untuk berkomunikasi ilmiah, baik secara tertulis
maupun lisan. Selanjutnya, Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki
karakteristik cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan
padat, dan konsisten.
Bahasa Indonesia bersifat cendekia menunjukkan bahwa
bahasa Indonesia itu mampu digunakan secara tepat untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu membentuk
pernyataan yang tepat dan seksama. Sementara itu, sifat lugas dan jelas
dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan
Ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan
secra langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat
fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai.
Kalimat terjadi antara lain karena adanya keinginan penulis
menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari
kesatuan gagasan yang diungkapkan.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari
gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang
diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat
yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif. Sifat formal dan
objektif ditandai antara lain oleh pilihan kosakata, bentuk kata, dan
struktur kalimat. Kosakata yang digunakan bernada formal dan kalimatkalimatnya
memiliki unsur yang lengkap. Sementara itu, sifat ringkas
dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang
mubazir. Hal itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang
hemat. Terakhir, sifat konsisten yang ditampakkan pada penggunaan
unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah yang sesuai
dengan kaidah dan semuanya digunakan secara konsisten.
C. Berbagai Ragam Bahasa
Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai)
biasanya mempunyai kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang
dipakai dalam suasana resmi. Dalam suasana akrab, penutur bahasa
biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek, kata-kata dan
ungkapan yang maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta
percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato
resmi, ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya
16 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
digunakan kalimat-kalimat panjang, pilihan, dan ungkapan sesuai
dengan tuntunan kaidah bahasa yang benar. Brenstein menamakan
kedua ragambahasa yang terakhir ini masing-masing sebagai ragam
ringkas (restricted code) dan ragam lengkap (elaborate code).
1. Ragam Lisan dan Ragam Tulisan
Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan jenis kesatuan
dasarnya (Halim, 1998). Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam
bahasa dapat pula dibedakan antara ragam lisan dan ragam tulisan.
Kesatuan dasar ragam tulisan adalah huruf. Tidak semua bahasa terdiri
atas ragam lisan dan tulisan, tetapi pada dasarnya semua bahasa
memiliki ragam lisan.
Hubungan antara lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik.
Ragam tulisan melambangkan ragam lisan dengan pengertian bahwa
kesatuan ragam tulisan melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf
melambangkan kesatuan-kesatuan dasar lisan, yaitu bunyi bahasa
dalam bentuk yang dapat dilihat. Hubungan perlambangan antara kedua
ragam bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan bahwa struktur lisan
sama benar dengan struktur ragam tulisan. Dalam kenyataan, kedua
ragam bahasa itu pada dasarnya berkembang menjadi dua sistem
bahasa yang terdiri atas perangkat kaidah yang tidak seluruhnya sama.
Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu
berlaku juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan
unsur-unsur tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku
seluruhnya bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat
dalam bentuk selengkap mungkin.
Dalam hubungan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah
ragam lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian
rupa, sesuai dengan perkembanganya sebagai bahasa perhubungan
antara daerah dan antarsuku selama berabad-abad di seluruh Indonesia
(Teew, 1961; Halim 1998).
a. Ragam Baku dan Ragam Nonbaku
Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan
kepada siapa ia berbicara, di mana, tentang masalah apa, kapan, dan
dalam suasana bagaimana. Dengan adanya pertimbangan semacam itu,
timbullah ragam pemakaian bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya
(Suwito, 1983).
Situasi di kantor, dalam berdiskusi, berpidato, memimpin rapat
resmi, dan sebagainya merupakan situasi/suasana resmi (formal).
Dalam situasi/suasana seperti ini hendaknya dipakai ragam resmi atau
formal yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa baku atau
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 17
dengan singkat ragam baku. Ragam baku ini selain digunakan dalam
suasana, seperti yang telah disinggung di atas, juga digunakan dalam
surat menyurat resmi, administrasi pemerintahan, perundang-undangan
negara, dan dalam karya-karya ilmiah. Sebaliknya, situasi di dalam
rumah tangga, di pinggir jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan
olahraga, dan sebagainya merupakan situasi/ suasana yang tak resmi
(informal). Dalam suasana, seperti ini hendaknya kita menggunakan
ragam bahasa tak resmi (informal) yang biasanya disebut dengan istilah
ragam bahasa tidak baku (nonbaku) atau dengan singkatan ragam tidak
baku (nonbaku). Jadi, pemakaian bahasa di luar suasana formal (resmi)
dan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi antarsahabat,
antaranggota keluarga di rumah, dan antarpembeli kesemuanya
digolongkan ke dalam ragam tidak baku.
Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam
baku adalah ragam bahasa yang dilambangkan dan diakui oleh sebagian
besar warga masyarakat pemakaiannya dan dijadikan kerangka/ rujukan
norma kaidah bahasa dalam pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan,
ragam baku berisi rujukan yang menentukan benartidaknya pemakaian
bahasa, baik ragam lisan maupun tulisan, sedangkan ragam tidak baku
selalu ada kecenderungan untuk menyalahi norma/ kaidah bahasa yang
berlaku.
D. Menggunakan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis
dan Presentasi Ilmiah
Mengunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan
presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempat
hal tersebut secara hasil penelitian secara tertulis dan lisan. Itu berarti,
pada saat menulis tulisan ilmiah penulis harus berusaha keras agar
bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat yang
cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris bertolak
dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan kosisten.
Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan
kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan
dalam menggunakan ejaan, tanda baca, dan aspek-aspek mekanik
lainnya.
Bagaimana halnya dalam presentasi ilmiah? Ketika melakukan
presentasi ilmiah, presenter dituntut agar bahasa Indonesia lisan yang
digunakan diwarnai oleh sifat-sifat ragam bahasa Indonesia ilmiah
sebagaimana dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa fasilitas
18 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
dalam pengunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya
adanya kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan
mengunakan intonasi, jeda, dan unsur suprasegmental lainnya.
E. Kesimpulan
1. Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa
Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah.
2. Bahasa indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik, cendekia,
lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari
gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
3. Dilihat dari wujud kesatuan dasar bahasa Indonesia dibedakan
antara ragam lisan dan ragam tulisan.
F. Evaluasi
Kerjakan soal di bawah ini dengan cermat!
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia ragam ilmiah?
2. Jelaskan kriteria bahasa Indonesia ragam ilmiah berikut ini!
a. Cendekia
b. Lugas dan jelas
c. Menghindari kalimat fragmentaris
d. Bertolak dari gagasan
e. Formal dan objektif
f. Ringkas dan padat
g. Konsisten
3. Jelaskan perbedaan ragam resmi dan ragam tidak resmi!
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 19
BAB III
PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN
(Pelapalan, Penulisan huruf, dan Kata)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Memahami dan menerapkan pelafalan kosa kata dengan tepat.
2. Mengetahui kaidah dan aturan pemakaian atau penulisan huruf
3. Mengetahui pola pemisahan suku kata dalam kalimat.
4. Memahami kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku
pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
A. Pendahuluan
Sesungguhnya dasar yang paling baik untuk melambangkan
bunyi ujaran adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti
dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai
mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf itulah
manusia dapat menuliskan dan menyampaikan informasi kepada orang
lain.
Keseluruhan aturan tentang cara menggambarkan lambanglambang
bunyi ujaran dalam suatu bahasa merupakan bagian dari ejaan.
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi
bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu
bahasa. Batasan tersebut menunjukkan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku
kata, atau kata, sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh
lebih luas dari sekadar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan
20 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda
baca sebagai sarananya.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16
Agustus 1972. Ejaan yang ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini
memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang
sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan nama
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan pertama bahasa Indonesia
adalah Ejaan Van Ophuijsen (nama seorang guru besar Balanda yang
juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan selama 46 tahun sejak tahun
1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa
itu.
B. Pelafalan
Pelafalan adalah salah satu bentuk yang diatur dalam ejaan yang
merupakan cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Kenyataan
menunjukkan bahwa sering kita mendengarkan orang melafalkan bunyi
bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud adalah
ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan
pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai
dengan bunyi yang melambangkan huruf-huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan
kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi
yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /b/, dapat
diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau
fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia.
Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup
sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan
atau diucapkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal atau
ucapan dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut :
tulisan lafal yang salah lafal yang benar
Teknik
tegel
agenda
tehnik
tehel
ahenda
teknik (t e k n ik)
tegel (t e g e l )
agenda (a g e n d a )
Ada permasalahn yang sering muncul dalam pelafalan, yaitu
singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa
memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang telah dibakukan
berdasarkan ejaan.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 21
Contoh pelafalan berikut :
tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar
TV Tivi te ve
MTQ emtekyu
emtekui
em te ki
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah tentang
pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri.
Di dalam kaidah ejaan dijelaskan bahwa penulisan dan pelafalan nama
diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai,
gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku,
kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud
adalah adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan
memilih apakah mengikuti ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang
Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak
sesuai denga yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama
minuman, atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang
berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat melafalkan
unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut
memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangktan.
Perhatikan contoh berikut :
tulisan lafal yang benar
coca cola
HCl
CO2
ko ka ko la
Ha Se El
Se O2
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini adalah pelafalan
bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia.
Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan
dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, sihir, dan
sebagainya. Bunyi /h/ yang terletak pada dua vokal yang berbeda
dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada
kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata, seperti itu umumnya
dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/. Aturan ini tidak berlaku
bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal
bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohesi.
C. Pemakaian Huruf
22 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26
huruf di dalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan
huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/,
merupakan huruf serapan yang dipakai secara resmi di dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan
dan jangan diganti dengan huruf lain.
Contoh :
fakta tidak boleh diganti dengan pakta
valuta tidak boleh diganti dengan paluta
ziarah tidak boleh diganti dengan siarah
Meskipun huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa
Indonesia harus diingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf
/q/ hanya dapat dipaki untuk nama dan istilah, sedangkan untuk istilah
umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat
dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x + y. Huruf /x/ apabila
terdapat pada tengah kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus
konsonan /ks/.
Contoh :
Quran tetap ditulis Quran (nama)
aquarium harus ditulis dengan akuarium
taxi harus ditulis dengan taksi
complex harus ditulis dengan kompleks
quadrad harus ditulis dengan kuadrad
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan
untuk melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata masih ada
pengguna bahasa yang menggunakan tanda “ain” / ’ / untuk bunyi
hamzah glotal tersebut.
Contoh :
ta’zim harus diganti dengan taksim
da’wah harus diganti dengan dakwah
ma’mur harus diganti dengan makmur
D. Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal.
Huruf vokal dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan.
Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya didapati pada
penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap akhir tulisan.
Pengguna bahasa tidak boleh sewenang-wenang melakukan
pemotongan atau pemisahan kata, tetapi harus taat pada kaidah yang
berlaku. Penulis harus mengikuti kaidah pemisahan suku kata yang
diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti berikut ini :
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 23
1. Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, maka
pemisahan dilakukan di antara kedua vokal tersebut.
Contoh : permainan per-ma-in-an ketaatan ke-ta-at-an
2. Apabila di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan, maka
pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tersebut.
Contoh : ambil am-bil undang un-dang
3. Apabila di tengah kata terdapat konsonan di antara dua vokal,
maka pemisahan dilakukan sebelum konsonan.
Contoh : bapak ba-pak, sulit su-lit
4. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan,
pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan kedua.
Contoh : bangkrut bang-krut, instrument
in-stru-men
5. Imbuhan, termasuk awalan yang biasanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu
kesatuan.
Contoh : minuman mi-num-an, bantulah ban-tu-lah
6. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf
yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.
Contoh : ... ikut j- (salah) ... ikut ju- (benar)
uga ga
7. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan
di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf,
tetapi diletakkan di samping kanan huruf.
E. Penulisan Huruf
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan
yang Disempurnakan, yaitu aturan penulisan huruf besar (kapital) dan
aturan penulisan huruf miring. Kedua aturan tersebut akan dijelaskan
pada uraian berikut ini :
1. Penulisan huruf kapital
Kaidah penulisan yang tertera pada buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan masih sering diabaikan.
Secara singkat kaidah penulisan huruf kapital
dapat dijelaskan di bawah ini.
Kaidah nomor 3 pada penulisan huruf kapital menyebutkan
bahwa ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci
huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital, termasuk kata-kata ganti
untuk Tuhan. Kata-kata seperti Quran, Maha Pengasih, Maha Esa
sebagai ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan dan nama
24 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Tuhan ditulis dengan huruf kapital. Adapun ungkapan yang
berhubungan dengan nama diri cukup ditulis dengan huruf kecil.
Dengan demikian, kata-kata seperti: jin, iblis, surga, neraka, malaikat,
nabi, rasul, meskipun bertalian dengan keagamaan tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Kata ganti Tuhan, yaitu Engkau, Nya dan Mu, huruf
awalanya harus ditulis dengan huruf kapital. Antara kata ganti dan kata
yang mengikutinya harus diberikan tanda hubung karena tidak boleh
ada huruf kapital diapit oleh huruf kecil. Kaidah nomor 4 dan 5 pada
penulisan huruf kapital menyatakan bahwa gelar, jabatan atau pangkat
yang diikuti nama orang, nama daerah atau negara, huruf awalnya
harus ditulis dengan huruf kapital. Tegasnya, jika tidak dikuti nama
orang, daerah atau negara maka gelar, pangkat, dan jabatan ditulis
dengan huruf kecil.
Contoh :
Presiden Republik Indonesia
Gubernur Sulawesi Selatan
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu ?
Kaidah lain yang sering menimbulkan kesulitan menuliskan
huruf kapital adalah kaidah nomor 6, 7, dan 8. Kaidah ejaan
menyatakan bahwa yang ditulis dengan huruf kapital pada huruf
awalanya hanyalah yang menyangkut nama dan yang bukan nama tidak
ditulis dengan huruf kapital.
Contoh :
penulisan yang salah penulisan yang benar
Bangsa Indonesia
Bahasa Indonesia
Suku Dayak
Bulan Ramadan
Hari Sumpah Pemuda
bangsa Indonesia
bahasa Indonesia
suku Dayak
bulan Ramadan
hari Sumpah Pemuda
Kaidah selanjutnya yang juga sering menimbulkan kesalahan
penulisan adalah penulisan huruf kapital yang menunjukkan hubungan
kekerabatan yang digunakan sebagai kata ganti sapaan. Kata-kata
petunjuk kekerabatan sebagai sapaan huruf awalnya ditulis dengan
huruf kapital.
Contoh :
Buku Saudara sudah saya kembalikan.
Apa kabar, Kak ?
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 25
Kapan Bapak berangkat ?
2. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring dapat dipakai (1) menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, (2) menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata, dan (3)
menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing.
Contoh :
majalah Bahasa dan Kesusastraan
surat kabar Palopo Pos
F. Penulisan Kata
Kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berjumlah 22 kaidah. Kaidahkaidah
tersebut perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa kaidah yang sering tidak dipatuhi dalam
penulisan. Kesalahan penulisan muncul karena kurangnya pengetahuan
pengguna bahasa mengenai kaidah ejaan. Oleh karena itu, pengguna
bahasa perlu diberikan penjelasan tentang cara penulisan kata.
a. Penulisan Kata Turunan
Unsur imbuhan pada kata turunan, yaitu awalan (prefiks),
sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan kombinasi awalan dan akhiran
(konfiks) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Kalau bentuk yang
mendapat imbuhan itu merupakan gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang berhubungan langsung saja,
sedangkan bentuk dasarnya yang berupa gabungan kata tetap ditulis
terpisah tanpa tanda hubung. Gabungan kata yang sekaligus mendapat
awalan dan akhiran penulisannya dirangkaikan tanpa tanda hubung.
Contoh :
sebar tanggung jawab
disebar bertanggungjawab
sebarkan tanggung jawabnya
disebarkan pertanggungjawaban
b. Penulisan Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung. Pemakaian angka (2) untuk menyatakan bentuk pengulangan
hendaknya dihindari. Penggunaan angka (2) hanya dapat dipakai pada
tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada tulisan resmi, penulisan kata
ulang harus ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh :
sayur-mayur bersahut-sahut
26 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
sayur-sayuran sahut-menyahut
Ada juga bentuk pengulangan yang berasal dari bentuk dasar
kata gabung atau lazim disebut kata majemuk. Pada pengulangan
bentuk, seperti ini yang diulang hanya bagian yang pertama saja,
sedangkan bagian yang kedua tidak diulang.
Contoh :
bentuk dasar bentuk pengulangan
mata pelajaran mata – mata pelajaran
rumah sakit rumah – rumah sakit
c. Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis
terpisah bagian–bagiannya. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat
berdiri sendiri dan hanya muncul dalam bentuk kombinasi maka
penulisannya harus dirangkaikan.
Contoh :
kata gabung bentuk kombinasi
duta besar Pancasila
daya beli tunanetra
rumah bersalin antarkota
Bentuk kata dasar seperti daya beli, rumah bersalin, ditulis
terpisah bagian–bagiannya, sedangkan panca-, tuna-, dan antar- yang
tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata lepas ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya. Sejalan dengan penjelasan di atas, maka
Mahakuasa, Mahamulia ditulis serangkai karena maha- sebagai unsur
terikat diikuti oleh bentuk dasar ( kecuali bentuk Maha Esa ). Kalau
yang mengikutinya bukan bentuk dasar, melainkan bentuk turunan
maka penulisannya dipisahkan.
Contoh :
Mahatahu Mahakasih
Maha Mengetahui Maha Pengasih
Maha Mendengar Maha Melihat
Gabungan kata yang sudah sebagai satu kata dan dianggap
sudah padu ditulis serangkai, seperti : manakala, matahari, sekaligus,
daripada, hulubalang, olahraga, dan bumiputra. Gabungan kata yang
dapat menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan
menggunakan tanda hubung di antara bentuk yang menjadi unsurnya.
Pemberian tanda hubung pada kata tersebut diletakkan di belakang
unsur yang menjadi inti kata gabung tersebut.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 27
Contoh :
buku sejarah baru buku-sejarah baru
buku sejarah-baru
d. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
Kata ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya yang ada pertaliannya dengan
aku, engkau, kamu dan dia ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini : bukuku, bukumu,
bukunya, kuambil, kauambil. Adapun kata aku, engkau, kamu, dan
dia ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya atau yang
mendahuluinya.
e. Kata Depan di, ke, dan dari.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya. Sering pengguna bahasa masih kabur menerapkan
kaidah tersebut karena tidak dapat membedakan antara bentuk
awalan di- dan ke- yang penulisannya dirangkaikan, dan kata depan
di dan ke yang penulisannya dipisahkan. Awalan di- dan ke- yang
penulisanya dirangkaikan selalu berhubungan dengan kata kerja dan
mempunyai pasangan atau dapat dipertukarkan dengan awalan me-.
Misalnya, dibeli dapat dipertukarkan dengan awalan membeli.
Adapun kata depan di dan ke selalu menunjukkan arah atau tempat
dan tidak mempunyai pasangan tetap seperti awalan di-. Cara lain
yang dapat dipakai untuk mengetahui kata depan adalah dengan
menggunakan kata tanya di mana atau ke mana. Semua jawaban
pertanyaan di mana dan ke mana mengacu pada kata depan.
Contoh :
Di mana Amir berada ? (jawabannya di sana atau di sini)
Ke mana Saudara pergi ? (jawabannya ke sana atau ke
sini)
f. Partikel lah, kah, tah, pun, dan per
Partikel –lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Adapun partikel pun ditulis terpisah dengan kata
yang mendahuluinya, kecuali pada kata adapun, meskipun,
sungguhpun, dan sejenisnya yang sudah dianggap padu benar.
Partikel pun ditulis terpisah karena bentuknya hampir sama dengan
bentuk kata lepas. Bentuk pun, seperti itu mempunyai makna juga
sehingga penulisannya dipisahkan.
Contoh :
28 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Persoalan itu pun dikemukakannya. (persoalan itu juga
dikemukakannya)
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. (apa juga yang
dimakannya, ia tetap kurus)
Kalau gratis, aku pun ikut menonton. (kalau gratis, aku juga
ikut menonton)
Di samping partikel pun, terdapat juga partikel per dalam
bahasa Indonesia. Partikel per ditulis terpisah dari bagian–bagian
kalimat yang mendampinginya. Partikel per ditulis terpisah karena
per bentuknya sama dengan kata dan mengandung arti mulai, demi,
dan setiap.
Contoh :
Gaji buruh dinaikkan per 1 Januari 1990. (mulai)
Mobil-mobil yang melalui jembatan itu harus masuk
satu per satu. (demi)
Harga kain itu Rp 2. 000, 00 per meter. (setiap)
g. Pemakaian Angka Bilangan
Kesalahan yang sering muncul dalam pemakaian ejaan adalah
pemakaiaan angka bilangan tingkat. Kadang- kadang pengguna bahasa
tidak dapat membedakan cara mengguna angka Romawi dengan angka
biasa (angka Arab). Kalau menggunakan angka Romawi, penulisannya
tidak menggunakan awalan ke-. Kalau kita menggunakan angka biasa
atau angka Arab, maka angka Arab tersebut disertai dengan awalan ke-.
Di samping kedua cara di atas, masih ada cara lain yang dapat
digunakan, yaitu semua bilangan tingkat itu ditulis dengan huruf (kata).
Contoh:
penulisan salah penulisan benar
Perang Dunia ke II P e r a n g Dunia II
Perang Dunia Kedua
abad ke 20 an a b a d k e-20-an
abad kedua puluh
di tingkat ke dua di tingkat ke-2
di tingkat kedua
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 29
G. Kesimpulan
1. Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi
bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu
bahasa. Batasan tersebut menunjukkan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan
huruf, suku kata, atau kata, sedangkan ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekadar masalah pelafalan.
2. Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah
bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
bahasa Belanda, dan bahasa Jerman.
3. Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal.
Huruf vokal dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan.
Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya didapati pada
penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap akhir
tulisan.
4. Kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berjumlah 22 kaidah.
Kaidah-kaidah tersebut perlu diperhatikan dalam penggunaannya.
H. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Kapan huruf kapital keseluruhan digunakan?
2. Bagaimana penulisan kata gabung yang tepat? Berikan contoh!
3. Kapan tanda hubung digunakan? Berikan contoh!
4. Diskusikan bersama teman Anda, kapanpemilihan kata
dinyatakan tepat, cermat, dan serasi? Berikan contoh!
30 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
BAB IV
PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN
(Penulisan Unsur Serapan, Singkatan, Akronim,
dan Tanda Baca)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Mengetahui penulisan dan penggunaan kata hasil serapan sesuai
dengan kaidah.
2. Menjelaskan perbedaan antara singkatan dan akronim.
3. Memahami dan menerapkan penggunaan tanda baca dalam teks.
A. Pendahuluan
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga
ditentukan oleh kecermatan penulisan unsur serapan, singkatan, dan
ketidaktepatan pemakaian tanda baca. Ketidakcermatan penulisan
unsur serapan, singkatan, dan ketidaktepatan pemakaian tanda baca
dapat mengakibatkan pembaca atau lawan bicara tidak dapat mengerti
maksud pembicaraan. Berkaitan dengan hal tersebut pengguna bahasa
juga harus cermat dan tepat menggunakan ketiga aspek kaidah ejaan
tersebut. Untuk mengetahui kaidah penulisan unsur serapan, singkatan,
dan tanda baca, berikut akan dijelaskan beberapa kaidah yang
berkaitan denga ketiga aspek ejaan tersebut.
B. Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur
dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing,
seperti Sansekerta, Arab, Portogis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 31
taraf integrasinya, unsur serapan itu ada yang sudah disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya,
dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat hal-hal yang
berhubungan dengan kaidah penyerapan yang disertai dengan sejumlah
contoh.
(1) Penyerapan Secara Alamiah
Kata –kata asing diserap ke dalam bahasa Indonesia yang lazim
dieja dan dilafalkan dalam bahasa Indonesia tidak mengalami
perubahan. Penyerapan, seperti ini dikategorikan sebagai penyerapan
secara alamiah.
Contoh :
abjad mode badan potret
ilham sehat perlu arloji
(2) Penyerapan Seperti Bentuk Asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa
Indonesia dapat dipakai dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih
mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Jadi, pengucapan kata
tersebut masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan seperti ini tidak
terlalu banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
shuttle outside
cum laude bridg
(3) Penyerapan dengan Terjemahan
Penyerapan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia dapat dilakukan melalui penerjemahan kata-kata asing
tersebut. Penerjemahan ini dilakukan dengan cara memilih kata-kata
asing tertentu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
dapat berupa satu kata asing dipadankan dengan satu kata atau lebih
dalam bahasa Indonesia.
32 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Contoh :
kata asing Terjemahan indonesianya
Volcana
feed back
take off
gunung api
umpan balik (balikan)
lepas landas
(4) Penyerapan dengan Perubahan
Unsur–unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia ada yang penulisan dan pelafalannya disesuaikan dengan
sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk
asalnya akan mengalami perubahan setelah diserap ke dalam bahasa
Indonesia. Dalam penyerapan ini, perlu diusahakan agar ejaan dan lafal
asing (asal) hanya diubah seperlunya sehingga bentuk indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Hal ini dilakukan
agar bahasa Indonesia dalam perkembangannya memiliki ciri umum
(internasional).
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, penyerapan dengan perubahan, seperti ini diatur
dalam sejumlah kaidah. Ada lima puluh tujuh ketentuan mengenai
perubahan dan penyusunan bunyi dari kata asing ke kosakata
Indonesia. Hal tersebut, disajikan lengkap pada bagian lampiran.
Secara ringkas Contohnya dapat dilihat pada bentuk serapan berikut.
bentuk asal bentuk serapan
octaaf
haematite
construction
sosiology
oktaf
hematit
konstruksi
sosiologi
(5) Penyerapan Akhiran Asing
Proses pengembangan Bahasa Indonesia banyak menyerap
unsur dari bahasa asing di antaranya adalah akhiran asing. Di samping
penyesuaian huruf dan bunyi pada kata–kata serapan, bahasa Indonesia
juga mengambil akhiran asing sebagai unsur serapan. Akhiran asing itu
disesuaikan dengan kaidah yang ada dalam bahasa Indonesia.
Ketentuan itu telah diatur dalam kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Akhiran asing itu ada yang diserap sebagai bagian kata yang utuh,
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 33
seperti kata standardisasi di samping kata standar, kata implementasi
di samping kata implemen, dan kata objektif di samping kata objek.
Akhiran–akhiran itu antara lain akhiran –is, -isme, -al, -ik, –ika, -wan,
-wati, -log –tas, dan –ur
(6) Unsur Serapan Diberi Imbuhan Bahasa Indonesia
Unsur serapan yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia dapat diberi imbuhan bahasa Indonesia. Pemberian imbuhan
pada unsur serapan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu proses
pengimbuhannya mengikuti kaidah bahasa Indonesia atau proses
pengimbuhannya tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Apabila
unsur serapan itu sudah dirasakan, seperti bahasa Indonesia. Jika unsur
serapan itu masih dirasakan seperti bahasa asing, proses
pengimbuhannya boleh tidak mengikuti aturan atau kaidah bahasa
Indonesia.
Contoh :
Bentuk kata asal kata memperoleh imbuhan
kontak
opname
kritik
mengontak
diopname
mengkritik
C. Penulisan Singkatan dan Akronim
Singkatan dan akronim merupakan hasil proses pelesapan atau
penanggalan bagian kata atau bagian-bagian dari gabungan kata
sehingga menjadi sebuah bentuk singkat yang maknanya sama dengan
bentuk utuhnya. Singkatan dan akronim ini cukup produktif digunakan
dalam penulisan. Perbedaan kedua hasil proses pelesapan atau
penanggalan ini dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
1. Singkatan
Singkatan adalah proses pemendekkan yang dilakukan dengan
pengekalan sebuah atau beberapa huruf yang tidak membentuk kata.
Karena proses pengekalannya tidak membentuk kata, cara pelafalannya
tetap disesuaikan dengan cara melafalkan abjad-abjad yang ada dalam
bahasa Indonesia. Adapun penulisannya diatur dalam sejumlah kaidah,
yaitu :
1.1 Singkatan nama diri, seperti nama resmi lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, organisasi, instansi, lembaga, departemen, serta
nama dokumen resmi yang diambil dari gabungan antara huruf
pertama awal kata dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
1.2
Contoh :
34 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
DPR PDI
RCTI KTP
SMU TPI
1.2 Singkatan kata-kata umum yang terdiri atas tiga huruf ditulis
dengan menggunakan huruf kecil dan diakhiri tanda titik.
Contoh :
dsb. dll.
dkk. sbb.
dst. sda.
1.3 Singkatan kata-kata umum yang terdiri atas dua huruf, semuanya
ditulis dengan menggunakan huruf kecil dan setiap huruf diikuti
tanda titik.
Contoh :
a.n. d.a.
n.b. a.l.
u.b. s.d.
1.4 Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat
ditulis dengan huruf kapital pada awal singkatan tersebut dan
diikuti tanda titik.
Contoh :
R.A. Kartini Muh. AkilB.
Bpk. Prof.
Let. Ir.
1.5 Singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, satuan mata uang,
dan lambang kimia tidak menggunakan tanda titik.
Contoh :
kg (kilo gram cm (centi meter
Rp (rupiah) l (liter)
km (kilo meter) m (meter)
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 35
2. Akronim
Berbeda dengan singkatan, akronim merupakan hasil proses
pemendekan yang membentuk kata sehingga dilafalkan seperti kata.
Kaidah penulisan akronim juga diatur dalam sejumlah kaidah, yaitu :
2.1 Akronim nama diri yang berupa gabungan antara awal kata dengan
awal kata dari deret kata semuanya ditulis dengan menggunakan
huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh :
STAIN IKIP
MUI SIM
NIP NIM
2.2 Akronim nama diri yang berupa gabungan antara suku kata dengan
suku kata atau antara awal kata dengan suku kata dari deret kata
diawali dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh :
Golkar Puskesmas
Unhas Pertamina
Kemenag Unanda
2.3 Akronim yang bukan nama diri dan berupa gabungan antara suku
kata dengan suku kata atau antara suku kata dengan awal kata dari
deret kata, semuanya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh :
pemilu rudal
rapim bemo
patas berdikari
D. Pemakaian Tanda Baca
Bahasa tulisan merupakan gambaran bahasa lisan. Bahasa lisan
lebih lengkap jika dibandingkan dengan bahasa tulisan karena bahasa
lisan masih dapat menghadirkan alat-alat bantu untuk membantu
kelancaran komunikasi. Alat bantu yang dimaksud adalah gerak tangan,
mimik, tekanan suara, atau alat bantu yang lain. Namun, bahasa tulisan
juga dapat menggunakan alat bantu sebagai pengganti alat bantu yang
terdapat pada bahasa lisan, berupa tanda baca. Tanda baca itu sangat
berarti dalam bahasa tulisan.
Pemakaian tanda baca yang tepat penting diperhatikan dalam
penulisan karya ilmiah. Banyak pemakai bahasa yang kurang
36 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
mengindahkan kaidah tanda baca sehingga tulisan yang disusunnya
tidak mencapai sasaran. Adanya pemakaian tanda baca yang tepat dapat
membantu pembaca memahami tulisan dengan cepat. Sebaliknya, tidak
adanya tanda baca atau tidak tepatnya penggunaan tanda baca dapat
menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan dapat
mengubah pengertian kalimat.
Pencapaian kesempurnaan dalam berbahasa, khususnya dalam
pemakaian bahasa tulisan, pengguna bahasa harus berupaya memahami
aturan penggunaan tanda baca, seperti yang terdapat dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Sebagai gambaran, pembaca dapat melihat tulisan berikut ini yang
tidak menggunakan sama sekali tanda baca. Begitu susah memahami
makna tulisan tersebut. Jika tulisan tersebut diberikan tanda baca secara
tepat, akan mudah dapat dipahami tulisan itu. Perhatikan tulisan berikut
:
Pemahaman terhadap kaidah tanda baca berikut ini
diformulasikan secara singkat kaidah-kaidah tersebut :
1. Tanda titik ( . ) dipakai pada :
a. akhir kalimat pernyataan,
Contoh : Biarlah mereka duduk di sana.
b. singkatan nama orang,
Contoh : Abd. Kadir B.
c. singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan, kata atau
ungkapan yang sudah sangat umum, di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan, memisahkan angka pukul, menit, dan
detik yang menunjuk waktu, dan memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Contoh :
Singkatan Dieja/ dibaca
Dr.
S.H.
S.Pd.I.
Sdr.
Kep.
Kol.
a.n.
dsb.
14.12.10
Doktor
Sarjana Hukum
Sarjana Pendidikan Islam
Saudara
Kepala
Kolonel
atas nama
dan sebagainya
pukul empat belas lewat
dua belas menit lewat
sepuluh detik
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 37
d. tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan atau
jutaan yang tidak menunjukkan jumlah,
Contoh : STAIN Palopo resmi menjadi Sekolah Tinggi
tahun 1997.
e. tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf
awal kata, suku kata atau dalam akronim yang sudah diterima
oleh masyarakat,
Contoh: DPR Dewan Perwakilan Rakyat
KPU Komisi Pemilah Umum
Pemilu pemilihan umum
f. tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan
ukuran, takaran, dan mata uang,
g. tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, tabel, ilustrasi, dan
Contoh : Layar Terkembang
h. tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim.
Contoh : Jl. Agatis, Kota Palopo, Sulawesi Selatan
2. Tanda koma ( , ) dipakai pada :
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pamerian.
Contoh : Saya membeli kertas, tinta, dan pena.
b. Tanda koma dipakai memisahkan kalimat majemuk setara.
Contoh : Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
c. Tanda koma dipakai memisahkan anak kalimat dan induk
kalimat.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antara kalimat yang terdapat pada posisi awal.
Contoh : Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seruan.
Contoh: Wah, bukan main !
f. Tanda koma dipakai memisahkan petikan langsung dari bagian
lain.
Contoh: Kata Amir, ”Kamu harus rajin belajar’ jika tidak
kamu tidak akan naik kelas’ ”.
g. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur alamat yang ditulis
berurutan.
Contoh : Jurusan Tarbiyah, STAIN Palopo, Jalan Agatis, Kota
Palopo
38 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
h. Tanda koma dipakai memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya,
Contoh : Siregar, Merari, Asab dan Sengsara. Weltervreden,
Balai Poestaka, 1920.
i. Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit,
dan tahun terbit,
Contoh: Nurdjan, Sukirman, Kategori Verba Bahasa Duri :
Pendekatan Generatif, IC-Analysis, Makassar:
Indonesia Independen Publisher, 2012.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik.
Contoh : Prof. Dr. H.M. Ide Said D.M., M.Pd.
k. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan.
Contoh : Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
3. Tanda titik koma ( ; ) dipakai :
a. memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara, dan
Contoh : Malam makin larut ; kami belum selesai juga.
b. memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh : Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk
bekerja di dapur.
4. Tanda titik dua ( : ) dipakai :
a. pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian, kecuali kalau rangkaian atau pemerian merupakan
pelengkap yang mengakhiri kalimat pernyataan,
Contoh : Jurusan Tarbiyah mempunyai lima program studi:
Pendidikan Agama Islam, Tadris Bahasa Inggris,
Tadris Maematika, Pendidikan Bahasa Arab, dan
Pendidikan Madrasah Guru Ibtidaiyah.
b. sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian,
Contoh : Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Amir
Bendahara : Ani
c. dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku
percakapan, dan
Contoh : Ibu : ”Bawa kopor ini, Mir!
Amir : ”Baik, Bu”.
Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik !”
d. di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat
yang terdapat dalam kitab suci, atau di antara judul dan anak
judul suatu karangan.
Contoh : Surat Yasin : 9
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 39
5. Tanda hubung ( - ) dipakai :
a. untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah karena
pergantian baris,
b. menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya,
menyambung unsur-unsur kata ulang, dan
c. menyambung awalan se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, contoh: se-Indonesia,
6. Tanda pisah ( - ) dipakai :
a. membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
keterangan atau penjelasan,
Contoh : Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapaidiperjuangkan
bangsa itu sendiri.
b. menegaskan adanya aposisi, dan
Contoh : Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori, kenisbian,
dan juga pembelahan atom-telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
c. di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan.
Contoh : 1910-1945
7. Tanda elipsis ( . . . ) dipakai :
Menggambarkan kalimat yang terputus-putus, dan
Contoh : . . . kalau begitu . . . ya, marilah kita bergerak.
a. menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dihilangkan.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
8. Tanda tanya ( ? ) dipakai :
a. pada akhir kalimat tanya, dan
b. menyatakan kesangsian tentang sesuatu
9. Tanda seru ( ! ) dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan
yang mengandung perintah.
10. Tanda kurung ( ) dipakai :
a. mengapit keterangan tambahan,
Contoh : DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai
b. mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan,
Contoh : Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru dalam pasaran di dalam negeri.
c. mengapit angka atau huruf yang merinci suatu urutan
keterangan.
Contoh : (1) alam
(2) tenaga kerja; dan
40 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
(3) modal
11. Tanda kurung siku [ ] dipakai :
a. mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimt atau bagian kalimat yang tertulis dalam
naskah asli, dan
Contoh : Sementara itu lingkungan pemuda dari kampus ini
berhubungan [maksudnya: berhubungan] dengan
kenyataan-kenyataan di luar kampusnya.
b. mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh : (hanya menggunakan nada atau kombinasi nada-nada
dan apa yang saya sebut persendian [atau mungkin
kata lain penjedahan atau juncture itu]).
12. Tanda garis miring ( / ) dipakai :
a. pada penomoran surat, alamat, dan masa tahunan yan terbagi
dalam dua tahun takwin, contoh: 2007/2008
b. sebagai tanda pengganti kata atau, tiap.
13. Tanda petik tunggal ( ‘ ‘ ) dipakai :
a. mengapit petikan dalam petikan lain, dan
b. mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata asing.
14. Tanda petik ganda ( “ “ ) dipakai :
a. mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis,
b. mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang diacu dalam
kalimat,
c. mengapit istilah atau kata yang mempunyai arti khusus,
15. Tanda penyingkat atau apostrof ( ’ ) dipakai sebagai
penyingkat untuk menunjukkan penghilangan bagian kata.
Contoh : akan ’kan
E. Kesimpulan
1. Bahasa Indonesia menyerap unsur dari bahasa lain, baik dari
bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta,
Arab, Portogis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur serapan itu ada yang sudah disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun
penulisannya, dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 41
2. Singkatan adalah proses pemendekkan yang dilakukan dengan
pengekalan sebuah atau beberapa huruf yang tidak membentuk
kata.
3. akronim merupakan hasil proses pemendekan yang membentuk
kata sehingga dilafalkan seperti kata
4. Pencapaian kesempurnaan dalam berbahasa, khususnya dalam
pemakaian bahasa tulisan, pengguna bahasa harus berupaya
memahami aturan penggunaan tanda baca, seperti yang terdapat
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Sebagai gambaran, pembaca dapat melihat
tulisan berikut ini yang tidak menggunakan sama sekali tanda
baca. Begitu susah memahami makna tulisan tersebut. Jika
tulisan tersebut diberikan tanda baca secara tepat, akan mudah
dapat dipahami tulisan itu.
F. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Perbaikilah cara penulisan kata serapan yang salah di bawah
ini:
Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar
system sistim …………….
effective efektip …………….
echelon esselon …………….
method metoda …………….
frequency frekwensi …………….
percentage prosentase …………….
description diskripsi …………….
kwitantie kwitansi …………….
quality kwalitas …………….
formeel formil …………….
management managemen …………….
survey survei …………….
ambulance ambulan …………….
hypotesis hipotesa …………….
analysis analisa …………….
complex komplek …………….
taxi taxi …………….
apotheek apotik …………….
crystal crystal …………….
42 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
2. Jelaskan perbedaan antara singkatan dan akronim! Berikan
contoh!
3. Jelaskan manfaat penggunaan tanda baca dalam bahasa lisan!
4. Uraikan perbedaan penggunaan tand abaca penghubung (-)
dengan tanda baca pemisah (--)!
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 43
BAB V
SATUAN-SATUAN BAHASA
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian fonem, alofon, grafem, gugus, diftong,
morf, alomorf, morfem, kata majemuk, frasa, dan idiom bahasa
Indonesa;
2. Mengidentifikasi fonem-fonem yang benar dan yang salah;
3. Menjelaskan sistem fonologi (fonem, alofon, grafem)
4. Menjelaskan sistem morfologi (morf, alomof, morfem);
5. Membedakan kajian masing-masing unsur kebahasaan yang
ada dalam bahasa Indonesia.
A. Pendahuluan
Pembagian kajian pada tata bahasa deskriptif dapat dicermati
dari dua tataran. Tataran tersebut adalah tataran bunyi dan gramatika.
Bidang yang mengkaji tataran bunyi adalah fonologi, sedang bidang
yang mengkaji gramatika meliputi morfologi, sintaksis, dan analisis
wacana. Kajian gramatika Tagmemik, menunjukkan bahwa masih ada
satuan yang lebih besar dari satuan kalimat, yaitu gugus kalimat,
paragraf, dan wacana. Berkaitan dengan hal tersebut Kridalaksana
(1982) menguraikan delapan satuan gramatika, yaitu (1) morfem, (2)
kata, (3) frase, (4) klausa, (5) kalimat, (7) paragraf, dan (8) wacana.
Dengan mempertimbangkan satuan bunyi maka satuan-satuan bahasa
yang dimaksud mencakup (1) alofon dan fonem, (2) morf dan morfem,
(3) kata, (4) frase, (5) klausa, (6) kalimat, (7) gugus kalimat, (8)
44 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
paragraf, (9) wacana. Dari penjelasan tersebut, menunjukkan bahwa
satuan-satuan bahasa merupakan komponen pembentuk bahasa.
B. Fonem, Alofon, dan Grafem
1. Fonem
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan
kontras makna, misalnya, /h/ adalah fonem karena membedakan makna
kata harus dan arus (Kridalaksana, 2001: 55-56). Finoza (2005: 61)
menjelaskan bahwa fonem adalah bunyi yang terkecil yang dapat
membedakan arti. Selanutnya, dinyatakan bahwa fonem adalah bunyi
dari huruf dan huruf adalah lambang dari bunyi.
Pembagian fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas (1) bunyi
vokal, yaitu bunyi bahasa yang terjadi karena arus udara tidak
mengalami hambatan pada bunyi (a, e, i, u, o), (2) bunyi diftong, yaitu
dua fonem atau vokal yang dalam bahasa tulis diucapkan serentak.
Diftong dalam bahasa Indonesia mencakup (ai, au, dan oi), dan (3)
bunyi konsonan adalah bunyi bahasa yang terjadi karena arus udara
mengalami hambatan, pada bunyi (b, c, d, f, . . . ).
2. Alofon
Menurut Alwi dkk. (1993: 27) alofon adalah variasi suatu
fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon dituiskan
di antara dua kurung siku [. . . ]. Alofon dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu alofon vokal dan alofon konsonan. Alofon vokal,
misalnya fonem [ i ] mempunyai dua alofon, yaitu [i] dan [I].
3. Grafem
Grafem adalah gabungan huruf sebagai satuan lambang fonem
dalam sistem ejaan. Pada kata kalah yang terdiri atas lima huruf, k, a, l,
a, dan h, masing-masing huruf merupakan grafem, yakni [k], [a], [l],
[a], dan [h], dan masing-masing grafem melambangkan fonem yang
berbeda. Berbeda dengan kata kalang yang terdiri atas enam huruf dan
lima grafem, yaitu [k], [a], [l], [a], dan [ng].
C. Gugusan dan Diftong
1. Gugus
Gugus adalah gabungan dua konsonan, atau lebih yang
termasuk dalam satu suku kata yang sama. Misalnya, /kl/ dalam kata
/klinik/ karena dipisahkan suku kata menjadi /kli-nik/. Sebaliknya, /kl/
dalam kata /maklum/ bukanlah gugus karena pemisahan suku katanya
adalah /mak-lum/.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 45
2. Diftong
Diftong juga merupakan gabungan bunyi dalam satu suku kata,
tetapi yang digabungkan adalah vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan
luncuran w atau y karena diftong bukanlah gabungan dua bunyi vokal.
Istilah semi vokal yang kadang-kadang dipakai untuk w dan y sudah
menunjukkan bahwa keduanya bukan vokal. Misalnya, /kalau/ dan
/bangau/ dalam kata (kalau dan bangau) karena kalau dipisahkan suku
katanya menjadi /ka-law/ dan /ba-ngaw/. Sebaliknya, /au/ pada kata
/mau/ bukanlah diftong karena kalu dipisahkan suku katanya menjadi
/ma-u/. Jenis diftong dalam bahasa Indonesia, yaitu /ai/, /au/, dan /oi/.
D. Morf, Alomorf, dan Morfem
1. Morf
Morf adalah asosiasi fonem dengan suatu makna. Contohnya
morf (pembentuk) me menjadi men-, meng-, meny-, dan mem-.
Perubahan tersebut menjadi beberapa bagian merupakan variasi dari
dari alomorf. Contoh penggunaan morf tanpa terjadinya perubahan
alomorf, yaitu melacak dan melihat.
2. Alomorf
Alomorf adalah anggota suatu morfem yang sama, variasi
bentuknya disebabkan pengaruh lingkungan dimasukinya (morfem memempunyai
alomorf mem-, men-, meng-, meny-). Contoh buat menjadi
me(m)+buat, susul menjadi me(ny)usul.
3. Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan
makna atau mempunyai makna. Morfem dibedakan menjadi dua, yaitu
morfem bebas penggunaannya dapat berdiri sendiri, seperti cangkul,
pergi, dan baru. Di samping itu, morfem terikat adalah morfem yang
tidak dapat berdiri sendiri atau dalam penggunaannya melekat pada
bentuk lain.
Setiap jenis morfem terikat dalam bahasa Indonesia
mempunyai karateristik tersendiri di antaranya adalah :
(1) Afiks, yaitu bentuk terikat yang bila ditambahkan dalam
bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya dan memiliki
kesanggupan untuk melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk
kata atau pokok kata baru. Ciri-ciri afiks, yaitu : tidak memiliki makna
leksikal, bermakna gramatikal, merupakan bentuk terikat, mempunyai
kesanggupan untuk melekat pada bentuk lain, dan tidak dapat menjadi
bentuk dasar. Afiks dapat dikelompokkan menjadi: prefiks, infiks,
sufiks, dan konfiks.
46 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
(2) Klitika adalah bentuk terikat yang secara fonologis tidak
mempunyai tekanan sendiri dan tidak dianggap morfem tidak terikat
karena dapat mengisi gatra pada tingkat frase atau klausa, tetapi tidak
mempunyai ciri kata karena tidak berlaku sebagai bentuk bebas
meskipun memiliki makna leksikal. Ciri-ciri klitika, yaitu : memiliki
makna leksikal yang sama dengan kata ganti, tidak sama dengan kata
karena tidak dapat berlaku sebagai bentuk bebas, dan tidak dapat
dijadikan dasar dalam proses afiksasi.
Contoh : Buku ini kubeli untukmu.
Kamu menerimanya dengan senang hati.
(3) Pokok kata, yaitu satuan gramatik yang mirip dengan kata
karena memiliki makna leksikal dan dapat dijadikan bentuk dasar,
tetapi tidak dapat disebut sebagai kata karena termasuk morfem terikat.
Apabila telah dilekati afiks atau digabungkan dengan satuan lain yang
tepat akan terbentuk sebuah kata.
Misalnya :
ber + juang berjuang
per-an + juang perjuangan
daya + juang dayajuang
(4) Partikel, yaitu bentuk yang biasanya tidak dapat
diderivasikan atau diinfleksikan yang mengandung makna gramatikal
dan tidak mengandung makna leksikal, misalnya preposisi di, dari,
konjungsi, seperti dan atau berbagai partikel lain, seperti: -lah, -kah, -
tah, dan pun.
E. Kata Majemuk, Frase, dan Idiom
Bentuk kata majemuk, frase, dan idiom ini hampir sama,
ketiganya sama-sama terdiri atas kelompok kata, yaitu unsur-unsur
pembentuknya lebih dari satu. Permasalahan yang muncul adakah
kesamaan dan perbedaan dari ketiga bentuk tersebut? Selanjutnya,
dapat dilihat pada uraian berikut.
1. Kata majemuk
Kata majemuk adalah gabungan morfem yang dapat
menimbulkan pengertian atau makna baru. Ciri-ciri kata majemuk
adalah tidak dapat disisipi bentuk lain di antara unsur-unsurnya, seperti
kata sambung yang atau dan, memiliki unsur pusat atau sama
bagiannya, dan tidak dapat dipertukarkan letak unsur-unsur
pembentukannya.
Jenis kata majemuk dapat dibedakan menjadi tiga bagian di
antaranya adalah :
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 47
(1) Kata majemuk berpusat (mempunyai inti) adalah bentuk kata
yang unsur-unsurnya mempunyai kedudukan yang tidak
sederajad, tidak sejajar, dan salah satu bagiannya memberikan
penjelsan kepada bagian yang lain. Dalam bahasa Sansekerta
kata majemuk tersebut dinamakan tatpurusa, bersifat
endosentris yang terdiri atas kata majemuk berpusat dengan
pola DM, misalnya rumah sakit, dan kata majemuk berpusat
dengan pola MD, misalnya bulat telur.
(2) Kata majemuk setara (tidak mempunyai inti) adalah betuk kata
yang unsur-unsurnya mempunyai kedudukan yang sama,
sederajad dalam bahasa Sansekerta disebut dwndwa, bersifat
kompulatif eksosentris yang terdiri atas kata majemuk
sederajad, misalnya kaki tangan, merah putih, kata majemuk
yang bersinonim, misalnya kaya raya, kata majemuk yang
berlawanan, misalnya siang malam.
(3) Kata majemuk unik adalah bentuk kata dari hasil
penggabungan kata/ lebih yang salah satu unsur atau salah satu
katanya bersifat unik, harus berpasangan dengan kata tertentu
dan kata tersebut tidak dapat berdiri sendiri, cntoh tua rentah,
muda belia.
2. Frase
Definisi frase berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia adalah
gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Ramlan
mengemukakan bahwa frase adalah kelompok kata yang tidak melebihi
satu batas unsur fungsi klausa. Jadi, frasa tersebut selalu terdapat dalam
suatu unsur klausa, yaitu S, P, O Ket., dan Pel.
Contoh : akan pergi
di halaman sekolah
3. Idiom
Definisi idiom menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1)
bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat
dijabarkan dari makna unsur gabungan, (b) kebisaan khusus dalam
suatu bahasa, contoh salah didik.
F. Kesimpulan
1. Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan
kontras makna
2. Alofon adalah variasi suatu fonem yang tidak membedakan
bentuk dan arti kata.
48 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
3. Grafem adalah gabungan huruf sebagai satuan lambang fonem
dalam sistem ejaan.
4. Gugus adalah gabungan dua konsonan, atau lebih yang
termasuk dalam satu suku kata yang sama.
5. Diftong juga merupakan gabungan bunyi dalam satu suku kata,
tetapi yang digabungkan adalah vokal yang diikuti oleh bunyi
konsonan luncuran w atau y karena diftong bukanlah gabungan
dua bunyi vokal.
6. Morf adalah asosiasi fonem dengan suatu makna.
7. Alomorf adalah anggota suatu morfem yang sama, variasi
bentuknya disebabkan pengaruh lingkungan dimasukinya.
8. Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan
makna atau mempunyai makna.
9. Kata majemuk adalah gabungan morfem yang dapat
menimbulkan pengertian atau makna baru.
10. Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif.
11. Idiom adalah bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna
katanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur gabungan, atau
kebisaan khusus dalam suatu bahasa, contoh salah didik.
G. Evaluasi
Jawablah soal berikut!
1. Jelaskan perbedaan fonem, alofon dan grafem!
2. Uraikan pembagian fonem resmi bahasa Indonesia
3. Apa fungsi fonem dalarn dalam bahasa, jelaskan!
4. Jelaskan perbedaan morf, alomod dan morfem!
5. Jelaskan pengertian diftong dan berikan contoh berdasarkan
pembagian menurut posisi awal, tengah, dan akhir!
6. Uraikan penglasifikasian morfem yangadadalam bahasa Indonesia!
7. "Rumahnya yang baru itu telah dijualnya". Uraikan ada berapa
morfem pada kalimat tersebut!
8. Kata majemuk dapat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
bagian?
9. Uraikan dan berikan contoh berdasarkan pengklasifikasiannya!
10. Jelaskan pengertian frase!
11. Dalam bahasa Indonesia, idiom dibagi atas beberapa jenis.
12. Jelaskan beserta dengan contoh!
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 49
BAB VI
DIKSI
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Menjelaskan kelas kelas kata dalam bahasa Indonesia;
2. Memahami penggunaan pilihan kata (diksi)
3. Menerapkan kaidah makna kata dalam bentuk pilihan kata yang
benar secara lisan maupun tulis;
A. Pendahuluan
Diksi atau pilihan kata memegang peranan penting dalam
menciptakan nuansa makna yang dikehendaki penulis. Pemilihan kata
yang kurang tepat akan menghasilkan nuansa makna yang berbeda, di
samping pesan yang ingin disampaikan belum tentu tepat. Pilihan kata
yang terbaik memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan
secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3)
lazim pemakaiannya. Ada kalanya nilai rasa (konotasi) kata juga perlu
diperhatikan.
Dalam tuturan atau tulisan resmi terutama pada karya ilmiah,
pilihan kata yang tepat sangat menentukan kualitas pembicaraan dan
tulisan. Kata-kata atau istilah yang dipilih dan digunakan harus dapat
secara tepat dipahami oleh pendengar atau pembaca. Sehubungan
dengan itu, penutur atau penulis selalu harus menguasai cukup banyak
kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, harus pula mengetahui kaidah50
| Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
kaidah yang dimaksud meliputi kaidah makna, kaidah kalimat,
kaidah sosial, dan kaidah karang-mengarang.
Bagian pembahasan dalam bab ini dijelaskan beberapa aspek
penting yang berkaitan dengan kaidah makna yang dapat menjadi
perhatian bagi pengguna bahasa. Hal tersebut berkaitan dengan
pemilihan dan penggunaan kata yang tepat. Pemilihan dan penggunaan
kata yang tepat dapat memengaruhi baik pendengar maupun pembaca
untuk lebih mudah memahami pokok pembicaraan atau penulisan. Oleh
karena itu, pemilihan dan penggunaan kata sangat menentukan kualitas
sebuah tulisan.
B. Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu kepada
persyaratan ketepatan pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian
atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek. Jadi, makna adalah
hubungan antara bentuk bahasa dan objek atau sesuatu yang diacunya.
Ada dua jenis makna yang terpenting di antaranya adalah makna
denotatif atau makna leksikal dan makna konotatif atau makna
gramatikal.
1. Kata yang Denotatif dan Kata yang Konotatif
Kata denotatif atau biasa disebut makna leksikal adalah makna
kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah
struktur atau kata denotatif berhubungan dengan konsep denotatif,
sedangkan kata yang konotatif berhubungan dengan konsep konotasi.
Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh kata, sedangkan nilai
rasa atau gambaran tambahan yang ada di samping denotasi disebut
konotasi.
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya,
makna kata yang sesuai dengan konsepnya sehingga disebut juga
makna konseptual, makna yang sesuai dengan makna kata dalam
kamus atau makna leksikal. Kata yang konotatif mengandung makna
tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu pengguna
bahasa bersangkutan. Kata konotatif biasa juga disebut makna
gramatikal atau makna struktural, yaitu makna yang timbul bergantung
pada struktur tertentu sesuai dengan konteks dan situasi di mana kata
itu berada.
Contoh :
(1) Toko itu dilayani gadis-gadis cantik.
(2) toko itu dilayani dara-dara cantik
(3) toko itu dilayani perawan- perawan cantik.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 51
Kata–kata gadis, dara, perawan secara denotatif maknanya sama,
yaitu wanita atau wanita muda yang belum kawin, tetapi secara
konotatif maknanya berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara
mengandung makna yang bersifat puitis, dan perawan mengandung
makna asosiasi tertentu. Demikian pula kata–kata kelompok,
rombongan, dan gerombolan secara denotatif bermakna kumpulan
benda atau orang, tetapi secara konotatif dibedakan maknanya, yaitu
kelompok dan rombongan berada dalam makna positif, sedangkan
gerombolan dipahami dalam hubungan makna negatif.
Contoh :
(4) Kelompok anak mudah itu sedang asyik bermain musik.
(5) Ketua rombongan turis yang baru tiba dikalungi untaian
bunga
(6) Gerombolan pengacau tersebut telah ditumpas habis.
Membahas suatu masalah yang bersifat ilmiah sebaiknya digunakan
kata–kata yang denotatif. Kata–kata atau istilah harus bebas dari
konotasi, sedangkan pada karya sastra lebih banyak digunakan kata–
kata yang konotatif sebagai upaya merakit keindahan. Dalam kaitan
makna kata terdapat beragam konotasi sosial, yaitu ada yang bersifat
positif dan negatif, tinggi, rendah, sopan, dan porno, atau yang
sakral. Misalnya, kata–kata karyawan, asisten, wisma, hamil, dan
berpulang dianggap positif, baik, sopan, dan modern jika
dibandingkan dengan kata-kata buruh, pembantu, pondok, bunting,
dan mati yang dianggap negatif, kurang baik, kasar dan kuno. Agar
dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seseorang pembicara/
penulis harus dapat pula memilih kata–kata dengan konotasi yang
tepat. Kata konotasi adalah kata-kata yang mengalami pergeseran
dari makna kata leksikal.
2. Kata yang Bersinonim dan Berhomonim
Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat
satu objek atau satu konsep tetapi juga ada kata yang melambangkan
beberapa makna dan sebaliknya ada beberapa kata yang melambangkan
satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu makna
tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim. Sinonim
adalah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain.
Persamaan makna itu dapat tidak berlaku sepenuhnya. Namun, dalam
kadar tertentu ada pertalian makna antara kata–kata yang berbeda itu.
52 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Contohnya dapat terlihat pada penggunaan kata–kata indah,
cantik, dan bagus yang mengandung makna yang sama tentang sesuatu
yang sedap dipandang mata. Ketepatan kata-kata itu dalam
penggunaannya bergantung pada ketepatan pilihan atas kata masingmasing.
Misalnya, kita katakan pemandangan indah, gadis cantik, dan
rumah bagus tentu saja akan terasa janggal atau kurang tepat jika
dikatakan pemandagan cantik dan gadis bagus. Sinonim dapat juga
diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda atau pengertian lain
dari suatu ungkapan. Sebagai contoh, kata nasib dan takdir, kedua kata
tersebut adalah sinonim dan relasinya selalu berlaku dua arah, yaitu
dari takdir ke nasib atau dari nasib ke takdir. Sinonim dapat dibedakan
sesuai dengan dimana posisi ia berada.
Contoh,
bentuk sinonim contoh
sinonim anatara
kalimat
Saya melihat dia dan dia kulihat
sinonim antara
frase
Dua tangkai bunga dan bunga dua
tangkai
sinonim antara kata Nasib dan takdir, memuaskan dan
menyenangkan
sinonim antara
morfem
pemirsa dan pirsawan, kestabilan
dan stabilitas
Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga
memberi kesan yang lebih indah. Hasil penggabungan tersebut akan
melahirkan kata majemuk. Hal yang harus dihindari dalam
penggabungan kata adalah munculnya penggunaan kata secara
berlebihan yang mengakibatkan terjadinya kata mubazir, misalnya
adalah merupakan, agar supaya, maka dengan demikian, dan namun
demikian. Di bawah ini disajikan beberapa contoh kata majemuk yang
berupa kata penggabungan sinonim.
caci makai
fakir miskin
gagah perkasa
kasih sayang
sama rata
sunyi senyap
sehat walafiat
warta berita
yatim piatu
jungkir balik
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 53
Antonim atau lawan makna adalah ungkapan yang maknanya
kebalikan dari ungkapan yang lain. Misalya, kata mudah dan sukar,
yaitu dua kata yang maknanya berlawanan dan relasi antonim selalu
berlaku dua arah. Antonim dapat dibedakan atas tataran sistematis
berikut ini.
bentuk antonim contoh
antonim anatara
kalimat
Dia sakit dan dia tidak sakit.
antonim antara frase secara teratur dan secara tidak
teratur
antonim antara kata mustahil dan mungkin
antonim antara
morfem
prasarjana dan pascasarjana
Antonim diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan
menyangkal atau mempertentangkan, contoh besar dan kecil, membeli
dan menjual, atas dan bawah. Selain itu, kata yang berantonim dapat
digabungkan sehingga melahirkan bentuk kata majemuk yang dapat
menyemarakkan kalimat.
Contoh,
atas bawah
bongkar pasang
jiwa raga
jual beli
kawin cerai
luar dalam
maju mundur
mau tak mau
plus minus
utang piutang
Istilah berhomonim atau homonim terjadi jika dua kata
mempunyai bentuk (tulisan) dan lafalnya sama, tetapi maknanya
berbeda. Homonim dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam bentuk
tataran pada tingkat kata. Selain itu, homonim juga dapat dipahami satu
kata yang mengandung beberapa makna disebut kata yang berhomonim
atau kata yang homonim. Misalnya, kata buku dapat bermakna sendi
(pada tulang, bambu, dan tebu), dapat pula bermakna kertas tulis yang
dijilid (buku tulis, atau buku bacaan). Begitu pula kata bisa dapat
bermakna racun atau dapat atau boleh.
Contoh :
(7) Saya membeli beberapa buah buku tulis.
(8) Buku tulang-tulangku terasa nyeri.
54 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Di samping homonim, ada pula yang disebut homofon dan
homograf. Homofon adalah kata- kata yang sama lafalnya, tetapi
berbeda ejaannya.
Misalnya, kata bang dan bank, sangsi dan sanksi.
Contoh :
(9) “Bagaimana bang, setujukah ?” Tanya istrinya.
(bang singkatan dari abang semakna dengan kakak, yaitu
kakak laki- laki)
(10) Untuk menarik nasabah, beberapa bank mengadakan
undian tabungan.
(bank, lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan pengedaran uang)
Homograf adalah kata–kata yang sama ejaannya, tetapi berbeda
lafalnya. Misalnya, kata teras (dengan e pepet) bermakna bagian atau
bagian utama, seperti pada teras kayu dan pegawai teras, dan kata teras
(dengan e taling) bermakna anjungan atau kaki lima, seperti pada teras
rumah dan teras toko.
Contoh :
(11) Ayahnya adalah pegawai teras kantor gubernur.
(12) Pada waktu malam mulai larut, tampak beberapa orang
tuna wisma tidur di teras toko.
Istilah hiponim terjadi jika makna suatu ungkapan merupakan
bagian dari makna ungkapan yang lainnya. Misalnya, merah hiponom
dari berwarna. Hiponim hanya berlaku satu arah dan kebalikan dari itu
disebut hipernim, misalnya berwarna hipernim terhadap merah.
3. Kata Konkret dan Kata Abstrak
Kata–kata yang tergolong kata konkret adalah kata–kata yang
berupa objek yang nyata, dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa.
Kata-kata konkret dapat dilihat pada kata orang, pohon, kucing, awan,
makanan, dan minuman.
Kata abstrak adalah kata-kata yang berupa konsep. Kata-kata
abstrak dalam bahasa Indonesia pada umumnya adalah kata-kata
bentukan dengan konfiks peng-/ -an dan ke-/ -an, seperti pada kata-kata
perdamaian, penyesalan, kecerdasan ketahanan nasional, di samping
kata-kata seperti demokrasi dan aspirasi.
(13) Saya melihat seekor kucing memanjat pohon.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 55
(14) Perdamaian yang merata di seluruh jagat raya ini
masih tetap merupakan impian.
Kata –kata konkret dan kata-kata abstrak sama penting dalam
penggunaan sesuai dengan kebutuhan.
4. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata-kata yang tergolong kata umum dibedakan dari kata-kata
yang tergolong kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas
ruang lingkup suatu kata makin umum sifatnya, sebaliknya makin
sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Kata-kata umum
termasuk kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan kata-kata
khusus mempunyai hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau
unik.
Bandingkan :
kata umum kata khusus
pemimpin direktur
runcing tajam mancung
memasak menanak
Kata runcing dapat digunakan untuk menyebut sifat semua
benda yang makin ke ujung makin kecil dan tajam, sedangkan kata
mancung hanya digunakan secara khusus untuk hidung yang runcing.
Demikian juga kata memasak digunakan untuk menyatakan pekerjaan
masak-memasak secara umum, sedangkan menanak hanya khusus
untuk menanak nasi.
5. Kata Populer dan Kata Kajian
Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang
populer atau terkenal di kalangan masyarakat atau kata-kata yang
banyak digunakan dalam berkomunikasi pada berbagai lapisan
masyarakat. Sebaliknya, kata kajian adalah kata-kata yang digunakan
secara terbatas pada kesempatan tertentu berupa kata atau istilah yang
digunakan oleh golongan ilmuwan dalam pembicaraan tulisan ilmiah.
kata populer kata kajian
isi volume
sejajar paralel
bahagian unsur suku cadang
56 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
6. Kata Baku dan Tidak Baku
Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kata-kata baku,
yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar dalam penggunaannya.
Kata-kata baku ada yang berasal dari bahasa Indonesia, ada juga yang
berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing yang telah disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia yang resmi. Sebaliknya, kata-kata tidak
baku, yaitu kata-kata yang belum berterima secara resmi atau kata-kata
yang tidak mengikuti kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Kata-kata tidak baku dapat berupa :
(1) kata-kata dari dialek-dialek bahasa Indonesia yang ada,
(2) kata-kata serapan bahasa daerah yang belum berterima,
(3) kata-kata bahasa asing yang tidak memenuhi persyaratan ejaan
dalam bahasa Indonesia,
(4) kata-kata bahasa Indonesia yang dieja sebagai bahasa asing,
dan
(5) kata-kata bentukan yang tidak menuruti kaidah yang berlaku.
kata baku kata tidak baku
perbaiki bikin baik
beri tahu kasih tahu
7. Kata Mubazir
Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang
sama maknanya dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga
menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebih-lebihan. Penggunaan kata
mubazir itu dalam tuturan atau tulisan sebaiknya dihindari karena
menimbulkan makna yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat antara lain
pada pemakaian kata-kata sejak dan dari, demi dan untuk, agar dan
supaya, sebab dan karena, amat sangat dan sekali. adalah merupakan,
namun demikian.
8. Kata Mirip
Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang
tampak mirip dari segi bentuknya atau kata-kata yang rasanya mirip
dari segi maknanya. Kata suatu dan sesuatu, sekali-sekali dan sekalisekali,
sedang dan sedangkan termasuk kata-kata memunyai kemiripan
bentuk, sedangkan kata-kata seperti tiap-tiap dan masing-masing, jam
dan pukul, dari dan daripada termasuk kata yang memunyai kemiripan
makna. Kata-kata tersebut sering dikacaukan penggunaannya sehingga
melahirkan kalimat yang tidak tepat, tidak baku, dan tidak efektif.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 57
kata-kata yang hampir mirip dalam ejaan
intensif
interferensi
karton
preposisi
korporasi
insentif
inferensi
kartun
proposisi
koperasi
Contoh:
a. Tinggallah dulu di sini, saya akan membicarakan sesuatu hal
denganmu. (salah)
b. Tinggallah dulu di sini, saya akan membicarakan sesuatu
denganmu. (benar) pilih sesuatu atau suatu hal
c. Pelajaran pertama berlangsung pada pukul 07.30 sampai dengan
09.30. (kata pukul digunakan menunjukkan waktu)
d. Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam. (kata jam
digunakan menunjukkan jangka waktu)
9. Pasangan Idiomatis
Berdasarkan kaidah bahasa maka dalam bahasa Indonesia
terdapat pilihan kata yang merupakan kata berpasangan tetap atau
ungkapan idiomatis. Kata tersebut selalu muncul bersamaan, tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Contoh :
bentuk kata pasangan idiomatis
sesuai dengan . . .
terdiri atas . . .
terbuat dari . . .
terjadi dari . . .
sehubungan dengan . . .
berbicara tentang . . .
disebabkan oleh . . .
bergantung pada . . .
berbeda dengan . . .
berbeda dari . . .
berharap akan . . .
bertemu dengan . . .
sejalan dengan . . .
berkenaan dengan . . .
C. Penggunaan Pilihan Kata (Diksi)
1. Ketepatan diksi
Agar pemilihan kata benar-benar tepat, seseorang pengguna
bahasa diharapkan dapat memahami syarat-syarat dalam pemilihan
58 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
kata. Syarat yang dimaksud di antaranya adalah ketepatan diksi dan
kesesuain diksi. Syarat ketepatan diksi adalah sebagai berikut :
(1) membedakan secara tepat antara kata bermakna konotasi dan
denotasi,
(2) membedakan secara cermat terhadap kata yang hampir sama
maknanya,
(3) membedakan kata-kata yang mirip atau hampir mirip ejaannya,
(4) mewaspadai akhiran asing yang kurang tepat,
(5) memahami kata yang tergolong kata umum dan kata khusus,
(6) memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata
yang sudah dikenal.
Persyaratan kesesuaian diksi adalah hal yang sangat penting
dalam pemilihan kata, agar kata-kata yang dipergunakan tidak
mengganggu suasana dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara
penulis dan pembaca atau antara pembicara dan pendengar. Persyaratan
yang dimaksud adalah :
(1) hindari kemungkinan penggunaan kata yang tidak baku pada
situasi formal,
(2) gunakan kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja,
dalam situasi yang umum hendaknya penulis atau pembicara
menggunakan kata-kata populer,
(3) dalam penulisan, jangan menggunakan kata percakapan,
kecuali saat menulis kutipan untuk menunjang isi tulisan,
(4) hindari penggunaan ungkapan yang sudah usang,
(5) hindari kata-kata yang mubazir,
(6) hindari penggunaan bahasa atau dialek kedaerahan dalam
tulisan pembaca umum, kecuali istilah dalam bahasa daerah
yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
2. Kesalahan Diksi
Kesalahan diksi meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan
oleh kesalahan pemakaian kata. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa contoh penggunaan diksi yang tidak tepat penggunaannya
dalam kalimat.
(1) Pemakaian kata tidak tepat di antaranya ada beberpa, yaitu kata
dari atau daripada sering digunakan tidak tepat, seperti dalam
contoh berikut.
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk
memperluas bidang usaha. Penggunaan kata daripada pada
kalimat di atas tidak tepat karena kata daripada hanya dapat
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 59
dipakai membandingkan antara dua buah objek. Jadi, kata yang
tepat dalam pemakaian kalimat tersebut adalah kata dari yang
menyatakan asal.
(2) Pemakaian kata berpasangan, yaitu ada sejumlah kata yang
pemakaiannya berpasangan disebut konjungsi korelatifa, seperti
di bawah ini.
pasangan yang salah pasangan yang benar
antara . . . dengan . . .
tidak . . . melainkan . . .
baik . . . ataupun . . .
bukan . . . tetapi . . .
antara . . . dan . . .
tidak . . . tetapi . . .
baik . . . maupun . . .
bukan . . . melainkan . . .
Dalam contoh berikut dikemukakan pemakaian kata
berpasangan secara tidak tepat.
Contoh :
Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian
harga sehingga tidak terjadi transaksi. (salah)
Baik pedang maupun konsumen masih menunggu kepastian
harga sehingga tidak terjadi transaksi. (benar)
(3) Pemakaian dua kata, yaitu dalam kenyataan terdapat pemakaian
dua kata yang bermakna dan berfungsi sama. Kata-kata yang
sering digunakan secara serentak, bahkan pada posisi yang
sama, seperti: ialah adalah merupakan, agar supaya, demi
untuk, seperti contoh misalnya, atau daftar nama-nama.
Contoh :
Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah
merupakan kewajiban kita. (salah)
Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah
kewajiban kita. (benar)
(4) Kelangsungan pilihan kata dapat berlangsung dengan baik jika
maksud atau pikiran penulis atau pembaca tersampaikan secara
tepat dan mudah dimengerti. Kelangsungan pilihan kata dapat
terganggu bila seorang pembicara atau pengarang menggunakan
terlalu banyak kata untuk maksud yang dapat diungkapkan
secara singkat. Oleh karena itu, pemilihan kata dapat
berlangsung dengan baik, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh penulis, yaitu :
60 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
(1) Menghindari kata-kata yang tidak menambah kejelasan
makna kata.
(2) Menghindari penggunaan beberapa kata yang bermakna
sama.
(3) Menghindari penggunaan istilah baru karena dapat
menimbulkan kebingungan bagi pembaca atau pendengar.
Dalam proses perkembangan bahasa kata dapat mengalami
perubahan. Perubahan itu terjadi karena perbedaan tempat pemakaian,
perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk memberi makna
baru. Hal tersebut akan memengaruhi pilihan kata baik dalam penulisan
maupun penuturan. Di antara perubahan makna yang penting adalah
sebagai berikut :
1. Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari
makna yang lama. Misalnya, kata putra-putri yang dahulu
hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang dipakai untuk
menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
2. Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari
makna yang sekarang. Misalnya, kata sarjana dahulu
dipakai untuk semua cendekiawan, sekarang hanya khusus
untuk gelar akademik.
3. Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan
makna baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya
dari makna lama. Misalnya, kata istri dan nyonya dirasakan
lebih baik daripada kata bini.
4. Peyoratif, yaitu perubahan makan yang mengakibatkan
makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna
lama (kebalikan dari amelioratif). Misalnya, kata oknum dan
gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau
sekarang maknanya menjadi tidak baik.
5. Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena
pertukaran tanggapan dua indera yang berlainan. Misalnya,
kata kata-katanya manis. Manis sebenarnya tanggapan
indera perasa, tetapi dipakai untuk indera pendengar.
6. Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena
persamaan sifat. Misalnya, kata amplop yang berarti kertas
pembungkus surat, juga sering digunakan sebagai
pembungkus uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai
untuk pengertian memberi sogokan. Contoh, Beri dia
amplop agar urusan cepat beres.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 61
D. Kesimpulan
Diksi ialah pilihan dan penggunaan secara tepat untuk mewakili
pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola dalam
suatu kalimat. Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu
kepada persyaratan ketepatan pemilihan kata sebagai lambang
objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai
aspek. Jadi, makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan
objek atau sesuatu yang diacunya.
Agar pemilihan kata benar-benar tepat, seseorang
pengguna bahasa diharapkan dapat memahami syarat-syarat
dalam pemilihan kata. Syarat yang dimaksud di antaranya
adalah ketepatan diksi dan kesesuaian diksi. Syarat ketepatan
diksi adalah sebagai berikut :
(1) membedakan secara tepat antara kata bermakna konotasi dan
denotasi,
(2) membedakan secara cermat terhadap kata yang hampir sama
maknanya,
(3) membedakan kata-kata yang mirip atau hampir mirip ejaannya,
(4) mewaspadai akhiran asing yang kurang tepat,
(5) memahami kata yang tergolong kata umum dan kata khusus,
(6) memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata
yang sudah dikenal.
E. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Jelaskanlah kelas-kelas kata bahasa Indonesia berserta contoh
yang dapat membedakannya!
2. Berdasarkan peranannya kata dalam kalimat dapat dibedakan
kedalam beberapa komponen. Jelaskan !
3. Kemukakan makna denotasi dan konotasi
a. Hidung belang
b. Kupu-kupu malam
4. Jelaskan pengertian kata abstrak dan kata konkrik !
5. Tunjukkan kata yang salah pemakaiannya dalam kalimat
berikut:
a. Pemandangan di atas gunung nampak sangat baik
b. Untuk menghindari defisiensi, diperlukan perhitungan
yang cermat
62 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
c. Petinju sekarang bukan hanya laki-laki, tetapi juga banyak
perempuan
d. Para pemuda masa kini rencananya sangat tinggi tanpa
melihat berbagai kemungkinan.
6. Uraikanlah syarat-syarat ketepatan diksi !
7. Kesalahan diksi sering terjadi pada suatu kalimat. Jelaskan
penyebab terjadinya kesalahan diksi tersebut!
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 63
BAB VII
PEMBENTUKAN DAN PERLUASAN
KALIMAT
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. menjelaskan pengertian kalimat;
2. mengetahui pola pola pembentukan kalimat;
3. menjelaskan jenis jenis kalimat beserta dengan contohnya;
4. memahami serta mengidentifikasi unsur unsure pembentuk
kalimat;
5. mampu menerapkan unsur unsure pembentuk kalimat tersebut
ke dalam bentuk pola kalimat yang beragam, sehingga tercipta
kalimat yang baik.
A. Pendahuluan
Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain.
Pikiran yang disampaikan dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan
melalui rangkaian kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah
tertentu. Bahasa merupakan simbol yang bermakna terdiri atas satuansatuan
tertentu yang secara fungsional saling berhubungan sebagai satu
sistem. Satuan terkecil yang mengandung makna berupa kata dan frasa,
sedangkan satuan yang lebih besar yang mengandung pikiran yang utuh
dapat berupa kalimat. Penggunaan bahasa sebagai sarana berpikir dan
berkomunikasi sangat ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang
didukung oleh kosakata yang memadai.
64 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
A. Pengertian Kalimat
Kalimat sebagai satuan bahasa lebih besar daripada kata atau
frasa umumnya muncul dalam tulisan atau pembicaraan berupa
rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang secara relatif
dapat berdiri sendiri, dan intonasinya menunjukkan batas anatara
sesamanya. Itulah yang disebut kalimat. Setiap kalimat yang muncul
dalam tulisan atau pembicaraan masing-masing menyatakan pikiran
yang terbatas, tetapi tetap utuh baik secara tersurat maupun tersirat.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan
pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan
kesenyapan, dalam bahasa tulis diawali dengan hurup kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Kalimat
disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frase, atau klausa.
Jika disusun berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur tersebut
mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat.
Ada bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan disebut inti kalimat
(subjek dan predikat), sedangkan bagian yang dapat dihilangkan bukan
unsur inti kalimat (objek, keterangan, dan pelengkap). Bagian inti dapat
membentuk kalimat dasar dan bagian bukan inti dapat membentuk
kalimat luas.
Pikiran yang utuh pada setiap kalimat diungkapkan pada dua
bagian, yaitu subjek dan predikat. Subjek sebagai bagian yang menjadi
pokok pembicaraan dalam kalimat dijelaskan maknanya oleh predikat.
Contoh :
(1) Anak itu cerdas.
Pikiran yang utuh pada contoh (1) dapat diketahui dengan
adanya kata cerdas yang merupakan jawaban atas pertanyaan
mengapa/ bagaimana anak itu. Unsur yang merupaka jawaban
atas pertanyaan mengapa/ bagaimana, berfungsi sebagai
predikat. Unsur anak itu yang merupakan jawaban atas
pertanyaan siapa yang cerdas berfungsi sebagai subjek.
Unsur subjek dan predikat dapat dipertukarkan posisinya, tanpa
merusak keutuhan pikiran dari kalimat tersebut. Perhatikan contoh
berikut :
(1a) Cerdas anak itu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui ciri-ciri kalimat sebagai
berikut :
(1) Dari segi makna, sebuah kalimat harus mengandung pikiran
yang utuh, sedangkan dari segi struktur, kalimat sekurangkurangnya
mengandung unsur subjek dan predikat.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 65
(2) Unsur-unsur yang berupa subjek predikat posisinya dapat
dipertukarkan menjadi predikat subjek.
(3) Subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan apa/siapa,
sedangkan predikat dapat diketahui dari jawaban atas
pertanyaan bagaimana/ mengapa.
B. Bagian-bagian Kalimat
Dalam uraian terdahulu telah disebutkan bahwa kalimat adalah
rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang secara relatif
dapat berdiri sendiri, dan intonasinya menunjukkan batas antara sesama
kalimat. Selanjutnya, kata atau kelompok kata yang dipakai untuk
membentuk kalimat menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam struktur
kalimat. Sebagai unsur terintegrasi ke dalam suatu struktur, kata-kata
tersebut merupakan unsur kalimat.
Bagian inti yang harus terdapat pada kalimat adalah subjek (S)
dan predikat (P). Bagian inti kalimat adalah bagian yang tak dapat
dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek kalimat berfungsi sebagai
inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai penjelasan
terhadap subjek, yang dapat dilengkapi dengan objek (O) atau
keterangan (K).
1 Subjek dan Predikat
Setiap kalimat sebagai bentuk pernyataan pikiran mempunyai
subjek dan predikat, baik yang dinyatakan secara tersurat maupun yang
dinyatakan secara tersirat. Subjek sebagai inti pembicaraan barulah
menyatakan pikiran jika dijelaskan oleh predikat. Hubungan antara
subjek dan predikat dalam kalimat turut menentukan isi pikiran yang
dimaksud. Kata-kata yang digaris bawahi pada contoh berikut berfungsi
sebagai subjek (S) dan predikat (P) kalimat.
Contoh :
(2) Saya sebaiknya beristirahat sejenak.
S P
(3) Perusahaannya makin berkembang akhir-akhir ini.
S P
(4) Engkau belajar dengan tekun.
S P
Isi pikiran yang terdapat pada kalimat tercermin pada hubungan
antara subjek dan predikat. Tanpa adanya subjek, pokok pembicaraan
dalam setiap kalimat menjadi tidak jelas. Sebaliknya, tanpa adanya
predikat, keadaan subjek atau situasi yang meliputi subjek tidak jelas.
66 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Bagaimana saya ? (sebaiknya) beristirahat sejenak
Siapa yang sebaiknya beristirahat sejenak ? saya
2 Objek dan Keterangan
Objek dan keterangan adalah dua bagian kalimat yang sering
muncul dalam kalimat untuk melengkapi predikat. Hubungan antara
objek (O) dan predikat (P) ternyata lebih erat daripada hubungan antara
keterangan (K) dan predikat
Contoh :
(5) Ia membaca buku itu beberapa kali.
S P O K
(6) Kami merayakan hari ulang tahunnya kemarin.
S P O K
Objek pada kalimat (6) buku itu, kalimat (7) hari ulang tahunnya dan
pada kalimat (8) orang tuanya terlihat dengan jelas hubungan yang erat
dengan predikat.
Keterangan yang menyertai predikat kalimat bervariasi sesuai
dengan fungsinya untuk melengkapi predikat. Hubungan yang agak
longgar antara keterangan dan predikat memungkinkan penempatan
keterangan dalam struktur kalimat. Jenis-jenis keterangan yang
bermacam-macam itu dapat dilihat pada contoh berikut :
(9) Ia berdiri di tempat itu sejak tadi.
K (tempat)
(10) Ujian berlangsung selama dua jam.
K (waktu)
C. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya menyatakan satu
pokok pembicaraan yang dinyatakan pada subjek (S) kalimat.
Penjelasan terhadap subjek tersebut dinyatakan pada predikat (P). Jika
predikat kalimat menggunakan kata kerja aktif transitif, kalimat
tersebut dilengkapi dengan objek tertentu. Bagian lain yang berfungsi
memberikan penjelasan tambahan terhadap predikat kalimat adalah
keterangan. Pola umum kalimat tunggal tersebut juga sederhana, yaitu
S/P, S/P/O, S/P/K, S/P/O/K, yang dapat diubah menjadi variasi tertentu
melalui pertukaran bagian-bagiannya.
Subjek Predikat
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 67
(11) Usahanya berhasil. (S/P)
(12) Petani itu menyiangi sawahnya. (S/P/O)
(13) Mahasiswa itu belajar dengan tekun. (S/P/K)
(14) Kami memanfaatkan peluang itu dengan baik. (S/P/O/K)
Hubungan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalaimat
yang lain tidaklah sama. Predikat kalimat mempunyai hubungan yang
erat dengan objeknya sehingga pengubahan pola kalimat dengan variasi
lain dalam kalimat aktif harus tetap mempertahankan posisi objek di
belakang P(P/O). Bagian keterangan ternyata mempunyai hubungan
yang longggar dengan predikat sehingga berpeluang untuk ditempatkan
pada berbagai posisi tanpa merusak makna kalimat.
Kepaduan hubungan bagian-bagian kalimat akan memperjelas
kalimat sebagai pernyataan pikiran. Isi pikiran yang dinyatakan pada
setiap kalimat dapat berupa berita (kalimat berita). Pertanyaan (kalimat
tanya), perintah atau larangan (kalimat perintah), dan seruan (kalimat
seru). Jenis kalimat yang dapat dipakai dalam penyusunan karya ilmiah
adalah kalimat berita yang menyatakan suatu peristiwa atau keadaan.
Isinya bersifat pernyataan (deklarasi) sehingga dapat dinilai benar atau
salah.
Contoh :
(15) Kegiatan penelitian yang menunjang pengembangan ilmu
dan teknologi perlu mendapat perhatian. (kalimat berita)
(16) Di mana kepentingan kita diletakkan ? (kalimat tanya)
(17) Kerjakanlah tugas itu dengan cermat ! (kalimat
perintah)
(18) Alangkah mulianya hati orang itu ! (kalimat seru)
Penggabungan dan perluasan kalimat-kalimat tunggal sering
dilakukan dalam penyusunan karya tulis. Beberapa kalimat tunggal
yang gagasanya berkaitan kemudian dipadukan menjadi satu kalimat
majemuk untuk mempertegas kaitan gagasan yang terkandung di
dalamnya. Cara menempatkan gagasan yang saling berkaitan dalam
struktur kalimat majemuk menentukan hubungan gagasan-gagasan
tersebut. Selanjutya, dalam kalimat majemuk, bagian kalimat tunggal
yang sama umumnya cukup dinyatakan satu kali (pelepasan bagian
kalimat).
68 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
D. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yanng
terbentuk dari penggabungan beberapa kalimat tunggal yang setara
kedudukannya dan menyatakan peristiwa yang terjadi secara berturutturut
atau dalam waktu yang bersamaan. Hubungan koordinatif antara
bagian kalimat yang satu dan bagian kalimat yang lain yang setara itu
akan terlihat pada penggunaan kata sambung (kata penghubung)
sebagai koordinator dalam struktur kalimat majemuk. Kalimat
majemuk setara mempunyai ciri (1) dibentuk dari dua atau lebih
kalimat tunggal dan (2) kedudukan tiap kalimat sederajad. Karena
kalimat majemuk merupakan gabungan kalimat, lebih tepat jika kalimat
yang digabung itu disebut dengan istilah klausa. Penggabungan
kalimat-kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk dapat menunjukkan
beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi yang sangat
tergantung pada kata penghubung di antaranya adalah pejumlahan,
pertentangan, pemilihan, perurutan, dan penguatan. Untuk lebih
jelasnya dapat dibaca dalam tabel di bawah ini.
Jenis
Hubungan
Fungsi Kata Penghubung
(Konjungsi)
penjumlahan
pertentangan
pemilihan
perurutan
penguatan
menyatakan penjumlahan
atau gabungan kegiatan,
keadaaan, peristiwa, dan
proses
menyatakan apa yang
dinyatakan dalam klausa
pertama bertentanga dengan
klausa kedua
menyatakan pilihan di
antara dua kemungkinan
menyatakan kejadian yang
berurutan
menyatakan penguatan atau
penekan terhadap kejadian
atau peristiwa
dan, serta, baik,
maupun, sesudah itu
tetapi, sedangkan,
bukannya, melainkan
atau
lalu, kemudian
malah(an), bahkan,
apalagi, lagipula,
tambahan pula
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 69
(18) Ia menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaiki
kesalahannya.
(19) Tingkah lakunya yang buruk itu tidak saja merugikan
dirinya, tetapi juga merugikan keluarganya.
(20) Kita menyelesaikan pekerjaan itu dengan segera atau
menyerahkan kepada orang lain.
D. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terbentuk
dari sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya mengalami
perluasan atau penggantian dengan kalimat lain. Hubungan bagian
kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain dalam suatu struktur
kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat. Bagian yang lebih tinggi
kedudukannya disebut induk kalimat (klausa utama), sedangkan bagian
yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat (klausa
sematan).
Hubungan antara induk kalimat dan anak kalimatnya bersifat
subordinatif. Penggunaan kata sambung tertentu sebagai subordinator
dalam perluasan kalimat tunggal menentukan hubungan induk kalimat
dengan anak kalimat. Oleh karena itu, konjungtor yang
menghubungkan antara klausa kalimat majemuk bertingkat berbeda
dengan konjungtor pada kalimat majemuk setara. Dalam tabel di bawah
dapat dilihat jenis hubungan antarklausa, konjungtor atau kata
penghubung, dan fungsinya.
Jenis
Hubungan
Fungsi Kata Penghubung
(Konjungsi)
waktu
syarat/
pengandaian
klausa bawahan
menyatakan waktu
terjadinya peristiwa
atau keadaan yang
dinyatakan dalam
klausa utama
klausa bawahan
menyatakan syarat atau
pengandaian
sejak, sedari, sewaktu,
sementara, seraya,
setelah, sambil, sehabis,
sebelum, ketika, tatkala,
hingga, sampai, selama,
jika(lau),seandainya,
andaikata, asal(kan),
kalau, apabila, bilamana,
manakala
70 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
tujuan
konsesif
pembandingan
penyebaban
pengakibatan
cara
terlaksananya apa yang
disebut dalam klausa
utama
klausa bawahan
menyatakan suatu
tujuan atau harapan dari
apa yang disebut dalam
klausa utama
klausa bawahan
memuat pernyataan
yang tidak akan
mengubah apa yang
dinyatakan dalam
klausa utama
memperlihatkan
perbandingan antara
pernyataan pada klausa
utama dengan
pernyataan pada klausa
bawahan
klausa bawahan
menyatakan sebab atau
alasan terjadinya
sesuatu yang dinyatakan
dalam klausa utama
klausa bawahan
menyatakan akibat dari
apa yang dinyatakan
dalam klausa utama
klausa bawahan
menyatakan cara
pelaksanaan dan alat
dari apa yang
dinyatakan oleh klausa
utama
agar, supaya, untuk, biar
walau(pun),meski(pun)
sekalipun, biar(pun),
kendati (pun),
sungguh(pun)
seperti, bagaikan,
laksana, sebagaimana,
dari-pada, alih-alih,
ibarat
sebab, karena, oleh
karena
sehingga, sampai(-
sampai), maka
dengan, tanpa
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 71
kemiripan
penjelasan/
penegasan
klausa bawahan
menyatakan adanya
kenyataan yang mirip
dengan keadaan yang
sebenarnya
klausa bawahan
menyatakan penegasan
atau penjelasan
terhadap peristiwa yang
dinyatakan pada klausa
utama
seolah-olah, seakan-akan
bahwa
Contoh :
Ia datang di rumah kemarin. (kalimat tunggal)
Ia datang di rumah ketika kami sedang merayakan hari ulang
tahun adikku. (kalimat majemuk yang diperluas) (kemarin
mengalami perluasan/ pergantian)
1. Peluasan kalimat melalui hubungan waktu dengan
menggunakan kata sambung ketika, setelah, sewaktu, selama,
sementara.
Contoh : Ia berhasil mengembangkan pabriknya setelah
memperoleh pinjaman modal dari bank.
2. Perluasan kalimat melalui hubungan syarat dengan
menggunakan kata sambung jika, kalau, jikalau, asal (kan),
bila, manakala.
Contoh : Saya bekerja dengan tekun bila berhasil diterima sebagai
pegawai di kantor itu.
a. Perluasan kalimat melalui hubungan pengandaian
dengan menggunakan kata sambung seandainya dan
sekiranya.
Contoh : Seandainya usul-usul yang diajukannya itu diterima oleh
pengurus, tentu program kerja organisasi dapat
terlaksana dengan baik.
b. Perluasan kalimat melalui hubungan tujuan dengan
menggunakan kata sambung agar dan supaya
Contoh : Engkau harus belajar dengan sungguh-sungguh agar
dapat mencapai indeks prestasi yang tinggi.
72 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
c. Perluasan kalimat melalui hubungan perlawanan
(konsesif) dengan menggunakan kata sambung
meskipun, walaupun, sungguhpun, dan biarpun
Contoh : Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah.
d. Perluasan kalimat melalui hubungan pemiripan atau
perbandingan dengan menggunakan kata sambung
seperti, laksana, dan sebagaimana.
Contoh : Wajah gadis itu cantik dan menawan laksana bulan
purnama.
e. Perluasan kalimat melalui hubungan sebab dengan
menggunakan kata sambung sebab dan karena.
Contoh : Pekerja itu tidak dapat merampungkan pekerjaannya
sebab seminggu ia sakit.
f. Perluasan kalimat melalui hubungan akibat dengan
menggunakan kata sambung hingga, sehingga, dan
sampai.
Contoh : Ayah bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
g. Perluasan kalimat melalui hubungan penjelasan atau
penegasan dengan menggunakan kata sambung bahwa.
Contoh : Ia baru sadar bahwa pendidikan itu sangat penting bagi
masa depan anak-anaknya.
h. Perluasan kalimat melalui hubungan cara atau alat
dengan menggunakan kata sambung dengan.
Contoh : Polisi menyelidiki peristiwa kejahatan tersebut dengan
menyamar sebagai buruh pabrik.
E. Jenis Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung dalam bahasa Indonesia terdiri
atas konjungsi intrakalimat, yaitu konjungsi yang terletak di tengah
kalimat, dan konjungsi antarkalimat, yaitu konjungsi yang terletak di
awal kalimat. Jenis konjugsi ini menentukan perlu tidaknya disisipkan
tanda baca koma di dalam kalimat. Konjungsi intrakalimat ada yang
harus diikuti tanda koma, ada pula yang tidak. Sebaliknya, konjungsi
antarkalimat harus diikuti tanda koma.
Contoh :
Konjungsi intrakalimat yang
tidak didahului koma
Konjungsi intrakalimat yang
didahului koma
. . . agar/ supaya . . .
. . . sehinggga . . .
. . . karena . . .
. . . , padahal . . .
. . . , sedangkan . . .
. . . , tetapi . . .
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 73
. . . sebab . . .
. . . bahwa . . .
. . . dan . . .
. . . maka . . .
. . . , yaitu . . .
. . . , seperti . . .
. . . , atau . . .
. . . , dan . . .
Catatan : kata konjungsi dan, atau dapat didahului tanda
koma jika suatu kalimat terdapat pemerian atau keterangan
yang beruntun
konjungsi antarkalimat
Akan tetapi, . . .
Akibatnya, . . .
Di pihak lain, . . .
Jadi, . . .
Dengan demikian, . . .
Di samping itu, . . .
Selain itu, . . .
Berkaitan dengan itu, . . .
Sehubungan dengan itu, . . .
Walaupun demikian, . . .
Kemudian, . . .
Selanjutnya, . . .
Kesimpulannya, . . .
Kendatipun demikian, . . .
Meskipun demikian, . . .
Oleh karena itu, . . .
Oleh sebab itu, . . .
Sebaliknya, . . .
Namun, . . .
Tambahan lagi, . . .
Lagi pula, . . .
Pertama, . . .
Kedua, . . .
F. Kesimpulan
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan
pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan
kesenyapan, dalam bahasa tulis diawali dengan hurup kapital
dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata,
frase, atau klausa.
2. Bagian inti yang harus terdapat pada kalimat adalah subjek (S)
dan predikat (P). Bagian inti kalimat adalah bagian yang tak
dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek kalimat
berfungsi sebagai inti pembicaraan, sedangkan predikat
berfungsi sebagai penjelasan terhadap subjek, yang dapat
dilengkapi dengan objek (O) atau keterangan (K).
3. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yanng
terbentuk dari penggabungan beberapa kalimat tunggal yang
setara kedudukannya dan menyatakan peristiwa yang terjadi
secara berturut-turut atau dalam waktu yang bersamaan.
74 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Hubungan koordinatif antara bagian kalimat yang satu dan
bagian kalimat yang lain yang setara itu akan terlihat pada
penggunaan kata sambung (kata penghubung) sebagai
koordinator dalam struktur kalimat majemuk.
G. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian kalimat!
2. Jelaskan unsur-unsur pembangun kalimat
3. Urailanlah pengklasifikasian kalimat beserta dengan
contohnya!
4. Kalimat makemuk dapat dibagi menjadi tiga bagian. Jelaskan
perbedaannya!
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 75
BAB VIII
KALIMAT EFEKTIF
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian kalimat efektif;
2. Menjelaskan unsur unsur pembentuk kalimat efektif, dan’
3. Menggunakan kalimat efektif dalam komunikasi baik secara
lisan maupun tertulis dalam kehidupan sehari harinya.
A. Pendahuluan
Penyusunan karya tulis ilmiah mengharuskan penulis
menggunakan kalimat efektif untuk mengembangkan gagasan. Kalimat
efektif menyelaraskan isi pikiran penulis dengan struktur kalimat yang
benar menurut kaidah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam
menulis sebaiknya penulis menyampaikan pikirannya dalam rangkaian
kalimat efektif. Setiap kalimat yang disusun hendaknya mudah
dipahami, singkat, dan jelas. Deangan kata lain, kalimat efektif adalah
kalimat yang menyampaikan informasi yang sama dengan informasi
yang diterima pembaca.
Kalimat efektif akan tercapai jika memenuhi unsur yang
membentuk kalimat itu menjadi baik dan benar. Kalimat tersebut akan
mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca, sekurang-kurangnya
76 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
harus memenuhi enam syarat, yaitu (1) mengandung kesatuan, (2)
mengandung kepaduan, (3) mengandung keparalelan, (4) mengandung
ketepatan, (5) mengandung kehematan, (6) mengandung
kebervariasian, dan (7) mengandung kelogisan.
B. Kepaduan Bagian Kalimat
Kata-kata yang dipakai untuk membentuk kalimat harus
ditempatkan pada posisi yang tepat dalam struktur kalimat agar jelas
fungsinya masing-masing. Ada kata yang berfungsi sebagai subjek, ada
yang berfungsi sebagai predikat, ada juga yang berfungsi sebagai objek,
dan keterangan masing-masing sebagai bagian kalimat saling
berhubungan secara fungsional. Hubungan yang jelas di antara bagian
kalimat tersebut akan menghasilkan kepaduan bagian kalimat dalam
struktur kalimat. Kalimat yang bagian-bagiannya terpadu menjadi
sarana pengembangan pikiran yang efektif yang jelas maknanya. Hal
tersebut, akan menimbulkan kesepadanan atau keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur kalimat. Agar menghasilkan kalimat
yang mengandung kesepadanan, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Kalimat memiliki subjek dan predikat yang jelas/ padu
Contoh 1,
a. Tidak diharapkan oleh bangsa mana pun, tetapi
kenyataannya kita harus menerima dengan tabah.
(apa atau siapa yang tidak diharapkan oleh bangsa
mana pun?)
b. Krisis ekonomi tidak diharapkan oleh bangsa mana
pun, tetapi kenyataannya kita harus menerima
dengan tabah.
(krisis ekonomi memperjelas apa yang tidak
diharapkan oleh bangsa mana pun)
contoh 2,
a. Untuk kehidupan modern menunutut cara berpikir
dan bertindak yang efektif dan efesien. (tidak padu
karena tidak jelas subjeknya)
b. Kehidupan modern menuntut cara berpikir dan
bertindak yang efektif dan efesien. (padu efektif)
2. Kata depan tidak berada di depan subjek
Contoh,
a. Bagi semua mahasiswa harus segera konfirmasi.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 77
(bagi di depan subjek)
b. Semua mahasiswa baru harus segera konfirmasi.
3. Konjungsi intrakalimat tidak dipakai di dalam kalimat
tunggal.
contoh,
a. Saksi tidak hadir. Sehingga persidangan ditunda
menuggu depan. (sehingga di awal kalimat)
b. Saksi tidak hadir sehingga persidangan ditunda
menuggu depan.
(sehingga di tengah kalimat)
4. Predikat tidak didahului konjungsi yang
Contoh,
a. Sporter timnas Indonesia yang mengenakan baju
merah putih.
(yang di depan predikat)
b. Sporter timnas Indonesia mengenakan baju merah
putih.
5. Subjek tidak ganda
Contoh,
a. Pertandingan ini saya mewakili STAIN Palopo.
(apa subjeknya, pertandingan ini atau saya)
b. Dalam petandingan ini, saya mewakili STAIN
Palopo.
(subjeknya saya)
C. Kesatuan Gagasan
Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan atau
mengungkapkan satu kesatuan ide. Yang dimaksud kesatuan gagasan
adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu
ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari
satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dan
yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penulis atau
penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak
mempunyai hubungan sama sekali ke dalam sebuah kalimat.
Perhatikan kalimat berikut yang mempunyai lebih dari satu gagasan.
78 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Contoh :
Melihat perkembangan penduduk Kelurahan Balandai
yang semakin padat namun tidak didukung dengan
kemampuan perekonomian yang cukup yang tanpa kita
sadari bahwa peningkatan tersebut memerlukan sarana
dan prasarana yang memadai.
Kalimat tersebut mempunyai tiga gagasan di antaranya :
1. Perkembangan penduduk Kelurahan Balandai semakin
padat.
2. Perkembangan itu tidak didukung perekonomian yang
cukup.
3. Kita tidak menyadari bahwa perkembangan itu
memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.
Perbaikan contoh kalimat,
Perkembangan penduduk Kelurahan Balandai semakin
padat, tetapi tidak didukung oleh perekonomian yang
cukup dan sarana prasarana yang memadai.
D. Kesejajaran (Paralelisme)
Kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah penggunaan
bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dan
dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah ide dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan frase (kelompok kata), ide-ide lain yang sederajat
harus dinyatakan dengan frase. Jika sebuah ide dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk pe- an, ke- an), atau
ide tersebut dinyatakan dengan kata kerja (seperti, bentuk me- kan, dikan),
ide lain yang sederajat harus dengan kata jenis yang sama atau
sederajat. Kesejajaran (paralelisme) akan membantu memberi kejelasan
kalimat secara keseluruhan.
Contoh :
a. Penyakit pikun adalah satu segi usia tua yang paling
mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan
cara mengobatinya tidak ada yang tahu. (tidak
sejajar)
b. Penyakit pikun adalah satu segi usia tua yang paling
mengerikan dan membahayakan sebab
pencegahan dan cara pengobatannya tidak ada
yang tahu. (sejajar)
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 79
E. Kebervariasian dalam Pola Kalimat
Kalimat yang efektif menunjukkan penggunaan kalimat yang
tidak monoton. Kalimat yang digunakan sebaikanya bervariasi dengan
memanfaatkan jenis kalimat yang ada dalam bahasa Indonesia. Selain
itu, variasi dalam panjang-pendek kalimat dan penggantian unsur di
awal kalimat juga menunjukkan keefektifan kalimat. Di samping itu,
efektivitas penggunaan kalimat untuk menghindari suasana monoton
yang dapat menimbulkan kebosanan maka pola kalimat subjek –
predikat – objek dapat diubah menjadi predikat – objek – subjek atau
yang lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini :
Contoh 1,
a. Dianggap peristiwa itu sebagai suatu rentetan
kesewenangan oleh penduduk Kota Palopo. ( O –
P – S )
b. Dikatakan oleh Menlu Hasan Wirayuda bahwa tukar
pikiran itu sangat bermanfaat. (P- S – O )
c. Peritiwa itu oleh orang banyak tidak dapat
dimengerti. ( O- S- P )
Contoh 2,
a. Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang
tua.
b. Dibutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua
kepada anak.
c. Perhatian dan kasih sayang orang tua dibutuhkan
anak.
F. Ketegasan atau Pemusatan Perhatian
Kalimat sebagai rangkaian kata yang berstruktur menciptakan
kebulatan makna. Setiap kata sebagai unsur pembentuk tampilan dalam
struktur sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tidak semua bagian
kalimat dapat ditonjolkan secara tertentu, yang ingin ditonjolkan oleh
penulis untuk merangsang pembaca memusatkan perhatiannya pada
bagian tersebut tanpa melupakan bagian lain sebagai pendukungnya.
Penonjolan atau pemusatan perhatian pada bagian-bagian tertentu
dalam suatu kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara tanpa
mengubah makna kalimat secara keseluruhan.
80 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan pada posisi awal kalimat
Bagian kalimat yang ditonjolkan dalam bahasa tulis biasanya
ditempatkan pada posisi awal kalimat. Oleh karena itu, pemusatan
perhatian pembaca langsung tertuju pada awal pembacaan. Cara ini
cukup efektif mengundang perhatian pembaca dan dilakukan secara
bergilir dalam seperangkat kalimat. Hasilnya akan menunjukkan
variasi kalimat yang menarik jika cara penempatannya tepat.
Contoh :
(1a) Kita harus menyelesaikan tugas itu selama
seminggu. (pemusatan perhatian pada subjek
sebagai pelaku)
(1b) Selama seminggu kita harus menyelesaikan tugas
itu. (pemusatan perhatian pada keterangan
waktu)
(1c) Tugas itu harus diselesaikan selama
seminggu.(pemusatan perhatian pada subjek
sebagai sasaran perbuatan)
2. Mengulang Kata
Pengulangan kata tertentu dapat memperjelas maksud penulis.
Cara ini dapat dilakukan untuk menonjolkan bagian tertentu yang perlu
mendapat perhatian pembaca tetapi harus dibatasi.
Contoh :
Tekun membaca buku pelajaran, tekun mengikuti
kuliah, dan tekun mengerjakan tugas yang diberikan
oleh dosen, dapat menjamin meningkatkan indeks
prestasi mahasiswa.
3. Menggunakan partikel penekanan
Pemusatan perhatian dapat juga diarahkan dengan
menggunakan partikel –lah, -kah, dan pun. Ketiga partikel ini sering
digunakan dalam kalimat untuk menegaskan pernyataan.
Contoh,
a. Sayalah yang seharusnya membantu yang
bersangkutan.
b. Siapakah yang datang tadi ke sini ?
c. Kami pun menyaksikan peristiwa itu.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 81
4. Mengurutkan kata secara bertahap
contoh :
a. Bukan satu atau dua, melainkan puluhan TKW
menderita karena perlakuan majikan di Arab Saudi.
b. Korban tsunami di Aceh ditemukan puluhan, ratusan,
bahkan ribuan.
5. Mempertentangkan ide yang ditonjolkan
contoh :
a. Perusahaan itu tidak bangkrut, tetapi berkembang
dengan pesat.
b. Surti gemuk, tetapi gesit.
G. Kehematan Penggunaan Kata
Penggunaan kata dalam kalimat harus selektif. Penulis harus
mampu menggunakan kata dengan hemat agar pikiran yang
diungkapkan dalam kalimat cepat dapat dipahami maksudnya.
Pemborosan penggunaan kata dalam kalimat akan menciptakan kalimat
yang kaku, sedangkan kehematan pemakaian kata akan menciptakan
kalimat yang dinamis.
Kalimat efektif bercirikan tidak menggunakan kata-kata yang
tidak diperlukan. Cara untuk menghemat kata adalah dengan tidak
mengulang subjek, tidak memakai superordinat, tidak menggunakan
kata bersinonim, dan tidak menjamakkan kata yang sudah
menggunakan bentuk jamak.
Contoh 1 :
a. Anda tidak boleh mengikuti ujian apabila Anda
datang terlambat.
(tidak hemat)
b. Anda tidak boleh mengikuti ujian apabila datang
terlambat.
(hemat)
c. Surat kabar Harian Pedoman Rakyat menyediakan
ruangan untuk mengisi tulisan yang membicarakan
tentang kesenian. (boros kata)
d. Harian Pedoman Rakyat menyediakan ruangan untuk
tulisan tentang kesenian. (hemat kata)
82 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
H. Kelogisan
Makna kalimat dapat dipahami oleh pembaca dengan baik jika
hubungan antara berbagai bagian kalimat cukup logis. Hubungan yang
logis di antara bagian kalimat turut menentukan kaidah keefektifan
sebuah kalimat.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan
kalimat yang logis yaitu : (1) pemahaman kata secara cermat dan (2)
penempatan kata secara tepat dalam struktur kalimat.
contoh :
a. Waktu dan tempat kami persilakan. (tidak logis,
karena waktu dan tempat bukan subjek yang dapat
dipaki untuk menjawab pertanyaan siapa)
b. Bapak Rektor kami persilakan. (logis/ efektif)
I. Kecermatan
Kecermatan dalam kalimat efektif ditulis secara cermat dan
tepat dalam diksi sehingga tidak menimbulkan tafsir ganda.
Penempatan unsur-unsur kalimat yang tepat akan membantu pembaca
untuk memahami makna kalimat secara jelas tanpa menimbulkan tafsir
ganda. Kalimat dinyatakan efektif jika memiliki ciri-ciri kesatuan
gagasan, keparalelan, kehematan, kelogisan, kecermatan,
kebervariasian, ketegasan, ketepatan, kebenaran struktur, dan
keringkasan.
Contoh 1,
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu
menjadi Putri Indonesia tahun ini. (tidak cermat)
b. Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang
terkenal itu menjadi Putri Indonesia tahun ini.
(cermat)
c. Diharapkan proposal beserta keseluruhan
kelengkapannya dapat melengkapi persyaratan
administratif proyek. (tidak cermat)
d. Diharapkan proposal beserta keseluruhan
kelengkapannya dapat memenuhi persyaratan
administratif proyek. ( cermat)
J. Kebenaran Struktur
Kalimat efektif mengandung kebenaran struktu bahasa
Indonesia, artinya unsur-unsur yang digunakan dalam kalimat tidak
memakai unsur asing atau daerah. Sebagai contoh, pemakaian unsur
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 83
bahasa Inggris wich, where tidak benar jika disepadankan dengan
konjungsi dimana, di mana, atau yang mana dalam bahasa Indonesia.
Penggunaan kata-kata tersebut perlu dihindari. Begitu pula unsur
bahasa daerah sebaiknya tidak dipakai dalam tulisan.
Contoh,
a. Masyarakat hukum adalah sekelompok orang-orang
yang berdiam dalam suatu wilayah tertentu dimana
di dalam kelompok tersebut berlaku serangkaian
peraturan sebagai pedoman tingkah laku. (salah)
b. Masyarakat hukum adalah sekelompok orang yang
berdiam dalam suatu wilayah yang menganut
serangkaian peraturan sebagai pedoman tingkah
laku. (benar)
K. Keringkasan
Beberapa hasil tulisan ditemukan pemkaian kata dan kelompok
kata yang sebenarnya memiliki makna yang sama. Dalam hal ini
kelompok kata merupakan bentuk panjang, sedangkan kata merupakan
bentuk ringkas/ pendek.
Contoh,
a. Kami mengadakan penelitian anak jalanan di Kota
Palopo. (bentuk panjang)
b. Kami meneliti anak jalanan di Kota Palopo.
(bentuk pendek)
Catatan : tidak semua bentuk ringkas tepat menggantikan
bentuk panjang
L. Kesimpulan
Kalimat efektif menyelaraskan isi pikiran penulis dengan
struktur kalimat yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, dalam menulis sebaiknya penulis menyampaikan pikirannya
dalam rangkaian kalimat efektif. Setiap kalimat yang disusun
hendaknya mudah dipahami, singkat, dan jelas. Hubungan yang jelas di
antara bagian kalimat tersebut akan menghasilkan kepaduan bagian
kalimat dalam struktur kalimat. Kalimat yang bagian-bagiannya
terpadu menjadi sarana pengembangan pikiran yang efektif yang jelas
maknanya. Hal tersebut, akan menimbulkan kesepadanan atau
keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur kalimat. Kalimat
efektif hanya mengandung satu gagasan atau mengungkapkan satu
kesatuan ide. Yang dimaksud kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu
84 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh
panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan
dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dan yang lainnya asalkan
ide atau gagasan kalimatnya tunggal
M. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Jelaskan pengertian kalimat efektif!
2. Jelaskan unsur unsur pembentuk kalimat efektif!
3. Berikan contoh penerapan prinsip kesejajaran dalam sebuah
kalimat efektif!
4. Apa yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif!
Berikan contoh
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 85
BAB IX
PEMBENTUKAN PARAGRAF
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian paragraf;
2. Mengetahui struktur sebuah paragraf;
3. Mengetahui tujuan pembentukan paragraf;
4. Menjelaskan jenis paragraf berdasarkan fungsinya;
5. Menjelaskan syarat syarat pembentukan.
A. Pendahuluan
Pikiran utama atau gagasan utama yang dikembangkan dalam
tulisan disusun melalui seperangkat kalimat yang saling berhubungan
dalam kesatuan yang lebih besar, yaitu paragraf atau alinea. Paragraf
merupakan wadah pengembangan pikiran dalam tulisan, yang
memberikan kesempatan bagi penulis untuk merinci pikirannya secara
logis dan sistematis dalam seperangkat kalimat yang saling
berhubungan secara fungsional. Penyusunan dan pengembangan
pikiran dalam paragraf dapat membantu pengungkapan pikiran penulis
secara bertahap dan tertib sehingga maksud penulis mudah dipahami
dan diterima oleh pembaca.
B. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang
lebih luas daripada kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimatkalimat
yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk menjelaskan
sebuah pikiran utama. Melalui paragraf itu gagasan menjadi jelas oleh
86 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
uraian tambahan, yang tujuannya menonjolkan pikiran utama secara
lebih jelas. Setiap paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran
utama atau gagasan utama secara jelas.
Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf,
yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan.
Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling
berkaitan mendukung gagasan tunggal dalam paragraf. Apabila dalam
suatu paragraf terdapat lebih dari satu gagasan berarti paragraf itu tidak
tepat dan harus dipecah ke dalam beberapa paragraf. Jadi, setiap
paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan
utama.
Contoh (1)
Sampah yang kita buang setiap hari sebenarnya dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang
mudah membusuk, seperti sisa makanan dan daun-daunan
yang umumnya basah. Sampah anorganik adalah sampah yang
sulit atau yang tidak dapat membusuk, contohnya plastik, kaca,
logam, kain, dan karet. Kedua jenis sampah tersebut dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan baik jenis sampah
organik maupun sampah anorganik jika diolah dengan baik.
Contoh paragraf di atas terdiri atas empat kalimat. Setelah
membaca keseluruhan paragraf tersebut, terasa bahwa semua kalimat
membicarakan satu ide atau satu gagasan, yaitu sampah organik dan
anorganik. Ide tersebut diungkapkan melalui empat kalimat. Ide
tersebut lebih luas jika dibandingkan dengan ide yang ada dalam
sebuah kalimat.
C. Struktur Paragraf
Berdasarkan fungsinya, kalimat yang membangun paragraf pada
dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu (1) kalimat topik atau kalimat
pokok dan (2) kalimat penjelas atau pendukung. Kalimat topik adalah
kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama paragraf, sedangkan
kalimat penjelas atau pendukung adalah kalimat yang berfungsi
menjelaskan atau mendukung ide utama paragraf. Ciri kalimat topik
dan kalimat penjelas adalah sebagai berikut.
Ciri kalimat topik :
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 87
(1) mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan
diuraikan lebih lanjut,
(2) merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri,
(3) memunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan
dengan kalimat lain,
(4) dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frase
transisi.
Ciri kalimat penjelas :
(1) sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
(dari segi arti),
(2) arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah
dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf,
(3) pembentukannya sering memerlukan pembentukan kata
sambung dan frase transisi,
(4) isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data
tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
D. Tujuan Pembentukan Paragraf
Apabila kita pernah membaca sebuah tulisan yang tidak
tersusun atas kesatuan paragraf, kita akan sulit memahami isinya. Kita
dituntut untuk memeriksa lebih cermat pikiran penulis dari awal sampai
akhir secara menyeluruh tanpa petunjuk yang jelas. Hal ini tidak akan
terjadi pada tulisan yang tersusun atas serangkaian paragraf yang baik.
Setelah kita membaca sebuah paragraf, kita dapat berhenti sebentar dan
berkonsentrasi terhadap pikiran utama yang terkandung dalam paragraf
tersebut sebelum melangkah pada paragraf berikutnya.
Ada dua tujuan utama pembentukan paragraf. Pertama,
pembentukan paragraf bertujuan memudahkan pengertian dan
pemahaman dengan memisahkan pikiran utama yang satu dari utama
pikiran yang lain. Oleh karena itu, paragraf hanya dapat memuat satu
pikiran utama. Apabila terdapat dua pikiran utama, paragraf tersebut
harus dipecah menjadi dua atau lebih. Kedua, pembentukan paragraf
bertujuan memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan
formal untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada
perhentian pada akhir kaimat. Dengan perhentian yang lebih lama
tersebut, kosentrasi terhadap pikiran utama pada setiap paragraf lebih
terarah.
Contoh (2)
Bidang pendidikan merupakan wadah dan lingkunga
formal yang harus menerima anak didik dari semua suku
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sesuai dengan pokok
88 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
kebijaksanaan pendidikan dan kebudayaan dan gbhn maka
kedudukan dan fungsi bahasa indonesia dalam hubungannya
dengan pendidikan nasional adalah (1) sebagai mata pelajaran
dasar dan pokok dan (2) sebagai bahasa pengantar di semua
jenjang sekolah. Bahasa daerah dapat dipakai untuk
membantu bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di
kelas satu sampai kelas tiga SD di daerah-daerah yang masih
memerlukannya. Di samping itu, bahasa daerah dapat pula
diajarkan sebagai satu mata pelajaran. Selain itu, juga bahasa
daerah dianggap sebagai salah satu media pengembangan
kebudayaan.
Paragraf di atas berisi dua pikiran utama, yaitu (1) kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia dan (2) kedudukan dan fungsi bahasa
daerah. Oleh karena itu, paragraf tersebut haruslah dijadikan dua buah,
seperti yang terlihat pada contoh berikut.
Contoh (2a)
Bidang pendidikan merupakan wadah dan lingkunga
formal yang harus menerima anak didik dari semua suku
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sesuai dengan pokok
kebijaksanaan pendidikan dan kebudayaan dan gbhn maka
kedudukan dan fungsi bahasa indonesia dalam hubungannya
dengan pendidikan nasional adalah (1) sebagai mata pelajaran
dasar dan pokok dan (2) sebagai bahasa pengantar di semua
jenjang sekolah.
Bahasa daerah dapat dipakai untuk membantu bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar di kelas satu sampai
kelas tiga SD di daerah-daerah yang masih memerlukannya.
Di samping itu, bahasa daerah dapat pula diajarkan sebagai
satu mata pelajaran. Selain itu, juga bahasa daerah dianggap
sebagai salah satu media pengembangan kebudayaan.
E. Jenis-Jenis Paragraf
Berdasarkan fungsinya dan wujudnya dalam karangan paragraf
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) paragraf pembuka, (2)
paragraf pengembang, dan (3) paragraf penutup. Ketiga jenis paragraf
itu memiliki fungsi tersendiri yang membedakannya satu sama lain.
Secara singkat ketiga jenis paragraf tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 89
Paragraf Pembuka
Isi paragraf pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek
pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian yang
mengawali sebuah karangan, paragraf pembuka harus dapat
difungsikan untuk : (1) mengantar pokok pembicaraan, (2)
menarik minat dan perhatian pembaca, dan (3) menyiapkan atau
menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Disarankan agar paragraf pembuka jangan terlalu panjang agar
tidak membosankan.
1. Paragraf Penghubung
Paragraf ini bertujuan menghubungkan pokok
pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan
di dalam paragraf pembuka. Contoh dan ilustrasi, inti
permasalahan dan uraian pembahasan adalah isi sebuah paragraf
penghubung atau paragraf pegembang. Paragraf penghubung atau
pengembangan berfungsi dalam paragraf untuk : (1)
mengemukakan inti persoalan, (2) memberi ilustrasi atau contoh,
(3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf
berikutnya, (4) meringkas paragraf sebelumnya, dan (5)
mempersiapkan dasar atau landasan bagi kesimpulan. Semua
paragraf yang terletak antara paragraf pendahuluan dan paragraf
penutup digolongkan sebagai paragraf penghubung. Oleh karena
itu, anatara paragraf yang satu dan paragraf lainnya harus saling
berhubungan secara logis.
2. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir
tulisan atau yang mengakhiri sebuah tulisan. Biasanya, paragraf
penutup berisi simpulan dari semua pembahasan yang telah
dipaparkan pada paragraf penghubung. Paragraf ini sering berisi
penegasan atau pernyataan kembali tentang masalah-masalah
yang diuraikan pada paragraf penghubung agar maksud penulis
menjadi lebih jelas jika ada hal-hal yang dianggap sangat penting.
Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan, penyajiannya harus
memperhatikan hal berikut ini : (1) sebagai bagian penutup,
paragraf ini tidak boleh terlalu panjang, (2) isi paragraf harus
berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cermin inti
seluruh uraian, (3) sebagai bagian yang paling akhir dibaca,
hendaknya dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi
90 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
pembaca, dan (4) isi paragraf penutup banyak ditentukan oleh
sifat karangan.
F. Syarat Pembentukan Paragraf
Sama halnya dengan kalimat, sebuah paragraf juga harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Jadi, paragraf yang baik atau efektif
adalah sebuah paragraf telah memenuhi syarat-syarat tertentu
sebagaimana dijelaskan di bawah ini. Syarat tersebut di antaranya
adalah :
(1) Kesatuan pikiran
Kalimat-kalimat dalam satu paragraf menggambarkan pikiran
yang saling berhubungan dan menununjukkan ikatan untuk mendukung
satu pikiran sebagai pikiran utama. Kesatuan pikiran dalam paragraf
berarti adanya hubungan tentang masalah yang menjadi pikiran utama.
Kesatuan pikiran dalam paragraf berarti adanya hubungan tentang
masalah yang menjadi pikiran utama. Jadi, tidak boleh ada unsur yang
sama sekali tidak berhubungan dengan pikiran tersebut. Penyimpangan
uraian akan menyulitkan pembaca memahami maksud penulis.
Contoh :
Industri perkapalan siap memproduksi jenis kapal untuk
mengganti kapal yang akan dibesituakan. Akan tetapi
kemampuan mereka terbatas. Kalau dalam waktu yang singkat
harus memproduksi kapal sebanyak yang harus dibesituakan,
jelas industri dalam negeri tidak mampu. Peningkatan
kemampuan ini memerlukan waktu. Sebaiknya hal ini
dilakukan bertahap. Kalau bentuk peremajaan ini pemerintah
sampai mengimpornya dari luar negeri, tentu peluang yang
begitu besar untuk industri dalam negeri tidak termanfaatkan.
Berdasarkan contoh paragraf di atas dapat dipahami bahwa
hanya mengandung satu pikiran utama, yaitu penggantian kapal yang
akan dibesituakan. Pikiran utama ini kemudian diperinci dengan
beberapa pikiran penjelas, yaitu (1) kesiapan industri perkapalan dalam
negeri, (2) kemampuan terbatas, (3) pelaksanaan secara terbatas, dan
(4) impor dapat menghilangkan kesempatan. Penjelasan atau perincian
itu diurutkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara satu kalimat
dan kalimat yang lain membentuk kesatuan yang bulat.
(2) Koherensi dan Kepaduan
Syarat yang kedua harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah
harus mengandung koherensi atau kepaduan. Kepaduan itu terjadi
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 91
apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina
paragraf tersebut tersusun dengan baik. Pembaca dapat dengan mudah
memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis karena tidak ada
loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan. Kepaduan dalam
paragraf dapat dibangun dengan cara-cara tertentu dalam penggunaan
bahasa berupa repetisi, kata ganti, dan kata transisi.
(a) Penggunaan repetisi
Repetisi adalah pengulangan kata kunci, yaitu kata yang
dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci mula-mula timbul
pada awal paragraf kemudian diulang-ulang pada kalimat berikutnya.
Pengulangan itu berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat.
Contoh :
Faktur adalah tanda bukti penjualan barang. Faktur ada
yang digabungkan dengan kuitansi dan faktur itu disebut
faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok dipakai untuk
penjualan tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa
kuitansi. Faktur tanpa kuitansi ini dapat dipakai baik untuk
penjualan tunai maupun kredit.
(b) Penggunaan kata ganti
Kata ganti adalah kata-kata yang mengacu kepada manusia atau
benda. Untuk menghindari kebosanan, kata-kata yang mengacu kepada
manusia atau benda itu diganti dengan kata ganti. Pemakain kata ganti
dalam paragraf berfungsi menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat
yang membangun paragraf. Kata ganti dapat bertugas menunjukkan
kepaduan suatu paragraf.
Contoh :
Pak Amir dengan segala senang hati memandangi
padi yang tumbuh dengan subur. Ternyata usahanya tidak
sia-sia. Tinggal beberapa minggu lagi ia akan memetik
hasilnya. Sekarang telah terbayang di matanya, orang
sibuk memotong, memikul padi berkarung-karung, dan
menimbunnya di halaman rumah. Tentu anaknya dan
istrinya akan ikut bergembira. Hasil padi yang cukup baik
ini tentu akan mengantarkan mereka menuju kebahagian.
(c) Penggunaan kata transisi
Kata transisi adalah kata atau frase yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain untuk
92 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
menjaga kepaduan paragraf. Sifat hubungan antarkalimat akan
menentukan pilihan kata /frase transisi yang dipakai dalam paragraf.
Contoh :
Jam lima pagi saya bangun. Sesudah itu, saya ke kamar
mandi, lalu saya mandi berpakaian. Sesudah itu, saya
berpakaian. Setelah berpakaian, saya makan pagi. Sesudah
itu, saya pamit pada Ayah dan Ibu, lalu saya berangkat
sekolah.
Paragraf di atas, menunjukkan bahwa semua hubungan kalimat
dikuasai kata transisi yang mengatur hubungan waktu. Penggunaan kata
transisi yang sama, seperti contoh di atas kurang baik, karena dapat
membosankan membacanya.
Peralihan dari kalimat satu ke kalimat yang lain dalam paragraf
dapat dihubungkan atau dikaitkan dengan kata-kata atau frase transisi.
Sesuai dengan jenis hubungan yang ditunjukkan atau yang dimaksud,
pengguna bahasa dapat memilih kata-kata atau frase transisi di bawah
ini sebagai penghubung untuk pengait dalam paragraf.
Fungsi
Menyatakan
Hubungan
Contoh Kata dan Frase
akibat/ hasil
akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu,
dengan demikian, jadi, sebab itu
pertambahan
berikutnya, demikian juga, kemudian, selain
itu, lagi pula, lalu, selanjutnya, tambahan
lagi, lebih-lebih lagi, di samping itu, seperti
halnya, juga, tambahan, akhirnya, kedua,
ketiga, demikian juga
perbandingan dalam hal yang sama, lain halnya dengan,
sebaiknya, lebih baik dari itu, berbeda
dengan itu, seperti, dalam hal yang demikian,
sebagaimana
pertentangan akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu,
namun, sebaiknya, walaupun demikian,
sebaliknya, sama sekali tidak, meskipun, biar
pun
tempat berdekatan dengan itu, di sini, di seberang,
di sana, tak jauh dari sana, di bawah, persis
di depan . . ., di sepanjang . . ., dekat,
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 93
berdampingan dengan
tujuan Agar, untuk, guna, untuk maksud itu, dengan
maksud tersebut, agar, supaya,
waktu
baru-baru ini, beberapa saat kemudian,
mulai, sebelum, segera, sesudah, sejak,
ketika, sementara itu, beberapa saat
kemudian, sesudah itu, setelah
singkatan singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai
simpulan, pendek kata, pendeknya, secara
singkat, pada umumnya, seperti sudah
dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni,
yaitu, sesungguhnya
G. Kesimpulan
Paragraf merupakan wadah pengembangan pikiran dalam
tulisan, yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk merinci
pikirannya secara logis dan sistematis dalam seperangkat kalimat yang
saling berhubungan secara fungsional. Penyusunan dan pengembangan
pikiran dalam paragraf dapat membantu pengungkapan pikiran penulis
secara bertahap dan tertib sehingga maksud penulis mudah dipahami
dan diterima oleh pembaca.
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang
lebih luas daripada kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimatkalimat
yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk menjelaskan
sebuah pikiran utama. Melalui paragraf itu gagasan menjadi jelas oleh
uraian tambahan, yang tujuannya menonjolkan pikiran utama secara
lebih jelas. Setiap paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran
utama atau gagasan utama secara jelas.
Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf,
yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan.
Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling
berkaitan mendukung gagasan tunggal dalam paragraf. Apabila dalam
suatu paragraf terdapat lebih dari satu gagasan berarti paragraf itu tidak
tepat dan harus dipecah ke dalam beberapa paragraf. Jadi, setiap
paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan
utama.
94 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
H. Evalusi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Apa yang dimaksud dengan paragraf?
2. Sebutkan struktur sebuah paragraf yang baik!
3. Susunlah masing masing satu paragraf berdasarkan syarat syarat
pembentukan paragraf yang telah Anda pelajari!
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 95
BAB X
TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Memahami konstruksi paragrap;
2. Membedakan jenis jenis paragrap;
3. Mengetahu teknik pengembangan paragraph;
4. Menulis paragraf dengan baik.
A. Pendahuluan
Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling
berhubungan. Kalimat-kalimat tersebut diikat oleh satu pikiran utama
dan dijelaskan secara terinci oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran
utama dan pikiran penjelas masing-masing tertuang dalam kalimat
utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu
kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Ada beberapa cara
penempatan kalimat utama dalam sebuah paragraf yang sesuai dengan
pikiran penulis. Di samping itu, untuk mengembangkan paragraf ada
beberapa teknik yang dilakukan sehingga para para penulis lebih
mudah menguasai penulisan paragraf tersebut. Selain itu, paragraf
dapat dicermati dari segi sifat isinya yang sangat bergantung pada pada
informasi yang akan disampaikan.
96 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
B. Cara Penempatan Pikiran Utama
(1) Pikiran utama pada posisi awal paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan pikiran utama yang
tertuang dalam satu kalimat. Penjelasan terhadap pikiran utama tersebut
diberikan melalui sejumlah kalimat penjelas. Penempatan kalimat
utama pada awal paragraf menunjukkan adanya penelanan pikiran
utama yang mudah terbaca oleh pembaca dan dapat mengundang
perhatian yang bersangkutan untuk mengikuti penjelasan selanjutnya.
Paragraf yang demikian mengikuti cara berpikir deduktif (dari umum
ke khusus) sehingga disebut pula paragraf deduktif.
Contoh :
Kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
kebudayaan fisik dan nonfisik. Kebudayaan fisik cukup jelas
karena merujuk pada benda-benda. Kebudayaan nonfisik ada
yang berupa pemikiran dan ada yang berupa wujud tingkah
laku. Adapun contoh hasil kebudayaan fisik di antaranya
adalah patung, lukisan, rumah, bagunan, mobil, dan jematan.
Contoh kebudayaan yang berupa pemikiran adalah aliran
filsafat, pengetahuan, idiologi, etika, dan estetika. Hasil
kebudayaan yang berwujud tingkah laku di antaranya adalah
sikap, kebiasaan, adat istiadat, belajar, tidur, bertani, bahkan
berkelahi.
(2) Pikiran utama pada akhir paragraf
Pikiran utama sebuah paragraf dapat juga ditempatkan pada
akhir paragraf. Paragraf jenis ini disusun dengan lebih dahulu
mengemukakan kalimat-kalimat penjelas, kemudian disudahi dengan
kalimat utama yang memuat pikiran utama. Pengembangan pikiran
utama dilakukan secara bertahap dan mencapai klimaks pada akhir
paragraf.
Contoh :
Kebudayaan suatu bangsa dapat dikembangkan dan
dapat diturunkan kepada generasi mendatang melalui bahasa.
Semua yang berada di sekitar manusia, misalnya peristiwaperistiwa,
hasil karya manusia, dapat diungkapkan kembali
melalui bahasa. Orang sadar bahwa kegiatan dalam masyarakat
akan lumpuh tanpa bahasa. Memang, bahasa adalah alat
komunikasi yang penting, efektif, dan efesien.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 97
(3) Pikiran utama pada awal dan akhir paragraf
Kalimat utama dapat diletakkan pada awal paragraf dan
diulang pada akhir paragraf. Maksud pengulangan ini adalah
memberikan tekanan pada pikiran utama paragraf dan sebagai
penegasan kembali isi pernyataan yang dikemukakan pada awal
paragraf. Kalimat utama yang diulang tidak harus sama dengan kalimat
utama yang terdapat pada awal paragraf. Pengulangan tersebut
dilakukan dengan mengubah bentuk kata-katanya dan struktur
kalimatnya, tetapi pikiran utamanya tetap sama. Paragraf yang
demikian merupakan perpaduan paragraf deduktif dan induktif.
Contoh :
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia
memerlukan rumah murah, sehat, dan kuat. Kementerian
PU sudah lama menyelidiki bahan rumah yang muran, tetapi
kuat. Agaknya bahan perlit yang diperoleh dari batu-batuan
gunung berapai sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini
tahan api dan tahan air. Lagi pula, bahan perlit dapat dicetak
menurut bahan keinginan seseorang. Usaha ini menunjukkan
bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah,
sehat, dan kuat untuk memenuhi keperluan rakyat.
6. Paragraf dengan pikiran utama tersirat
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya
dan bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat dalam
paragraf sehingga tidak satu pun kalimat yang khusus menjadi kalimat
topik. Kalimat-kalimat itu merupakan suatu kesatuan isi. Kondisi
demikian itu biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik
karena kalimat yang satu dengan yang lainnya sama-sama pentingnya.
Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang
bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh :
Pagi hari itu aku duduk di bangku panjang dalam taman
di belakang rumah. Matahari belum tinggi benar, baru
sepenggalah. Sinarnya mengusir dingin menghangatkan badan.
Di depanku bermekaranlah bunga beraneka warna. Angin
pegunungan sepoi-sepoi basah membelai wajah, membawa bau
harum bunga dan rasa manis madunya. Kuhirup udara pagi
sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah
berjalan sehari suntuk kemarin.
98 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas dapat disusun
menjadi paragraf yang baik dengan menggunakan urutan tertentu.
Urutan kalimat dalam paragraf dapat disusun menurut urutan logis,
urutan kronologis, urutan klimaks, dan urutan antiklimaks. Urutanurutan
tersebut akan dijelaskan secara singkat.
1. Urutan logis
Urutan logis adalah urutan yang menyebutkan lebih dahulu halhal
yang umum lalu ke hal-hal yang khusus atau sebaliknya. Jadi, boleh
dikatakan bahwa kalimat-kalimat yang memuat pikiran penulis diurut
secara sintesis atau analitis
Contoh
(1)Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dan paling berkuasa di bumi atau di dunia. (2) dikatakan
demikian sebab ia dizinkan oleh Tuhan memanfaatkan semua
isi alam ini untuk keperluan hidupnya. (3) meskipun demikian,
manusia tida dizinkan menyakiti, menyiksa, atau menyianyiakannya.
Dalam paragraf di atas urutan kalimat (1), (2), dan (3)
menunjukkan jalan pikiran yang masuk akal (logis) atau penalaran yang
wajar. Apabila kalimat-kalimat tersebut diubah urutannya akan
mengakibatkan jalan pikiran itu tidak akan logis. Misalnya, diubah
susunannya menjadi (1), (3), dan (2), atau (3), (1), dan (2), atau (2), (1),
dan (3). Jika dicermati susunan isi paragraf tidak akan logis atau tidak
berterima.
2. Urutan kronologis
Urutan kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu.
Peristiwa yang digambarkan dalam paragraf diurut menurut tingkat
perkembangannya dari waktu ke waktu. Urutan tersebut dipakai pada
jenis tulisan naratif.
Contoh
(1)Tepat jam 08.00 upacara peringatan hari
Kemerdekaan dimulai. (2) bendera Merah Putih dikibarkan
diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. (3) Peserta upacara
mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan
yang telah gugur. (4) Dua mahasiswa untuk tampil
membacakan teks Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. (4) Sesudah itu, rektor menyampaikan pidato
sambutan tentang Proklamsi Kemerdekaan Republik Indonesia
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 99
pada tanggal 17 Agustus 1945. (6) Kira-kira jam 10.00 upacara
diakhiri dengan pembacaan doa.
3. Urutan klimaks dan antiklimaks
Dalam paragraf klimaks dan antiklimaks mula-mula disebukan
pernyataan atau kejadian biasa. Kemudian lambat-laun meningkat
menjadi makin penting, makin menonjol atau tegang, sampai pada yang
paling penting atau sangat menonjol. Singkatnya, kalimat yang terakhir
dari paragraf tersebut merupakan pernyataan yang paling penting dan
menjadi klimaks dari serangkaian pernyataan sebelumnya. Hal
sebaliknya dapat juga dilakukan dimulai dari hal yang paling penting
dan semakin lama sampai ke hal-hal yang dianggap tidak terlalu
penting atau diakhir kalimat kadar kepentingannya semakin menurun.
Contoh Paragraf Klimaks (a)
(1)Pancasila telah beberapa kali dirongrong. (2) Beberapa
kali falsafah negara RI hendak diubah atau pun dipreteli. (3)
Setiap usaha hendak mengubah dan mempreteli Pancasila
ternyata gagal. (4) Betapa pun usaha itu telah dipersiapkan
dengan matang dan teliti, semuanya tetap dapat dihancurkan.
(5) Memang, Pancasila benar-benar sakti.
Contoh Paragraf Antiklimaks(b)
(1)Kebahagiaan tidak semata-mata ditentukan oleh
banyaknya uang yang dimiliki oleh seseorang. (2)Uang
memang penting, tetapi kebahagiaan seseorang tidak
bergantung kepada uang yang dimilikinya. (3)Jika kebahagiaan
memang tergantung kepada uang semata-mata, pastilah hanya
orang-orang kaya saja yang dapat menikmati kebahagiaan. (4)
Kenyataannya tidak demikian. (5)Banyak orang yang kaya
harta, tetapi tidak berbahagia. (6)Sebaliknya, banyak orang
yang miskin harta, tetapi berbahagia hidupnya.
C. Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf bermacam-macam bergantung pada maksud
penulisnya dan tuntutan konteks serta sifat informasi yang akan
disampaikan. Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan
sebenarnya cukup beralasan karena telah dijelaskan bahwa kegiatan
menyusun paragraf adalah pekerjaan yang termasuk mengarang. Oleh
karena itu, ada beberapa hal yang prinsif dalam penulisannya
mengandung kesamaan antara paragraf (karangan sederhana) dan
100 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
karangan kompleks yang terdiri atas beberapa paragraf. Di antaranya
adalah sama-sama mempunyai topik, tema, dan outline. Memang di
dalam paragraf unsur-unsur tersebut berwujud sederhana.
Secara ringkas dapat dilihat di bawah ini tentang klasifikasi
paragraf berdasarkan sifat isinya. Di antaranya terdapat dalam tabel
sebagai berikut.
Jenis Paragraf
Menurut Sifat Isinya
Isi Pragraf
paragraf persuasif
paragraf argumentatif
paragraf naratif
paragraf deskriptif
paragraf ekspositoris
mempromosikan sesuatu dengan cara
memengaruhi atau mengajak pembaca
membahas satu masalah dengan buktibukti
atau alasan yang mendukung
menuturkan peristiwa atau keadaan
dalam bentuk ceritra
melukiskan atau menggambarkan
sesuatu dengan bahasa
memaparkan sesuatu dengan fakta atau
kejadian tertentu
Pragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,
terutama advertorial yang sering mengisi lembaran koran dan majalah.
Paragraf argumentatif, deskriptif, dan ekspositoris umumnya digunakan
dalam karangan ilmiah, seperti makalah, buku, skripsi, tesis, disertasi,
dan laporan. Dalam tulisan ilmiah, ketiga jenis paragraf itu bergabung
saling berhubungan antara satu dan lainnya dalam sebuah karangan.
Selanjutnya, secara spesifik jenis paragraf ekspositoris sebagian besar
digunakan menulis berita dalam surat kabar, sedangkan jenis paragraf
naratif sering dipakai dalam menulis karangan fiksi atau karangan
nonilmiah, seperti cerpen, novel, roman, dan beberapa jenis karya
sastra lainnya.
(1) Paragraf Narasi
Pengertian paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan
suatu peristiwa atau kejadian yang didalamnya terdapat alur cerita,
setting, tokoh, dan konflik, tetapi tidak memiliki kalimat utama.
Contoh:
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 101
Jam istirahat, Riska menulis hasil bacaan yang diperoleh
dari buku cetak di perpustakaan STAIN Palopo yang akan
dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi ke dalam buku
agendanya sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali
kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan,
mengernyitkan kening, tersenyum, dan kembali menulis. Asyik
sekali, seakan di ruang perpustakaan hanya dia seorang diri.
(2) Paragraf Deskripsi
Pengertian Paragraf deskripsi adalah menggambarkan sesuatu
dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan
atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya
sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca,
atau merasakan hal yang dideskripsikan.
Contoh
Gadis itu menatap Makmur dengan tersenyum. Hati
Makmur semakin gencar memuji gadis yang mempesona di
hadapanya. Ya, karena memang gadis di depannya itu sangat
cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis
pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam,
memberikan pijar mengesankan yang misterius. Selain itu,
ditambah kulitnya yang putih bersih, bagai putih kuning lasat,
dagu lancip yang menawan, serta bibir berbelah, dia sungguh
tampak sempurna.
(3) Paragraf Argumentasi
Pengertian paragraf argumentasi adalah karangan yang
membuktikan kebenaran tentang sesuatu. Untuk memperkuat ide atau
pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data
pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang
disampaikan penulis.
Contoh
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati
kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah
dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan
Sukarton (1992) bahwa anak-anak kecil di bawah umur 15
tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh
orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil
yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau
mengais kotak sampah di TPA. Kemudian, hasilnya diserahkan
102 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga.
Apa lagi, sejak di negeri kita terjadi krisis moneter,
kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai
penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
(4) Paragraf Persuasi
Pengertian paragrap persuasi adalah paragraf yang
mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai
bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Contoh
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai
cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa
kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya
adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa
dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota
masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolongmenolong
dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan
bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling
mencintai.
(5) Paragraf Eksposisi
Pengertian Paragraf eksposisi adalah karangan yang menyajikan
sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat
pengetahuan atau informasi yang sejelasnya.
Contoh
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional
mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging
ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan
pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap
daging ayam dan telur kini semakin melejit sehingga harganya
meningkat.
D. Pola Pengembangan Paragraf
1. Pola Pengembangan dengan Cara Umum-Khusus
Metode umum-khusus dan khusus-umum paling banyak dipakai
untuk mengembangkan gagasan praraf agak tampak teratur. Bagi
penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan mengunakan
metode atau pola ini adalah cara yang paling disarankan.
Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus,
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 103
juga relatif mudah dikembangkan. Selain itu, pola aau teknik tersebut
paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan ekspositorias,
seperti artikel dalam media massa. Cara ini digunakan dalam menulis
paragraf dapat dilakukan, baik dari umum ke khusus atau sebaliknya
dari khusus ke umum. Dalam bentuk umum ke khusus, pikiran utama
diletakkan pada awal paragraf lalu diikuti dengan perincian-perincian.
Contoh :
(1) Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah
sebagai bahasa nasional. (2) Kedudukan ini dimiliki sejak
dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928. (3) Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan
bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia dan
telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh
tanah air kita. (4) Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak
terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan
bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain
untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Pengembangan paragraf deduktif didiagramkan sebagai berikut :
Khusus (2)
Umum (1) Khusus (3)
Khusus (4)
Penulis dapat memilih cara lain dalam mengembang paragraf,
yaitu dengan menggunakan teknik khusus-umum. Penuliasan dimulai
dari rincian-rincian (kekhususan) dan selanjutnya pada akhir paragraf
disimpulkan pikiran utamanya. Jadi, dalam pengembangan paragraf ini
dipakai pola khusus-umum.
(1)Dokumen dan keputusan serta surat-menyurat yang
dikeluarkan pemerintah dan badan kenegaraan lainnya ditulis
dalam bahasa Indonesia. (2) Pidato-pidato terutama pidato
kenegaraan ditulis dan diucapkan dalam bahasa Indonesia. (3)
Hanya dalam keadaan tertentu, demi kepentingan komunikasi
antara bangsa, kadang-kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan
dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. (4)Demikian juga
bahasa Indonesia dipakai oleh masyarakat dalam upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan atau sebagai alat
komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat.
104 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Pengembangan paragraf induktif didiagramkan sebagai berikut :
Khusus (1)
Khusus (2) Umum (4)
Khusus (3)
2. Pengembangan dengan Cara Alasan-Alasan
Dalam pengembangan menurut pola ini, fakta yang menjadi
sebab terjadinya sesuatu itu dikemukan lebih dahulu, kemudian disusul
rincian-rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini, sebab merupakan
pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran penjelas.
Contoh :
(1)Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan
hidup keluarga. (2) Ibu tidak selalu hidup merana karena
setiap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak terlalu pusing
memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
(4) Anak pun tidak terlantar hidupnya.
Paragraf ini tergolong deduktif. Kalimat (1) merupakan sebab,
sedangkan kalimat (2), (3), dan (4) merupakan akibat. Pengembangan
ini dapat didiagramkan sebagai berikut :
Akibat (2)
Sebab (1) Akibat (3)
Akibat (4)
Kebalikan adalah pengembangan yang menggunakan pola
akibat-sebab. Dalam hal ini, akibat suatu kejadian merupakan pikiran
utama, sedangkan sebab merupakan pikiran penjelas.
Contoh
(1)Dia terpaksa tidak masuk sekolah hari ini. (2) Sudah
beberapa hari ibunya sakit. (3) Ayahnya yang dinanti-natikan
kedatangannya dari Jakarta belum tiba. (4) Adik-adiknya yang
masih kecil tidak ada yang menjaganya.
Pengembangan paragraf dapat digambarkan pada diagramkan sebagai
berikut :
sebab (2)
Akibat sebab (3)
sebab (4)
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 105
Dalam penyusunan karya ilmiah, pengembangan sebab-akibat
lebih banyak digunakan daripada pengembangan akibat-sebab.
Hubunga sebab-akibat berperan penting dalam uraian ilmiah, seperti
makalah, skripsi, dan tesis.
3. Pengembangan dengan Cara Perbandingan
Pada pola pengembangan paragraf ini, penulis memaparkan
persamaan dan perbedaan dua objek/ gagasan atau lebih. Perbandingan
tersebut dapat dilakukan karena objek yang berbeda itu mempunyai
persamaan tertentu dan juga perbedaan tertentu.
Contoh :
(1)Pantun dan syair memunyai beberapa persamaan
dan perbedaan. (2) Keduanya tergolong puisi lama yang
terdiri atas empat baris. (3) Pada syair, keempat barisnya
merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada
baris ketiga dan keempat. (4) Pantun berasal dari bumi
Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab.
4. Pengembangan dengan Cara Contoh-Contoh
Dalam pola pengembangan seperti ini terlebih dahulu
dikemukakan suatu pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian
berupa contoh-contoh konkret. Dalam karangan ilmiah contoh dan
ilustrasi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang
memerlukan penjelasan rinci tertentu. Perhatikan ilustrasi dalam bentuk
paragraf yang ditulis dengan menggunakan pola pengembangan dengan
contoh.
Contoh :
(1)Kata-kata pungutan itu ada yang telah lama masuk,
ada juga yang baru masuk. (2) Baik yang telah lama maupun
yang baru, ada yang benar-benar menjadi warga bahasa
Indonesia, misalnya: saya, sabun, pasar, kursi meja, dsb. (3)
Ada juga yang masih terasa asingnya, misalnya : insaf,
sukses, akhlak, proses, dan sebagainya.
5. Pengembangan dengan Cara Definisi Luas
Definisi luas ini dapat dipakai untuk mengembangkan pikiran
utama. Semua penjelas atau uraian menuju pada perumusan definisi
tersebut. Jadi, definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan
pengertian atau konsep istilah tertentu. Untuk merumuskan definisi
106 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi definisi
konsep dan penentuan ciri khas konsep tersebut.
Contoh :
Apa dan siapakah pahlawan itu? Pahlawan adalah orang
yang berpahala. Mereka yang berbuat baik, melaksanakan
kewajiban dengan baik, berjuang tanpa pamrih adalah
pahlawan. Pahlawan tidak menuntut balas jasa, tidak ingin
dihargai, tidak meminta pengakuan dari orang lain. Mereka
berbuat berdasarkan idealisme, cita-cita luhur, berjuang untuk
kepentingan umum, membela nusa, bangsa, dan negara.
Pahlawan sejati adalah pahlawan yang tidak menonjolkan diri,
tidak ingin disanjung dan dijunjung. Pahlawan itu berjuang
dengan ikhlas, rela berkorban tanpa pamrih.
6. Pengembangan dengan Cara Campuran
Pada pola pengembanga ini rincian terhadap kalimat utama
terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf.
Jadi, misalnya terdapat campuran umum khusus dengan sebab akibat,
atau dengan perbandingan dan sebagainya.
Contoh :
(1)Bahasa tutur adalah bahasa pergaluan yang dipakai
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2)
Umumnya bahasa tutur sederhana dan singkat bentuknya. (3)
Kata-kata yang digunakan tidak banyak jumlahnya. (4) Lagi
pula bahasa tutur hanya menggunakan kata-kata yang lazim
dipakai sehari-hari. (5) Sudah barang tentu sering digunakan
juga kata tutur, yaitu kata yang memang hanya boleh dipakai
dalam bahasa tutur, misalnya : bilang, pelan, bikin, enggak,
dan sebagainya. (7) Lafalnya pun sering menyimpang dari
lafal yang umum, misalnya : dapet (dapat), malem (malam),
dsb.
7. Pengembangan dengan Cara Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi
paragraf menguaraikan suatu proses. Proses merupakan suatu urutan
tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu.
Bila urutan atau tahap-tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang
berbeda, penulis harus menyusun secara runtut. Di bawah ini disajikan
contoh paragraf yang menggunakan pengembangan pola proses.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 107
Contoh
Proses pembuatan kue donat adalah sebagai berikut.
Mula-mula dibuat adonan terigu dicampur dengan telur dan
gula dengan perbandingan tertentu yang ideal sesuai dengan
banyaknya kue donat yang akan dibuat. Kemudian, adonan
dicetak dalam bentuk gelang-gelang. Setelah itu, “gelanggelang”
tadi digoreng sampai berwarna kuning kecoklatan.
Selanjutnya, gorengan itu diolesi mentega, diberi butiran
coklat warna-warni, atau ditaburi tepung gula. Akhirnya, kue
donat siap untuk disantap.
8. Pengembangan dengan Cara Klasifikasi
Pengembangan dengan cara mengklasifikasi atau
mengkelompok-kelompokkan masalah yang dikemukakan. Dengan
klasifikasi itu diharapkan penulis lebih mudah mengembangkan dan
menata alur pikiran yang akan ditulis dalam paragraf. Di samping itu,
pembaca dapat lebih mudah memahami informasi yang disajikan.
Contoh
Dewasa ini ada berbagai sumber yang dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik. Sumbersumber
itu selain berupa tenaga air dan tenaga matahari, dapat
pula berupa tenaga panas bumi dan tenaga nuklir. Sebagai
pembangkit listrik, nuklir telah dimanfaatkan hampir di seluruh
dunia.
9. Pegembangan dengan Cara Fakta
Pengembangan dengan fakta merupakan suatu bentuk
pengembangan paragraf yang dilakukan dengan menyertakan sejumlah
fakta atau bukti-bukti untuk memperkuat pendapat yang dikemukakan.
Fakta-fakta dapat dihubungkan menjadi satu paragraf apabila dapat
menggambarkan sifat-sifat khusus seseorang pribadi atau bagian suatu
pemandangan atau segi masalah lainnya.
Contoh
Kesan pertama setelah bertemu dengan pria ini
adalah menyenangkan, tetapi wibawanya tetap memantul.
Perawakannya sedang, tidak terlalu besar dan tidak pula
terlalu kecil. Rambutnya lurus disisir ke belakang. Dahinya
lebar, kata orang menandakan pandangannya luas. Kulitnya
agak hitam. Bicaranya kalem dan hati-hati. Nada bicaranya
bersahabat, tidak seperti menggurui. Apa yang akan
108 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
dikeluarkan mulutnya tampak telah melewati saringan pikiran
yang arif.
10. Pengembangan dengan Cara Pertanyaan
Mengembangkan paragraf dengan cara ini berarti menyusun
kalimat topik dalam bentuk kalimat tanya. Dengan menggunakan
pertanyaan dalam paragraf berarti penulis mencoba untuk
menghidupkan kesan dari pesan yang ingin disampaikannya,
Contoh
Tahun depan adalah tahun pelaksanaan pemilihan umum.
Perlukah kita mendoakan agar sukses pemilu itu? Masih
perlukah kita berjuang agar Pancasila dan UUD 1945 menjadi
dasar negara kita? Apakah semuanya telah diatur dari atas?
Mungkinkah pelaksanaan dan hasil pemilu telah meyakinkan
dengan baik kepada kita. Terjaminkah hasil pemilu dengan
manipulasi yang menjadikan kita seperti boneka yang hanya
menunggu komando dari sang dalang dengan berbagai
aparaturnya? Tegasnya, selamatkan negara dan bangsa kita
dari pembagian kursi DPR pada pesta demokrasi sebagai
wahana penyambut aspirasi masyarakat.
E. Kesimpulan
Ciri utama sebuah paragraf adalah terdapatnya satu kalimat
utama dan beberapa kalimat penjelas. Ada beberapa cara penempatan
kalimat utama dalam sebuah paragraf yang sesuai dengan pikiran
penulis. Di samping itu, untuk mengembangkan paragraf ada beberapa
teknik yang dilakukan sehingga para para penulis lebih mudah
menguasai penulisan paragraf tersebut. Selain itu, paragraf dapat
dicermati dari segi sifat isinya yang sangat bergantung pada pada
informasi yang akan disampaikan.
Berdasarkan sifat dan isinya, jenis jenis paragraf dapat
dibedakan (1) paragraf persuasif adalah paragraf yang mempromosikan
sesuatu dengan cara memengaruhi atau mengajak pembaca; (2)
paragraf argumentatif adalah paragraf yang membahas satu masalah
dengan bukti-bukti atau alasan yang mendukung; (3) paragraf naratif
adalah paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk
ceritra; (4) paragraf deskriptif adalah paragraf yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu dengan bahasa; (5) paragraf ekspositoris
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 109
adalah paragraf yang memaparkan sesuatu dengan fakta atau kejadian
tertentu
F. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Jelaskan konstruksi kalimat yang membangun sebuah paragraf!
2. Sebutkan jenis jenis paragraf dan pola pengembangannya!
3. Uraikan langkah langkah dalam pengembangan paragraf!
4. Tulislah masing sebuah contoh dari jenis jenis paragraf yang
telah Anda sebutkan pada nomor 2!
110 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
BAB XI
PERENCANAAN KARYA TULIS ILMIAH
(Perumusan Topik dan Judul)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Memahami pengertian topik dan judul karangan;
2. Mengembangkan topik sebagai bagian dari perencanaan
menulis;
3. Mengetahui criteria judul karangan yang baik;
4. Menyusun sebuah perencanaan penulisan karya tulis ilmiah.
A. Pendahuluan
Menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang
hendak mengungkapkan isi jiwanya kepada orang lain atau kepada diri
sendiri dalam bentuk tulisan. Menulis juga dapat melatih orang untuk
mengeluarkan pikirannya dengan baik sehingga dapat dimengerti orang
lain. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang harus dilakukan
secara sadar, terarah, dan memunyai mekanisme, serta persyaratan yang
perlu diperhatikan agar tulisan berhasil dengan baik. Mekanisme tulisan
meliputi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap
perencanaan karangan dan kegiatan-kegiatan pada tahap penulisan
karangan.
B. Topik dan Judul Karangan
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 111
Kegiatan yang pertama ialah menjawab pertanyaan : “Apa yang
akan saya tulis/ karang ?” Memilih topik berarti memilih apa yang
akan menjadi pokok pembicaraan dalam karangan. Pokok pembicaraan
yang dimaksud adalah sesuatu yang belum terurai.
Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti
pengalaman, pendapat/penalaran, pengamatan, dan penyelidikan
terhadap sesuatu, baik yang akan dilakukan sendiri di lapangan maupun
melalui buku-buku dan karangan-karangan lainnya. Selain itu, kreasi
imajinatif (daya khayal) dapat dijadikan sumber bahan penulisan.
Namun, topik-topik yang dipilih untuk karangan ilmiah banyak
bersumber pada pengalaman, pendapat/ penalaran, pengamatan dan
penyelidikan.
Bila calon penulis mengalami kesukaran menemukan topik
atau pokok pembicaraan untuk dijadikan bahan dalam penulisan maka
petunjuk-petunjuk di bawah ini dapat membantu :
1. Selalu berusaha menambah pengalaman dengan banyak melihat,
mendengar, membaca, dan mengalami sendiri berbagai peristiwa.
2. Rajin mengamat-amati sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau
membaca buku-buku yang merupakan hasil pengamatan dan
penelitian orang lain.
3. Selalu mengembangkan imajinasi (daya khayal) dan kreativitas
diri.
4. Sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk
melatih mengemukakan pendapat dan mempertahankannya
dengan argumentasi dan contoh yang baik dan tepat serta
memperluas cakrawala berpikir.
C. Memilih Topik
Setelah melakukan hal di atas, dan menemukan sejumlah topik
yang dapat dijadikan tulisan/karangan, maka langkah selanjutnya
adalah mengadakan evaluasi untuk memilih satu di antara sekian
banyak topik yang telah ditemukan. Sehubungan dengan evaluasi topik
atau memilih topik yang baik untuk dijadikan karangan, terutama
karangan ilmiah, maka hal-hal di bawah ini perlu dipertimbangkan,
antara lain :
1. Topik menarik perhatian penulis
Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan
penulis terus menerus mencari data untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Penulis akan didorong terus menerus agar dapat
menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya.
2. Topik dikenal/ diketahui dengan baik
112 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Yang dimaksud dengan sebuah topik dikenal/diketahui
dengan baik adalah sekurang-kurangnya prinsip-prinsip
ilmiahnya diketahui oleh penulis. Berdasarkan prinsip-prinsip
ilmiah yang diketahuinya, penulis akan berusaha sekuat tenaga
mencari data melalui penelitian, observasi, wawancara, dan
sebagainya sehingga pengetahuannya mengenai masalah itu
bertambah dalam. Dalam keadaan demikian, di sertai
pengetahuan teknis ilmiah dan teori-teori ilmiah yang
dikuasainya sebagai latar belakang masalah tadi, maka ia
sanggup menguraikan topik itu sebaik-baiknya.
3. Bahannya dapat diperoleh.
Sebuah topik yang baik harus dapat dipikirkan apakah
bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila
bahannya cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk
dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai
sepenuhnya.
4. Topik dibatasi ruang lingkupnya.
Topik yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum
cukup kemampuan untuk menggarapnya akan lebih bijaksana
kalau dibatasi ruang lingkupnya.
D. Pembatasan Topik
Di atas telah dibicarakan bahwa yang pertama-tama harus
diusahakan dalam penulisan karangan ialah pokok pembicaraan (topik)
yang tegas, bukan judul yang menarik. Penulisan karangan harus
dimulai dengan topik yang cakupannya terbatas dan mudah dipahami.
Topik yang terbatas maksudnya bahwa topik itu tidak terlalu luas dan
tidak terlalu sempit ruang lingkupnya.
Topik yang terlalu umum dan luas dapat mengakibatkan uraian
menjadi kabur dan tidak terarah. Paling tidak, topik yang terlalu umum
dan luas tidak memberikan kesempatan untuk membahasnya secara
mendalam. Sebaliknya topik yang terlalu sempit akan bersifat sangat
khusus dan tidak banyak manfaatnya, kecuali jika melaporkan hasil
suatu studi kasus.
Pembatsan topik sekurang-kurangnya akan membantu penulis
dalam beberapa hal, antara lain :
Pertama,
Memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan
dan kepercayaan diri karena pokok persoalan itu benar-benar
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 113
diketahui. Menguasai topik sepenuhnya berarti penulis benarbenar
mengatahui dengan jelas apa yang hendak ditulis.
Kedua,
Pembatasan topik memungkinkan penulis untuk mengadakan
penelitian yang lebih intensif mengenai masalah yang ditulis.
Dengan pembatasan topik itu, penulis akan lebih mudah
memilih hal-hal yang lebih mudah dikembangkan.
Membatasi ruang lingkup pokok pembicaraan (topik) dapat dilakukan
dengan cara-cara berikut ini :
 Mengambil sebuah topik yang umum dan luas. Selanjutnya,
memecahkannya menjadi bagian-bagian yang semakin kecil
atau semakin terbatas.
Contoh : Topik :
- Umum dan luas
- Terbatas :
- Cukup terbatas;
- Sangat terbatas :
 Menuliskan topik yang umum dan luas, kemudian membuat
daftar aspek apa saja yang lebih khusus atau terbatas yang dapat
digarap menjadi sebuah karangan.
Contoh : Topik :
- Umum dan luas
- Khusus/terbatas:
- Khusus/terbatas :
- Khusus/terbatas :
- Dan seterusnya.
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai topik yang umum
dan luas, seperti : apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana.
Topik yang umum dan luas dapat dituliskan di atas, sedangkan
di bawahnya disediakan kolom-kolom untuk pertanyaan itu.
 Menggunakan diagram jam dan diagram pohon.
 Pembatasan topik dapat juga dilakukan melalui berbagai aspek
yang ada. Cara ini umum sifatnya dan dapat merangkum semua
cara yang telah disebutkan di atas. Cara-cara yang dimaksud
adalah :
 Menurut tempat
Pembatasan topik dengan cara ini dilakukan pertama-tama
mengambil topik umum dan luas. Kemudian pembatasanya
dengan mengambil aspek tempat dari topik yang umum dan
luas tersebut.
114 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Contoh : Topik :
“Bahasa Bugis” dapat dibatasi lebih spesifik
(khusus) “Bahasa Bugis Dialek Luwu”
 Menurut waktu/periode/zaman
Pembatasan ini dilakukan dengan cara mengambil lebih
dahulu topik yang umum dan luas, kemudian dibatasi
menurut aspek waktu/periode/zaman.
Contoh : Topik :
“Kebudayaan Indonesia” dapat dibatasi atau
dikhususkan menjadi “Seni Patung pada Zaman
Kerajaan Hindu”.
 Menurut hubungan sebab akibat.
Topik umum dan luas merupakan sebab, sedangkan
kekhususannya sebagai akibat.
Contoh : Topik :
“Dekadensi Moral di Kalangan Kaum Remaja”
dapat dikhususkan menjadi “Beberapa Hal yang
Mendorong Timbulnya Krisis Moral di Kalangan
Remaja”.
 Menurut aspek khusus umum
Pembatasan topik menurut aspek khusus umum dapat
bersifat individual dan dapat pula bersifat kolektif.
Contoh : Topik :
“Pengaruh Komunisme Terhadap Masyarakat”
dapat dibatasi menjadi “Pengaruh Komunisme
Terhadap Masyarakat Tani”.
 Menurut bidang kehidupan manusia (politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan, agama, dan kesenian).
Contoh : Topik :
“Pembangunan di Indonesia” dapat dibatasi
menjadi “Pembangunan Di bidang Ekonomi
dalam Tahap Pertama Pelita IV” atau dapat pula
dibatasi menjadi “Pembangunan Politik Semasa
Orde Baru”.
 Menurut obyek material dan obyek formal.
Obyek material ialah yang dibicarakan, sedangkan obyek
formal ialah dari sudut/aspek mana bahan itu ditinjau.
Contoh : Topik :
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 115
“Karya Sastra Indonesia” (sebagai obyek
material), dapat dibatasi menjadi “Karya Sastra
Indonesia Ditinjau dari Sudut Gaya Bahasa”
Pengkhususannya hanya dilihat dari sudut
pandang yang difokuskan pada segi gaya
bahasanya saja, tidak dilihat segi yang lainnya.
E. Judul Karangan
Tahap selanjutnya dari rangkaian kegiatan dalam perencanaan
karangan ialah menentukan/ merumuskan judul yang sesuai. Judul
karangan sering dikacaukan dengan pengertian topik atau pokok
pembicaraan.
Topik dan judul berbeda. Topik, seperti yang telah disebutkan di
atas ialah pokok pembicaraan atau pokok masalah yang dibahas dalam
karangan. Sedangkan judul ialah nama atau sebuah kepala karangan.
Topik harus ditentukan sebelum penulis memulai menulis, sedangkan
judul tidak selalu demikian, dapat dibuat/ ditentukan setelah karangan
itu selesai.
Apabila judul ditentukan sebelum memulai menulis maka
penulis hendaknya selalu bersedia untuk mempertimbangkannya
kembali sesudah karangan selesai ditulis seluruhnya. Hal ini
dimaksudkan agar judul sebagai kepala karangan sesuai betul dengan
isi karangan.
Sebagai kepala karangan, judul memiliki kedudukan yang
penting karena judul harus mampu menarik perhatian pembaca. Judul
dapat diambil dari kata-kata, frase, atau kalimat yang menarik yang
terdapat dalam karangan tersebut. Itulah sebabnya kata-kata yang
dipilih untuk judul karangan harus dipertimbangkan sedemikian rupa
agar cocok dijadikan sebagai kepala karangan. Dengan demikian,
antara judul, topik, dan isi karangan ada hubungannya atau kaitannya
yang erat terutama karangan yang bersifat ilmiah. Sebuah topik yang
terbatas dan memenuhi syarat-syarat untuk judul karangan maka topik
tersebut dapat langsung dijadikan judul karangan.
Judul karangan ilmiah harus dipikirkan secara sungguh-sungguh
dengan memperhatikan persyaratan, antara lain:
(1) Judul harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan topik,
isi, dan jangkauan pembahasannya.
(2) Judul harus provokatif, yaitu harus dirumuskan sedemikian rupa
sehingga dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi
karangan itu.
116 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
(3) Judul harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat
atau frase yang panjang.
(4) Judul harus sejelas mungkin, yaitu maksudnya judul tidak boleh
dinyatakan dalam kata kiasan dan tidak mengandung makna ganda.
(5) Judul harus dibatasi sedemikian rupa agar terdapat kesesuaian
dengan isi karangan, baik kesesuaian dari segi sifat atau sudut
pandang (segi kualitatif), maupun kesesuaian dari segi
keseimbangan ruang lingkup pokok persoalan dengan kenyataan
pembahasan (segi kuantitatif).
(6) Judul karangan hendaknya menunjukkan kepada pembaca hakikat
pokok persoalan yang dikemukakan dalam karangan sehingga
pembaca segera mengetahui apakah ia berkepentingan dengan
karangan itu atau tidak.
Tema
Tema berarti pokok pemikiran. Ide atau gagasan tertenu yang
akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema
karangan. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangat penting
untuk pedoman menulis secara teratur dan jelas sehingga isi karangan
tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
Tema dapat juga diartikan sebagai penungkapan maksud dari
tujuan. Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa
satu kalimat disebut tesis.Tesis dapat diartikan sebagai pernyataan
singkat tentang tujuan penulisan. Walaupun tema dan tesis itu
sebenarnya berada di dalam pikiran penulis, sebaiknya tetap
dirumuskan secara eksplisit, terutama bagi penulis pemula. Rumusan
itu akan memudahkan penulis menyusun kerangka karangan (outline).
Berbeda dengan tesis, rumusan tema boleh lebih dari satu kalimat,
asalkan seluruh kalimat bersama-sama megungkapkan satu ide.
Perhatikan contoh di bawah ini tentang judul karangan dan maksud/
tujuan yang dipikirkan oleh penulisnya.
Contoh
Topik Kemacetan Lalu-lintas
Subtopik Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu-lintas
Judul
(dapat dirancang sesuai dengan keinginan
penulisnya berdasarkan
topik di atas), misalnya :
(1) Macet Lagi, Macet Lagi, . . . Pusing!
(2) Lalu-lintas Macet, Penyakit Modernisasi
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 117
(3) Kemacetan Lalu-lintas Dapat Memicu
Stress
Tema Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah
semata-mata menjadi tanggung jawab aparat
kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung
jawab seluruh warga masyarakat pemakai jalan.
Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dapat
dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang
terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan
adalah kesadaran berlalu-lintas secara baik,
teratur, sopan, dan bertanggung jawab.
Perumusan tema seperti yang dicontohkan di atas akan
memudahkan penulis menyusun kerangka karangan. Penyusunan pokok
bahasan dalam kerangka karangan akan lebih sulit dilakukan jika hanya
berpatokan pada judul, apalagi pada topik, sebab topik dan judul belum
terurai.
Tema yang dirumuskan di atas bukanlah satu-satunya tema
yang dapat diketengahkan dari topik di atas. Masih banyak tema
lainyang dapat dituangkan sesuai dengan ide pikiran dan tujuan yang
hendak dicapai oleh penulis. Seperti halnya topik, tema pun perlu
dibatasi dan diarahkan pada fokus atau titik perhatian tertentu.
F. Kesimpulan
Menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang
hendak mengungkapkan isi jiwanya kepada orang lain atau kepada diri
sendiri dalam bentuk tulisan. Menulis juga dapat melatih orang untuk
mengeluarkan pikirannya dengan baik sehingga dapat dimengerti orang
lain. Sebelum memulai kegiatan menulis, hal penting yang harus
ditetapkan pertama kali dalah topik. Memilih topik berarti memilih apa
yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam karangan. Pokok
pembicaraan yang dimaksud adalah sesuatu yang belum terurai.Topik
dan judul berbeda. Topik, seperti yang telah disebutkan di atas ialah
pokok pembicaraan atau pokok masalah yang dibahas dalam karangan.
Sedangkan judul ialah nama atau sebuah kepala karangan. Topik harus
ditentukan sebelum penulis memulai menulis, sedangkan judul tidak
selalu demikian, dapat dibuat/ ditentukan setelah karangan itu selesai.
Judul karangan sering dikacaukan dengan pengertian topik atau pokok
pembicaraan. Apabila judul ditentukan sebelum memulai menulis maka
penulis hendaknya selalu bersedia untuk mempertimbangkannya
118 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
kembali sesudah karangan selesai ditulis seluruhnya. Hal ini
dimaksudkan agar judul sebagai kepala karangan sesuai betul dengan
isi karangan.
Judul karangan ilmiah harus dipikirkan secara sungguh-sungguh
dengan memperhatikan persyaratan, antara lain: (1) Judul harus
relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan topik, isi, dan
jangkauan pembahasannya; (2) Judul harus provokatif, yaitu harus
dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan
keingintahuan pembaca terhadap isi karangan itu; (3) Judul harus
singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frase yang
panjang; (4) Judul harus sejelas mungkin, yaitu maksudnya judul tidak
boleh dinyatakan dalam kata kiasan dan tidak mengandung makna
ganda; (5) Judul harus dibatasi sedemikian rupa agar terdapat
kesesuaian dengan isi karangan, baik kesesuaian dari segi sifat atau
sudut pandang (segi kualitatif), maupun kesesuaian dari segi
keseimbangan ruang lingkup pokok persoalan dengan kenyataan
pembahasan (segi kuantitatif); (6) Judul karangan hendaknya
menunjukkan kepada pembaca hakikat pokok persoalan yang
dikemukakan dalam karangan sehingga pembaca segera mengetahui
apakah ia berkepentingan dengan karangan itu atau tidak.
G. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Jelaskan unsur penting yang harus diperhatikan pada
perencanaan penulisan karya ilmiah!
2. Jelaskan langkah langkah pengembangan topik sebagai bagian
dari perencanaan menulis karya ilmiah!
3. Uraikan kriteria judul karangan yang baik!
4. Jelaskan perbedaan anatar topik, tema dan judulk karangan!
Berikan contoh!
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 119
BAB XII
OUTLINE (KERANGKA KARANGAN)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Memahami pengertian outline (kerangka karangan);
2. Mengetahui proses penyusunan outline (kerangka karangan);
3. Membuat outline (kerangka karangan);
4. Menulis sebuah karangan berdasarkan outline yang telah
dibuatnya.
A. Pendahuluan
Outline adalah alat atau teknik untuk memudahkan dan
melancarkan karangan. Dari outline tampak tubuh karangan secara
keseluruhan. Outline merupakan miniatur karangan. Dengan
memperhatikan outline akan tampak dengan jelas struktur dan
sistematika karangan. Oleh karena itu, fungsi utama kerangaka
karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan yang ada.
Melalui kerangaka karangan penulis dapat melihat kekuatan dan
kelemahan dalam perencanaan karangannya. Dengan cara ini penulis
dapat mengadakan penyesuaian sebelum menulis.
Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus-menerus
untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangaka
karangan dapat berbentuk catatan-catatn sederhana, tetapi dapat juga
mendetail. Kerangka yang belum final disebut outline sementara,
120 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
sedangkan kerangka yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut
outline final.
B. Fungsi Kerangka Karangan
Dalam proses penyusunan kerangka karangan ada tahapan yang
harus dijalani, yaitu memilih topik, mengumpulkan informasi,
mengatur gagasan, dan menulis karangan. Jadi, di dalam kerangka
karangan terdapat strategi penempatan ide dan gagasan.
Secara terinci kerangka karangan dapat membantu penulis
dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan
karangannya dan dapat mencegah penulis pengolah suatu ide
sampai dua kali, serta mencegah pengarang keluar dar sasaran
yang sudah ditetapkan.
2. Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau
menempatkan klimaks yang berbeda-beda di dalam
karangannya.
3. Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh
karangan sudah “selesai” karena semua ide sudah dikumpul,
dirinci, dan diruntun dengan teratur. Penulis tinggal menyusun
kalimat-kalimatnya untuk “membunyikan” ide dan gagasannya.
4. Kerangka karangan merupakan miniatur dari keseluruhan
karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca dapat melihat
inti ide serta struktur karangan.
C. Tipe Susunan Outline
Ada beberapa tipe susunan outline yang dapat dikemukakan.
Perlu diingat bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan tipe
yang sama untuk seluruh bagian detail outline kecuali pada bagianbagian
yang sejajar seperti: bab I, II, III, IV dst. Beberapa macam tipe
susunan outline yang lazim dipergunakan di antaranya :
1. Berdasarkan uraian kronologis. Susunan outline diatur menurut
susunan waktu kejadian (kronologi) peristiwa yang hendak
diuraikan. Bab-bab atau pasal-pasal yang menganut susunan ini
disusun menurut urutan kejadiannya. Karangan-karangan narasi
lazim mempergunakan urutan ini.
2. Berdasarkan urutan Lokal. Susunan outline diatur menurt
susunan lokal (ruang/tempat) dari obyek yang hendak diuraikan.
Bab-bab atau pasal-pasal disusun berdasarkan lokal obyek.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 121
Misalnya, menerangkan isi dan riwayat benda-benda kuno di
musium.
3. Berdasarkan urutan klimaks. Susunan outline diatur menurut
jenjang kepentingannya. Dimulai dari jenjang kepentingan yang
terendah menuju kepada kepentingan yang paling tinggi.
Pengarang menyusun bagian-bagian atau detail-detail pokok
persoalan dalam suatu urutan yang semakin meningkat
kepentingannya; dari yang terendah disusun bertingkat-tingkat
naik hingga mencapai ledakan pada rangkaian akhir.
4. Berdasarkan urutan familiaritas. Susunan outline diatur
menurut dikenal tidaknya bahan yang akan diuraikan. Dimulai
dari sesuatu yang dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah
kepada sesuatu yang belum dikenal atau yang belum diketahui
pembaca.
5. Berdasarkan urutan akseptabilitas. Susunan outline diatur
menurut diterima tidaknya prinsip yang dikemukakan. Dimulai
dengan mengemukakan hal-hal yang dapat diterima pembaca,
kemudian menuju kepada gagasan-gagasan yang mungkin
ditolak. Hal-hal yang dapat diterima pembaca biasanya
merupakan prinsip-prinsip umum. Misalnya, “Hak memperoleh
keadilan adalah sebagian dari hak asasi manusia”
6. Berdasarkan urutan kausal. Susunan outline diatur menurut
hubungan kausal. Dapat dimulai dengan mengemukakan sebuah
sebab, untuk kemudian uraian akan menelusuri akibat-akibat
yang mungkin ditimbulkannya. Dapat pula sebaliknya, dimulai
dengan menguraikan beberapa akibat atau beberapa keadaan,
lalu kemudian bertanya, kenapa hal itu terjadi, apa yang
mengakibatkannya.
7. Berdasarkan urutan logis. Susunan outline diatur menurut aspek
umum dan aspek khusus. Misalnya, dimulai dengan
memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling umum
kemudian membicarakan kelompok yang khusus, yang
merupakan bagian dari kelompok umum tadi, atau sebaliknya.
8. Berdasar urutan apresiatif. Susunan outline diatur menurut
pemilihan buruk-baik, untung rugi, berguna-tidak berguna,
benar-salah, dan seterusnya. Pengarang, misalnya
mengemukakan hal-hal yang baik terlebih dahulu, baru
memaparkan hal-hal yang buruk pada bagian berikutnya.
122 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
D. Proses Pembuatan Outline
Secara sederhana, proses penyusunan outline umumnya melalui
pentahapan sebagai berikut :
Tahap I : Mencatat di atas sebuah kertas, segala gagasan yang
timbul dari pikiran, atau yang dikumpulkan dari
sumber-sumber yang ada hubungannya dengan topik
yang ditentukan dan pokok pikiran yang dirumuskan.
Tahap II : Setelah dirasakan seluruh gagasan sudah ditulis, maka
mulailah gagasan-gagasan diatur, diorganisir, dan
disistimatisir. Hal-hal yang saling berhubungan
dikelompokkan menjadi satu dan disejajarkan jika
hal-hal tersebut yang sama kedudukannya.
Tahap III : Mengkaji sekali lagi gagasan-gagasan yang telah
dikelompokkan dalam bab dan pasal-pasal. Jika ada
yang terlalu sempit diperluas dan sebaliknya kalau
ada hal-hal yang terlalu luas dipersempit. Bahkan ada
bab yang perlu dipertukarkan susunannya.
Tahap IV : Membuat outline yang lengkap dan terperinci yang
sudah bebas dari coretan-coretan dan penyempurnaan.
Contoh tahap I
“Menjadi mahasiswa bukan untuk menaikkan status sosial atau
untuk tujuan lain, melainkan untuk belajar lebih banyak dan
lebih intens sebagai bekal menghadapi masa depan bangsa.”
Dengan pokok pikiran ini, dimulai mencatat gagasan-gagasan
yang timbul di benak. Katakanlah gagasan tersebut tertuang di
atas kertas sebagai berikut :
- Nilai yang melekat pada diri mahasiswa
- Status sosial mahasiswa, tinggi
- Mengembangkan kemampuan diri
- Asal tidak menganggur setelah tamat SLTA
- Dunia perguruan tinggi berbeda dengan dunia
SLTA
- Watak dan tradisi perguruan tinggi
- Perguruan tinggi sebagai simbol peradaban
bangsa
- Berusaha belajar lebih baik dengan
mengenyampingkan hal-hal lain
- Menyadari diri sebagai harapan bangsa.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 123
Contoh tahap II
Topik Bermahasiswa yang benar
Pokok Pikiran M e n j adi mahasiswa bukan untuk menaikkan
status sosial atau untuk tujuan lain, melainkan
untuk belajar lebih banyak dan lebih intens
sebagai bekal menghadapi masa depan bangsa.
- Nilai yang melekat pada diri mahasiswa
- Status sosial mahasiswa, tinggi
- Mengembangkan kemampuan diri
- Asal tidak menganggur setelah tamat SLTA
- Dunia perguruan tinggi berbeda dengan
dunia SLTA
- Watak dan tradisi perguruan tinggi
- Perguruan tinggi sebagai simbol peradaban
bangsa
- Berusaha belajar lebih baik dengan
mengenyampingkan hal-hal lain
- Menyadari diri sebagai harapan bangsa.
Contoh tahap III
Topik Bermahasiswa yang benar
Pokok Pikiran Menjadi mahasiswa bukan untuk menaikkan
status sosial atau untuk tujuan lain, melainkan
untuk belajar lebih banyak dan lebih intens
sebagai bekal menghadapi masa depan
bangsa.
I. Motivasi masuk perguruan tinggi
A. Untuk memperoleh status sosial yang tinggi
B. Untuk menghindari menjadi penganggur
C. Untuk mengembangkan kemampuan diri
II. Karateristik perguruan tinggi
A. Antara perguruan tinggi dengan sekolah lanjutan
B. Perguruan tinggi sebagi simbol peradaban bangsa
III. Mahasiswa yang ideal
A. Selalu melipatgandakan hasil studi
B. Selalu melatih diri dalam keterampilan memimpin.
IV. Motivasi masuk perguruan tinggi
124 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
A. Untuk memperoleh status sosial yang tinggi
B. Untuk menghindari menjadi penganggur
C. Untuk mengembangkan kemampuan diri
V. Karateristik perguruan tinggi
A. Antara perguruan tinggi dengan sekolah lanjutan
B. Perguruan tinggi sebagi simbol peradaban bangsa
VI. Mahasiswa yang ideal
A. Selalu melipatgandakan hasil studi
B. Selalu melatih diri dalam keterampilan memimpin.
Contoh tahap IV
I. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN MUTU
MAHASISWA
A. Faktor Mahaiswa
1. Tentang sikap
a. Bersikap kritis, isiatif dan teliti
b. Menghargai prestasi
c. Menyadari minat dan bakat
2. Tentang kebiasaan
a. Membiasakan membaca buku
b. Membiasakan berdiskusi
c. Membiasakan mengembangkan penalaran
B. Faktor Dosen
1. Tentang sistem mengajar
2. Tentang kemampuan dosen
a. Menguasai bahan kuliah
b. Menguasai teknik membimbing mahasiswa
c. Menyadari waktu konsultasi
d. Sering berada di kampus
C. Faktor Lain
1. Kondisi fakultas
a. Pelayanan terhadap mahasiswa dan dosen
b. Peratutan-peraturan yang dikeluarkan
c. Fasilitas-fasilitas yang tersedia
2. Kultur yang berkembang di masyarakat
II. ……………………(dan seterusnya)
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 125
E. Kesimpulan
Outline adalah alat atau teknik untuk memudahkan dan
melancarkan karangan. Dari outline tampak tubuh karangan secara
keseluruhan. Outline merupakan miniatur karangan. Dengan
memperhatikan outline akan tampak dengan jelas struktur dan
sistematika karangan. Kerangka karangan akan mempermudah
pengarang menuliskan karangannya dan dapat mencegah penulis
pengolah suatu ide sampai dua kali, serta mencegah pengarang keluar
dar sasaran yang sudah ditetapkan. Kerangka karangan akan membantu
pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda di
dalam karangannya.
Proses penyusunan outline umumnya melalui 4 tahapan yaitu
(1), mencatat di atas sebuah kertas, segala gagasan yang timbul dari
pikiran, atau yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang ada
hubungannya dengan topik yang ditentukan dan pokok pikiran yang
dirumuskan; (2) Setelah dirasakan seluruh gagasan sudah ditulis, maka
mulailah gagasan-gagasan diatur, diorganisir, dan disistimatisir. Hal-hal
yang saling berhubungan dikelompokkan menjadi satu dan disejajarkan
jika hal-hal tersebut yang sama kedudukannya; (3) Mengkaji sekali lagi
gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam bab dan pasal-pasal.
Jika ada yang terlalu sempit diperluas dan sebaliknya kalau ada hal-hal
yang terlalu luas dipersempit. Bahkan ada bab yang perlu dipertukarkan
susunannya; (4) Membuat outline yang lengkap dan terperinci yang
sudah bebas dari coretan-coretan dan penyempurnaan.
F. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Jelaskan pengertian dan manfaat outline (kerangka karangan)!
2. Uraikan langkah langkah proses penyusunan outline (kerangka
karangan)!
3. Buatlah sebuah outline (kerangka karangan) dengan tema
‘Pendidikan Agama di perguruan Tinggi’!
4. Tulislah sebuah karangan berdasarkan outline yang telah Anda
buat!
126 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
BAB XIII
TEKNIK PENULISAN SURAT
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Mendefinisikan arti, fungsi, dan jenis surat;
2. Menguraikan karakteristik bahasa surat;
3. Menerangkan bentuk bentuk surat;
4. Menjelaskan bagian bagian surat dan kegunaannya;
5. Menulis surat dinas dengan baik.
A. Pendahuluan
Surat merupakan salah satu produk komunikasi tulis yang
penting. Pesan-pesan praktis berupa kabar atau berita tertulis umumnya
disampaikan orang melalui surat. Kiranya keunggulan surat yang tak
dimiliki oleh alat komunikasi lisan, yaitu bukti berupa tulisan ”hitam di
atas putih” mengakibatkan orang harus memakai surat sebagai alat
komunikasi.
Suatu karangan formal, terutama karangan nonfiksi seperti
surat, bahasanya harus jelas, lugas, dan umum (memasyarakat). Selain
ketiga syarat utama itu, penulis surat hendaknya juga memperhatikan
pemakaian kata-kata baku, pemakaian ungkapan tetap, dan pemakaian
ejaan secara benar. Berikut ini permasalahan tersebut akan dibahas
secara ringkas satu per satu.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 127
Salah satu keterampilan mengarang yang sangat perlu dikuasai
adalah menulis surat. Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti
memerlukan surat. Surat merupakan produk komunikasi tulis yang
paling banyak dibuat oleh perseorangan, lebih-lebih oleh suatu
organisasi. Dari segi pemakaiannya suarat dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu (1) surat pribadi, (2) surat dinas pemerintah, (3) surat
bisnis, dan (4) surat sosial kemasyarakatan.
B. Fungsi Surat
Surat pada dasarnya merupakan sarana komunikasi tertulis dari
satu pihak kepada pihak yang lain. Dalam komunikasi itu terkandung
informasi tertentu yang ingin disampaikan. Informasi itu dapat berupa
pemberitahuan, perintah, tugas, permintaan, teguran, peringatan,
penghargaan, panggilan, perjanjian, laporan, penawaran, pesanan,
pengantar, putusan, dan sebagainya.
Berkenaan denga hal-hal tersebut di atas surat mempunyai
kelebihan karena memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Surat sebagai utusan atau wakil penulis/ istansi pengirimnya untuk
berhadapan dengan pribadi, kelompok, atau organisasi lain.
2. Surat sebagai dasar atau pedoman untuk bekerja, misalnya surat
keputusan dan surat tugas atau instruksi tentang juklak.
3. Surat sebagai bukti tertulis yang otentik hitam di atas putih yang
memiliki kekuatan hukum atau yuridis, misalnya surat jual beli,
surat wakaf atau pembagian warisan.
4. Surat sebagai alat pengingat atau arsip jika sewaktu-waktu
diperlukan.
5. Surat sebagai dokumen historis yang memiliki nilai kesejarahan,
misalnya untuk menelusuri peristiwa penting masa lalu atau memuat
tentang perkembangan dan perubahan suatu organisasi.
6. Surat sebagai jaminan keamanan, misalnya surat jalan.
C. Kriteria dan Ciri Umum Surat
Perlu ditetapkan terlebih dahulu tentang kriteria dan ciri umum
surat yang baik, yaitu: (1) menggunakan kertas surat yang tepat
(ukuran, jenis, dan warna), (2) menggunakan bentuk surat yang standar,
(3) menggunakan bahasa Indonesia yang baku, (4) menggunakan
bahasa yang lugas, (5) menggunakan bahasa yang jelas, (6)
menggunakan bahasa yang sopan dan hormat, (7) menyajikan fakta
yang benar dan lengkap, (8) tidak menggunakan singkatan, kecuali
128 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
yang lazim digunakan dalam surat menyurat, dan (9) tidak
menggunakan kata-kata sulit dan istilah yang belum memasyarakat.
Mengacu pada kriteria ciri-ciri umum surat maka kenyataan
yang hampir dijumpai pada saat membaca surat adalahmasih banyak
terjadi kesalahan dalam penulisan suarat. Kesalahan yang mewarnai
surat pribadi, surat pemerintah, surat sosial, dan surat bisnis sudah
menjadi “penyakit administrasi” di negara kita. Kesalahan dari segi
bahasa yang sering ditemukan dalam surat menyurat umumnya sebagai
berikut :
(1) Pemakaian huruf kapital dan huruf kecil serta penulisan kata
banyak yang salah.
(2) Pemakaian kata dan istilah banyak yang tidak tepat.
(3) Kalimat sering tidak lengkap dan berbelit, belit (terlalu
panjang)
(4) Susunan isi atau komposisi surat banyak yang tidak teratur.
Dalam berkomunikasi dengan surat, sekurang-kurangnya ada
empat hal yang terlibat di dalamnya. Di antaranya adalah :
1. Pengirim surat, yaitu orang atau lembaga yang
menyampaikan pesan melalui surat.
2. Penerima surat, yaitu orang atau lembaga sasaran yang
dikirimi surat.
3. Pesan, yaitu isi surat berupa informasi gagasan, atau
perasaan pengirimnya.
4. Saluran, yaitu surat itu sendiri yang memuat pesan yang
diformulasikan dalam ragam bahasa tulis dan disajikan
dalam format surat yang sesuai dengan keperluan.
D. Surat yang Efektif dan Efesien
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, selain menjadi
wakil penulis atau pengirimnya, surat –sebagai sarana komunikasi- juga
harus menyampaikan informasi secara tepat sesuai dengan maksud
yang dikehendaki oleh penulis atau pengonsep surat. Oleh karena itu
ada beberapa ketentuan di bawah ini hendaknya diperhatikan oleh
seorang penulis atau pengonsep surat.
(1) surat hendaknya ditulis dalam bentuk dan isi yang menarik serta
disusun secara sistematis sesuai dengan aturan yang berlaku
dalam menyusun surat. Untuk itu, penulis surat sebaiknya
mempunyai pengetahuan dasar surat-menyurat, memahami
prosedur surat menyurat, dan memiliki keterampilan tentang
teknik menyusun surat.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 129
(2) Surat hendaknya disusun secara sederhana dan tidak erlalu
panjang karena surat yang panjang dan berbelit-belit dapat
menjemukan pembacanya. Oleh karena itu penulis surat perlu
memahami prinsip-prinsip dasar komposisi dan mampu
menerapkannya dengan baik. Selain itu, dituntut memiliki
kemampuan bernalar dengan baik dan memahami masalah yang
menjadi topi atau pokok persoalan surat.
(3) Surat hendaknya disusun secara jelas, lugas, dan komunikatif
agar dapat dipahami secara tepat sesuai dengan maksud yang
dikehendaki oleh penulis. Susunan surat akan menjadi jelas jika
maksud surat itu mudah ditangkap dan unsur-unsurnya pun
dinyatakan secara tegas. Kemudian, surat itu dikatakan lugas
jika bahasa yang digunakannya langsung mengungkapkan
pokok persoalan tidak disampaikan berbasa-basi.
(4) Surat hendaknya mencerminkan sikap yang adab dan sopan.
Artinya, pernyataan yang digunakan sopan dan simpatik serta
tidak menyinggung perasaan penerima surat. Oleh karena itu,
penggunaan kata-kata yang bermakna “negatif” sebaiknya
dihindari.
(5) Surat hendaknya bersih dan rapi. Oleh karena itu kertas yang
digunakan harus pula bersih, diketik rapi, dan tidak terdapat
coretan atau bekas hapusan.
E. Langkah-Langkah Penyusunan Surat
Penyusunan surat yang baik bukan sekedar merangkaikan
kalimat demi kalimat, melainkan memerlukan kriteria tertentu agar
surat yang disusun tampak menarik, efektif dan mudah dipahami. Oleh
karena itu, pengonsep atau penulis surat perlu memperhatikan langkahlangkah
penyusunan surat sebagai berikut.
(1) Sebelum mulai menulis surat, perlu ditetapkan dan dirumuskan
terlebih dahulu permasalahan yang akan disampaikan di dalam
surat itu.
(2) Permasalahan itu disusun menurut urutan yang telah ditetapkan,
kemudian diuraikan secara sistematis melalui kalimat demi
kalimat.
(3) Kalau diperlukan, uraian itu dapat dilengkapi dengan sejumlah
data yang relevan
(4) Setiap pokok persoalan hendaknya disusun dalam sebuah
paragraf yang jelas.
130 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
(5) Setelah selesai ditulis, surat itu hendaknya diperiksa kembali
untuk mengetahui apakah masalah yang akan disampaikan
sudah tuntas atau belum. Jika masih ada masalah yang
terlupakan, hendaknya masalah itu segera disisipkan. Demikian
pula jika ada penggunaan kalimat atau kata yang kurang baik
atau penggunaan tanda baca kurang tepat segera diperbaiki.
(6) Jika semuanya telah lengkap dan dianggap memadai, barulah
konsep itu diketik dengan rapi.
(7) Sebelum ditandatangani, surat yang telah diketik rapi perlu
diperiksa secara teliti sekali lagi.
F. Jenis-Jenis Surat
Jenis surat dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan, isi, dan
sifatnya. Hal tersebut, dapat dilihat sebagai berikut :
1. Menurut kepentingan dan pengirimnya, surat dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Surat pribadi, yaitu surat yang dikirim seseorang kepada orang
lain atau suatu organisasi/instansi. Kalau surat ini ditujukan
kepada seseorang seperti kawan atau keluarga, maka format
dan bahasa surat relatif lebih bebas. Akan tetapi, bila surat itu
ditujukan kepada pejabat atau organisasi/ instansi seperti surat
lamaran pekerjaan, pengajuan kenaikan golongan, atau
pengaduan, maka bentuk dan bahasa surat yang digunakan
harus resmi.
b. Surat dinas pemerintah, yaitu surat resmi yang digunakan
instansi pemerintah untuk kepentingan administrasi
pemerintah.
c. Surat niaga, yaitu surat resmi yang dipergunakan oleh
perusahaan atau badan usaha.
d. Surat sosial, yaitu surat resmi yang digunakan oleh organisasi
kemasyarakatan yang bersifat nirlaba (nonprofit).
2. Menurut isinya, surat dapat dikelompokkan menjadi surat
pemberitahuan, surat keputusan, surat perintah, surat permintaan,
surat panggilan, surat penawaran, surat pemesanan, surat
undangan, dan surat lamaran.
3. Menurut sifatnya, surat dapat dikalsifikasikan sebagai berikut,
a. Surat biasa, artinya isi surat dapat diketahui oleh orang lain
selain yang dituju.
b. Surat konfidensial (terbatas), maksudnya isi surat hanya boleh
diketahui oleh kalangan tertentu yang terkait saja.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 131
c. Surat rahasia, yaitu surat yang isinya hanya boleh diketahui
oleh orang yang dituju.
4. Berdasarkan banyaknya sasaran, surat dapat dikelompokkan
menjadi surat biasa, surat edaran, dan surat pengumuman.
5. Berdasarkan tingkat kepentingan penyelesaiannya, surat terbagai
atas surat biasa, surat kilat, dan surat kilat khusus.
6. Berdasarkan wujudnya, surat terbagi atas surat bersampul, kartu
pos, warkat pos, telegram, teleks atau faksimile, serta memo dan
nota.
7. Berdasarkan ruang lingkup sasarannya, surat terbagai atas surat
intern dan surat ekstern.
G. Bahasa dalam Surat Menyurat
Sebelum menulis surat misalnya, kita harus jelaskan dahulu apa
yang kita akan tulis, apa tujuan dan hasil yang diharapkan, serta siapa
yang akan dituju oleh surat kita. Ketidakjelasan itu semua akan
berakibat pada ketidakjelasan isi surat.
Secara umum, bahasa yang digunakan sebagai pengantar dalam
surat resmi memiliki ciri berikut :
1. Bahasa yang jelas, yaitu bahasa yang digunakan tidak
memberi peluang untuk ditafsirkan berbeda dari maksud
penulis surat.
2. Bahasa yang lugas dan singkat, artinya bahasa yang
digunakan langsung tertuju pada persoalan yang ingin
dikemukakan. Kelugasan bahasa diwujudkan dalam
pemakaian bahasa yang ringkas tetapi padat makna
(langsung dan tidak berbelit-belit).
3. Bahasa yang santun, yaitu bahasa yang dipakai
menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang wajar dari
pengirim terhadap penerima surat. Yang harus diingat,
kesantunan berbahasa janganlah berlebihan. Pengiriman
surat jangan sampai terlalu merendahkan dirinya dan
menyanjung-nyanjung sasarannya. Contoh :
”... Kami sangat berterima kasih bila Bapak sudi
mengabulkan permohonan ini. Atas perhatian dan bantuan
Bapak, kami menghaturkan terima kasih yang tak
terhingga.”
4. Bahasa yang resmi, yaitu bahas yang mengikuti kaidah baku
bahasa Indonesia. Kebakuan ragam bahasa itu akan
132 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
tercermin dalam ejaan, pilihan kata, dan struktur bahasa
yang digunakan.
H. Isi Surat
Ditinjau dari segi komposisi, isi surat yang paling ideal adalah
yang terdiri atas tiga macam paragraf, yaitu paragraf pembuka, paragraf
transisi (isi), dan paragraf penutup. Ketiga jenis paragraf tersebut
menjalankan fungsinya tertentu di dalam suatu karangan, termasuk di
dalam surat. Memang isi surat dapat dibuat singkat, terdiri atas dua,
bahkan satu paragraf. Jika dicermati dalam posisinya sebagai karangan,
surat yang demikian itu terasa kurang lengkap atau tidak ideal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur
surat tidak dapat lepas dari prinsip komposisi. Isi surat biasa atau surat
berita sebaiknya trdiri atas tiga macam paragraf (pembuka, transisi atau
isi, dan penutup) karena masing-masing paragraf mempunyai fungsi
tertentu.
(1) paragraf pembuka
Paragraf pembuka pada sebuah surat berfungsi sebagai
pengantar bagi pembaca untu segera mengetahui masalah pokok surat.
Di dalam surat resmi, paragraf pembuka harus mengandung masalah
pokok surat agar pembaca surat tidak lagi bertanya-tanya atau merasa
heran tentang surat yang diterimanya.
Contoh
Untuk mengawali surat yang bertujuan memberitahukan,
menanyakan, meminta, melaporkan, dan menyampaikan
sesuatu dalam paragraf pembuka dapat dipergunakan bentukbentu
di bawah ini setelah disesuaikan dengan maksud surat
(1) kami beritahukan bahwa . . .
(2) dengan ini kami kabarkan bahwa . . .
(3) dengan sangat menyesal kami beritahukan . . .
(4) pada kesempatan ini kami bermaksud menyampaikan
. . .
(5) dengan ini kami menanyakan . . .
(6) kami mohon bantuan Saudara untuk . . .
(7) perkenankanlah kami melaporkan . . .
(8) sebagai tindaklanjut pertemuan kita . . .
(9) sebagai realisasi perundingan kita . . .
(10) bersama ini kami kirimkan daftar . . .
(11) sesuai dengan pembicaraan kita minggu lalu . . .
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 133
Untuk mengawali surat yang bertujuan membalas surat dan
menunjuk surat atau iklan tertentu dalam paragraf pembuka
dapat dipergunakan bentuk-bentuk di bawah ini setelah
disesuaikan dengan maksud surat
(1) Untuk menjawab surat Anda Nomor . . .
(2) Untuk membalas surat Saudara Nomor . . .
(3) Sehubungan dengan surat Anda Nomor . . .
(4) Berkenaan dengan surat Saudara Nomor . . .
(5) Untuk memenuhi permintaan Saudara melalui surat
nomor . . .
(6) Menunjuk surat Anda Nomor . . .
(7) Setelah membaca iklan perusahaan Bapak dalam
harian . . .
(2) Paragraf Transisi
Paragraf transisi adalah seluruh paragraf yang terdapat antara
paragraf pembuka dan paragraf penutup. Paragraf transisi sangat
penting karena di dalamnya terdapat isi surat yang sesungguhnya, yaitu
pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pengirim surat. Paragraf
transisi dalam isi surat dapat dibangun dengan beberapa cara, yaitu
dengan cara repetisi, dengan bantuan frasa transisi, dan dengan bantuan
partikel terutama kata sambung.
Contoh
(1) Dengan cara repetisi Dengan menggunakan kata
berulang atau repetisi dapat
membentuk sebuah paragraf,
baik diawal maupun lanjutan
paragraf.
Paragraf awal (pembuka) Dengan ini kami kabarkan
bahwa direktur kami sedang
menderita sakit dan kini di rawat
di rumah sakit . . .
Paragraf transisi Karena direktur kami sakit,
pertemuan yang semula
dijadwalkan berlangsung tanggal
. . . terpaksa ditunda.
(2) Dengan cara bantuan Dengan bantuan frase transisi
134 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
frase transisi dapat dibentuk paragraf transisi,
baik sebagai lanjutan paragraf
pembuka, maupun sebagai
lanjutan paragraf transisi
sebelumnya.
Paragraf awal (pembuka) Kami beritahukan kepada
Saudara bahwa perusahaan
kami telah ditunjuk sebagai
dealer barang elektronik merk
Kwaguchi untuk seluruh
Indonesia.
Paragraf transisi Sehubungan dengan haltersebut,
kami membuka kesempatan
kepada perusahaan swasta
nasional untuk menjadi agen.
Adapun persyaratannya adalah .
. .
Paragraf transisi Mengingat tunggakan
pembayaran faktur tersebut
sudah lebih dari tiga bulan,
dengan sangat menyesal kami
beritahukan bahwa kami akan
melakukan . . .
Paragraf transisi lanjutan Walaupun demikian, kami
masih memberikan
kelonggaran waktu kepada
Saudara untuk melakukan
pembayaran pada akhir bulan
ini.
(3) Dengan cara bantuan
kata penghubung
Kata penghubung, seperti
meskupun, berhubung, tetapi,
namun, sebaliknya, kemudian,
selanjutnya, dan jadi dapat
dipakai memulai paragraf
transisi sesuai dengan fungsi
masing-masing kata.
Paragraf awal (pembuka) Menurut catatan kami, ternyata
Saudara belum melunasi faktur
10 November 20013 sebesar
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 135
Paragraf transisi Meskipun keterlambatan itu
tidak disengaja, tetapi untuk
menjaga kelancaran perputaran
uang, kami . . .
Catatan : untuk menghindari isi surat yang monoton, ketiga cara
tersebut di atas dapat digunakan berganti-ganti. Repetisi
umumnya digunakan untuk menekankan hal-hal penting
yang diharapkan perlu diulang-ulang. Repetisi tidak harus
mengulang bagian paragraf, tetapi juga memberikan kata
ganti.
(3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup berfungsi memberikan isyarat bahwa uraian
masalah pokok surat sudah selesai. Paragraf ini tidak lagi berisi
keterangan atau rincian, melainkan lebih merupakan simpulan. Pada
bagian ini penulis surat dapat menegaskan sesuatu, mengemukakan
harapan atau imbauan, dan mengucapkan terima kasih, bila perlu.
Paragraf penutup harus singkat dan tegas serta tidak basa-basi
yang berlebihan. Bagian penutup harus selaras dengan misi surat.
Bunyi penutup surat disesuaikan dengan maksud surat masing-masing.
Di bawah ini disajikan beberapa contoh paragraf penutup yang
pemakaiannya dapat disesuaikan dengan isi dan sifat surat yang akan
dibuat.
Contoh
(1) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
(2) Atas bantuan dan perhatian Saudara, kami ucapkan
terima kasih.
(3) Demikianlah agar Saudra maklum dan atas perhatian
Saudara, kami ucapkan terima kasih.
(4) Harapan kami semoga kerja sama yang telah kita bina
dapat ditingkatkan terus.
(5) Mudah-mudahan bahan perimbangan yang kami
kemukakan di atas bermanfaat bagi Saudara
(6) Kami menunggu kabar lebih lanjut dan atas perhatian
Saudara kami ucapkan terima kasih.
(7) Kami harap hal ini mendapat perhatian Saudara
sepenuhnya dan tidak lupa kami ucapkan terima
kasih.
136 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
(8) Perhatian Saudara terhadap hal ini sangat kami hargai.
(9) Demikian agar instruksi ini didasarkan dengan penuh
rasa tanggung jawab.
I. Bentuk Format Surat
Bentuk surat adalah pola surat yang ditentukan oleh tata letak
atau posisi bagian-bagian surat. Masing-masing bagian-abigan surat
diletakkan dalam posisi tertentu sesuai dengan fungsinya.
Secara umum, bentuk surat terbagi atas bentuk lurus dan bentuk
takuk. Bentuk-bentuk lainnya seperti bentuk lurus penuh, setengah
lurus, paragraf menggantung, dan bentuk resmi Indonesia hanyalah
variasi dari kedua bentuk surat di atas. Bentuk-bentuk tersebut
sebenarnya berasal dari bentuk surat Eropa dan Amerika. Bentuk takuk
adalah model surat Eropa lama, bentuk lurus adalah model Amerika,
dan bentuk setengah lurus adalah model Eropa baru.
Di antara sekian bentuk surat, yang tampaknya banyak
digunakan adalah bentuk lurus, setengah lurus, dan bentuk resmi
Indonesia. Adapun bentuk lurus penuh, takuk, dan alinea menggantung
tampaknya belum banyak digunakan.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 137
1. Bentuk Lurus Penuh
--------------------------------------------
----------------------------------------------------------(1) Kepala Surat
--------------------------------------------------
------------------------------------ (2) Nomor
------------------------------ (3) Tanggal
-----------------------
----------------------- (4) Alamat Tujuan
-----------------------
--------------------------------------------- (5) Hal/ Prihal
---------------------------- (6) Salam Pembuka
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------(7) Isi
-------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------
---------------------------- (8) Salam Penutup
---------------------------- (9) Nama Organisasi
---------------------------- (10) Tanda Tangan
---------------------------- (11) Jabatan Penanda Tangan
------------------- (12) Lampiran
-----------------------------
-----------------------------
-------------------- (13) Tembusan
------A/B---------- (14) Inisial Pengonsep dan Pengetik
138 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
2. Bentuk Lurus
--------------------------------------------
----------------------------------------------------------(1) Kepala Surat
--------------------------------------------------
-------------------- (2) Nomor ------------- (3) Tanggal
-----------------------
----------------------- (4) Alamat Tujuan
-----------------------
--------------------------------------------- (5) Hal/ Prihal
---------------------------- (6) Salam Pembuka
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------(7) Isi
-------------------------------------------------------------------------------
---------------------------- (8) Salam Penutup
---------------------------- (9) Nama Organisasi
---------------------------- (10) Tanda Tangan
-------------------------- (11) Jabatan Penanda
Tangan
------------------- (12) Lampiran
-----------------------------
-----------------------------
-------------------- (13) Tembusan
-------/---------- (14) Inisial Pengonsep dan Pengetik
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 139
3. Bentuk Takuk
--------------------------------------------
----------------------------------------------------------(1) Kepala Surat
--------------------------------------------------
-------------------- (2) Nomor ------------- (3) Tanggal
-----------------------
----------------------- (4) Alamat Tujuan
-----------------------
---------------------------------------- (5) Hal/ Prihal
---------------------------- (6) Salam Pembuka
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------(7) Isi
---------------------------- (8) Salam Penutup
---------------------------- (9) Nama Organisasi
---------------------------- (10) Tanda Tangan
-------------------------- (11) Jabatan Penanda
Tangan
------------------- (12) Lampiran
-----------------------------
-----------------------------
-------------------- (13) Tembusan
-------/---------- (14) Inisial Pengonsep dan Pengetik
140 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
4. Bentuk Paragraf Menggantung
--------------------------------------------
----------------------------------------------------------(1) Kepala Surat
--------------------------------------------------
-------------------- (2) Nomor ------------- (3) Tanggal
-----------------------
----------------------- (4) Alamat Tujuan
-----------------------
--------------------------------------------- (5) Hal/ Prihal
---------------------------- (6) Salam Pembuka
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------(7) Isi
---------------------------- (8) Salam Penutup
---------------------------- (9) Nama Organisasi
---------------------------- (10) Tanda Tangan
-------------------------- (11) Jabatan Penanda Tangan
------------------- (12) Lampiran
-----------------------------
-----------------------------
-------------------- (13) Tembusan
-------/---------- (14) Inisial Pengonsep dan Pengetik
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 141
5. Bentuk Setengah Lurus
--------------------------------------------
----------------------------------------------------------(1) Kepala Surat
--------------------------------------------------
-------------------- (2) Nomor ------------- (3) Tanggal
-----------------------
----------------------- (4) Alamat Tujuan
-----------------------
---------------------------------------- (5) Hal/ Prihal
---------------------------- (6) Salam Pembuka
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------(7) Isi
---------------------------- (8) Salam Penutup
---------------------------- (9) Nama Organisasi
---------------------------- (10) Tanda Tangan
-------------------------- (11) Jabatan Penanda Tangan
------------------- (12) Lampiran
-----------------------------
-----------------------------
-------------------- (13) Tembusan
-------/---------- (14) Inisial Pengonsep dan Pengetik
142 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
6. Bentuk Surat Resmi Indonesia Lama
--------------------------------------------
----------------------------------------------------------(1) Kepala Surat
--------------------------------------------------
----------------------- (2) Nomor ------ ------------- (3) Tanggal
----------------------- (4) Lampiran
----------------------- (5) Hal/Prihal
-----------------------(6) Alamat
-----------------------
-----------------------
--------------
---------------------------- (7) Salam Pembuka
----------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------(8) Isi
---------------------------- (9) Salam Penutup
--------------- (10) Nama Organisasi
--------------------------- (11) Tanda Tangan
----------- (12) Jabatan Penanda Tangan
Tembusan : ------------------- (13) Tembusan
-----------------------------
-----------------------------
-------/---------- (14) Inisial Pengonsep dan Pengetik
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 143
7. Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru
--------------------------------------------
----------------------------------------------------------(1) Kepala Surat
--------------------------------------------------
------ ----------------- (2) Nomor ------ ------------- (3) Tanggal
------ ----------------- (4) Lampiran
------ ----------------- (5) Hal/Prihal
----------------------- (6) Alamat Tujuan
-----------------------
-----------------------
--------------
---------------------------- (7) Salam Pembuka
----------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------(8) Isi
----------------- (9) Salam Penutup
--------------- (10) Nama Organisasi
------------------ (11) Tanda Tangan
----------- ------ (12) Jabatan
Petanda
Tangan
------------------- (13) Tembusan
-----------------------------
-----------------------------
-------/---------- (14) Inisial Pengonsep dan Pengetik
144 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
D. Bagian Bagian Surat
Salah satu hal yang sangat khas, yang membedakan surat dari
bentuk karangan lainnya adalah bagian-bagian surat yang disusun
dalam posisi tertentu sesuai dengan bentuk surat yang digunakan.
Masing-masing bagian memiliki fungsi. Jumlah bagian surat berbedabeda,
tergantung jenisnya. Pada surat pribadi misalnya, hanya terdapat
bagian-bagian yang dianggap penting saja. Keberadaan bagian-bagian
itu bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya. Sebaliknya, dalam
surat resmi atau surat dinas, bagian-bagian itu biasanya relatif lebih
lengkap dan seragam.
Surat dinas biasanya terdiri atas :
1. kepala surat,
2. nomor surat,
3. tanggal, bulan, dan tahun surat,
4. lampiran,
5. hal atau perihal,
6. alamat surat (alamat dalam),
7. salam pembuka,
8. isi surat,
9. salam penutup,
10. jabatan penulis surat,
11. tanda tangan,
12. nama terang,
13. nomor induk pegawai/NIP bagi pegawai
pemerintah,
14. cap dinas atau cap jabatan,
15. tembusan, dan
16. inisial.
E. Kesimpulan
Surat merupakan salah satu produk komunikasi tulis yang
penting. Pesan-pesan praktis berupa kabar atau berita tertulis umumnya
disampaikan orang melalui surat. Surat sebagai salah satu produk
komunikasi berfungsi sebagai: (1) utusan atau wakil penulis/ instansi
pengirimnya untuk berhadapan dengan pribadi, kelompok, atau
organisasi lain; (2) dasar atau pedoman untuk bekerja, misalnya surat
keputusan dan surat tugas atau instruksi tentang juklak; (3) bukti
tertulis yang otentik hitam di atas putih yang memiliki kekuatan hukum
atau yuridis, misalnya surat jual beli, surat wakaf atau pembagian
warisan; (4) alat pengingat atau arsip jika sewaktu-waktu diperlukan;
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 145
(5) dokumen historis yang memiliki nilai kesejarahan, misalnya untuk
menelusuri peristiwa penting masa lalu atau memuat tentang
perkembangan dan perubahan suatu organisasi; (6) jaminan keamanan,
misalnya surat jalan.
Hal hal yang diperhatikan oleh seorang penulis atau pengonsep
surat diantaranya(1) surat hendaknya ditulis dalam bentuk dan isi yang
menarik serta disusun secara sistematis sesuai dengan aturan yang
berlaku dalam menyusun surat. Untuk itu, penulis surat sebaiknya
mempunyai pengetahuan dasar surat-menyurat, memahami prosedur
surat menyurat, dan memiliki keterampilan tentang teknik menyusun
surat; (2) Surat hendaknya disusun secara sederhana dan tidak erlalu
panjang karena surat yang panjang dan berbelit-belit dapat
menjemukan pembacanya. Oleh karena itu penulis surat perlu
memahami prinsip-prinsip dasar komposisi dan mampu
menerapkannya dengan baik. Selain itu, dituntut memiliki kemampuan
bernalar dengan baik dan memahami masalah yang menjadi topi atau
pokok persoalan surat; (3) Surat hendaknya disusun secara jelas, lugas,
dan komunikatif agar dapat dipahami secara tepat sesuai dengan
maksud yang dikehendaki oleh penulis. Susunan surat akan menjadi
jelas jika maksud surat itu mudah ditangkap dan unsur-unsurnya pun
dinyatakan secara tegas. Kemudian, surat itu dikatakan lugas jika
bahasa yang digunakannya langsung mengungkapkan pokok persoalan
tidak disampaikan berbasa-basi; (4) Surat hendaknya mencerminkan
sikap yang adab dan sopan. Artinya, pernyataan yang digunakan sopan
dan simpatik serta tidak menyinggung perasaan penerima surat. Oleh
karena itu, penggunaan kata-kata yang bermakna “negatif” sebaiknya
dihindari; (5) Surat hendaknya bersih dan rapi. Oleh karena itu kertas
yang digunakan harus pula bersih, diketik rapi, dan tidak terdapat
coretan atau bekas hapusan.
F. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Jelaskan fungsi surat!
2. Sebutkan bagian bagian penting dari sebuah surat!
3. Kemukakan bentuk kesalahan dari segi bahasa yang sering
ditemukan dalam surat!
4. Jelaskan persyaratan surat resmi yang baik!
5. Sebutkan jenis jenis surat!
6. Buatlah satu contoh surat dinas!
146 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
A.E., Fachruddin. 1994. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Ujung
Pandang: Badan penerbit IKIP Ujung Pandang.
Badudu, J.S., 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 1989. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk
Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Hs., Widjono. 2005. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Kuntarto, Ninik M. 2011. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam
Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Muliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud Perum Balai Pustaka.
Muslich, Mansur, 2010. Garis-garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa Panduan ke Arah
Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Nafiah, A. Hadi. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang?. Surabaya: Usaha
Nasional Indonesia.
Nurdjan, Sukirman dan Edhy Rustan. 2010. Pegantar Bahasa
Indonesia. Makassar: CV Permata Ilmu.
Nurdjan, Sukirman dan Edhy Rustan. 2010. Kunci Sukses Berbahasa
Indonesia. Palopo: LPS STAIN Palopo.
Pateda, Mansoer. 1989. Semantik Leksikal. Ende. Nusa Indah.
Penyusun Tim. 2004. Pengajaran Bahasa Indonesia. Himpunan
Materi Mata Kuliah Bahasa Indonesia MKU. Makassar:
Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
Putrayasa, Ida Bagus. 2009. Kalimat Efektif (Diksi Struktur dan
Logika). Bandung: Refika Adiatma.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Suatu Tinjauan
Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Sugono, Dendy. 2009. Mahair Berbahasa Indonesia dengan Benar.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia | 147
Suparno dan Mohammad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Hendry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung:
Angkasa.
Tim Penyusun. 2008. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Pengembangan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan Daerah UNM.
Verhaar, J.W.M. 1988. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah
Mada Universitas Press.
Wijayanti, Sri Hapsari dkk. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan
Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
148 | Dasar dasar Memahami Bahasa Indonesia
Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Posting Komentar

Iklan Tengah Post